48. Threats or requests

392 24 1
                                    

"Iya, sama-sama,"

"Jangan lupa dateng ya?,"

"Oh, iya silakan,"

"Makasih makasih,"

Gadis bersurai panjang sedikit gelombang itu menepuk-nepuk bahu seseorang disampingnya yang dibalas deheman singkat.

"Kesana aja yuk!,"

"Nay males banget kesana lagi,"

Tak mengindahkan keluhan Hazel, gadis berdarah lokal itu tetap menarik lengan Hazel membuatnya terpaksa mengikuti.

"Hai," begitu tiba disana mereka disambut sapaan seseorang yang ternyata adalah Tami.

Hazel cukup kaget sedangkan Naya malah membalas sapaan Tami dengan sangat amat ramah membuatnya merotasikan netra malas.

"Nih gue ada undangan buat kalian," ujar Tami seraya menyerahkan dua kartu undangan pada mereka.

Naya menerimanya dengan senang hati dan langsung membaca bagian covernya,"Wah? Kak happy birthday ya?," ucap Naya dengan binar mata tak menyangka.

"Ucapinnya ntar malem aja," balas Tami tersenyum singkat tak lupa dengan lirikan tajamnya teruntuk Hazel.

"Makasih undangannya kak,"

"Iya, jangan lupa dateng!,"

Sejak wajahnya bersitatap dengan wajah Tami, Hazel kembali menampilkan muka juteknya. Terlebih saat Tami meliriknya sinis dengan senyuman angkuh.

Dalam diam Hazel terus menatap birthday invitation card dengan paduan warna merah, hitam, dan gold yang sedikit berkilau menambah kesan mewah digenggaman tangannya. Dipintu masuk kantin masih ramai siswa siswi yang berbaris menerima birthday invitation dari Tami, cewek yang merupakan siswi baru itu.

Karena sudah terlanjur masuk ke kantin, Naya dan Hazel memilih untuk menghabiskan jam istirahat mereka disana setelah sempat memesan minuman.

"Kak Tami baru pindah beberapa hari lalu kan? Kok bisa dia undang satu sekolah buat ke pesta ulang tahunnya?,"

Setelah meletakkan birthday invitation card keatas meja, Hazel mengedikkan bahunya menanggapi pertanyaan Naya.

"Lo mau nyari gaun bareng nggak pulang sekolah?,"

"Enggak gue nggak akan dateng,"

Mendengar itu Naya menurunkan bahunya kecewa, dia pikir Hazel sama antusiasnya dengannya yang begitu tak sabar menunggu pesta nanti malam.

Beberapa detik saling diam Naya menyadari suatu hal dia pun berucap,"Yaudah deh gue nggak bisa maksa lo," ucapnya dengan nada rendah.

Sebenarnya Hazel agak tak enak dengan Naya, kalau saja bukan acara Tami mungkin Hazel mau datang, sayangnya ini adalah Tami. Salah satu orang yang ingin Hazel hindari selain Aiden, dia hanya tidak mau menambah luka hatinya. Terlebih pasti Aiden juga ada disana untuk menemani Tami dan Hazel tak sanggup menyaksikan hal itu.

Lebih baik dia belajar semalaman dirumah, mengingat ujian kenaikan kelas tinggal terhitung hari. Kalau nilainya sampai rendah dan tidak jadi juara umum disekolah, nasib buruk akan menghampirinya.

Jadi, keputusannya untuk tidak akan datang adalah keputusan yang sangat tepat.

Jam sekolah sangat cepat berakhir padahal Hazel sedang seru mengerjakan soal matematikanya dan terpaksa guru menyuruh untuk menyelesaikannya dirumah.

Semua teman kelasnya sudah beranjak keluar ingin cepat-cepat pulang sedangkan Hazel memilih untuk menetap dan melanjutkan tugasnya yang sebentar lagi akan selesai semua.

Tapi tiba-tiba seseorang mengganggunya dengan menutup bukunya kasar, Hazel mendongakkan kepalanya merasa kesal,"Mau apalagi lo?!," ketusnya begitu tahu kalau itu Zhiva.

"Lo harus ikut ke birthday party si anak baru itu nanti malem! Karena gue tau kalo lo pasti nggak akan dateng kan?!," Zhiva berseru tajam sambil bersedekap dada andalannya.

"Bukan urusan lo!," jutek Hazel, lalu kembali menunduk menatap buku-bukunya yang tampak lebih menarik ketimbang meladeni gadis berpenampilan rame yang masih setia berdiri dihadapannya.

"Jelas urusan gue karena gue bakal bilang ke om Kai!,"

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Where stories live. Discover now