15. Alone with the silence

568 39 3
                                    

"Argghh..sshhh..ssakiitt,"

Hazel tidak mampu menghindar dia benar-benar pasrah saat Aiden mulai melukainya. Sedikit saja Hazel bergerak menolak akibatnya akan lebih fatal lagi untuk dirinya.

Darah segar perlahan keluar dari lengan putihnya sedikit demi sedikit dan hal itu justru membuat senyum Aiden merekah.

Cewek itu tak berani membuka matanya, Hazel trauma dengan darah. Dia benar-benar takut dengan yang namanya darah.

Bibir mungil Hazel terus mengeluarkan rintihan-rintihan kesakitan yang semakin membuat Aiden menampilkan smirknya.

"Cu-cukup Aideenn..sshh..ssakiitt..,"

Seakan menulikan pendengaran Aiden terlihat tak peduli dan tetap melanjutkan aksi gilanya.

"Aiden udah ini sakiitt..Arrgghh!," Hazel memekik keras saat rasa sayatan semakin sakit dan dalam.

Tapi setelahnya tangan Aiden terlepas dari lengan Hazel, bahkan cowok itu menyudahi aksinya tapi tetap saja Hazel belum berani membuka matanya. Dia tidak mampu untuk sekadar melihat keadaan lengannya sendiri.

"Sekarang semua akan tau kalo lo cuma milik gue," ujar cowok itu diiringi kekehannya.

Hazel menangis keras begitu Aiden selesai berujar sebab lengannya semakin terasa perih. Lengan Hazel dia gerakan menjauh dari pandangan matanya lalu dia berusaha membuka matanya perlahan.

Sialnya yang pertama kali Hazel lihat adalah cutter tajam berlumur darah yang tengah dipandangi oleh Aiden. Hazel seketika membuang muka, dia merasa takut.

Aiden benar-benar sudah kelewatan sekarang. Ternyata sikap manis cowok itu kemarin hanya bohong? Apa Hazel terlalu mudah dimanipulasi?

Apa mau Aiden sebenarnya? Cowok itu tak mau melepaskan Hazel tapi terus saja melukainya.

"Lo jahat Aiden!,"

Aiden kembali menatap Hazel,"Sekali lagi lo pakek sebutan itu gue tinggalin lo disini!," bentaknya dingin.

Bukannya langsung diam, Hazel dengan berani mengutarakan kesakitannya,"Lo cowok brengsek! Aiden brengsek! Gue benci lo!," Hazel memukuli dada bidang Aiden dengan satu tangannya.

Mata Aiden langsung memerah, bahkan satu tangannya yang tak memegang cutter itu langsung mengepal kuat diatas kemudi. Gigi gerahamnya terlihat bergerak bermain-main didalam mulutnya lalu sekejap tangannya mencengkeram kuat dagu Hazel.

"KELUAR LO SEKARANG!," teriak Aiden membuat mata Hazel refleks memejam sebab wajah keduanya sangat dekat, hanya jarak satu jengkal.

Dengan gerakan kasar Aiden langsung menghempas wajah Hazel tanpa perasaan. Dan membuat Hazel lagi-lagi merasa sakit.

Cukup lama saling diam beberapa detik, Aiden bergerak mendekat ke tubuh Hazel membuat cewek itu seketika menghindar. Tapi rupanya Aiden membuka seatbelt juga pintu untuk Hazel yang tak kunjung merelasasikan perintahnya.

Tatapan Hazel memelas,"Aiden ini bercanda kan?,"

"Keluar!," cetus Aiden dingin dan tak sekalipun menatap Hazel.

"Lo nggak akan turunin gue disini kan? Iya kan? Ayo pergi dari sini Aiden,"

Merasa muak mendengar ocehan gadis itu, Aiden turun dari mobilnya, cowok itu berjalan cepat memutari kap mobil sport Toyota Agya berwarna putih miliknya pribadi.

Cowok itu langsung menarik lengan Hazel agar gadis itu cepat keluar.

Hazel mengadu kesakitan sebab Aiden menarik lengannya yang dipenuhi darah dan luka sayatan yang cowok itu ciptakan.

Tanpa mengucap sepata kata apapun, Aiden menutup pintu mobilnya kasar dan segera masuk kembali ke mobil.

Melihat hal itu Hazel menggedor kaca mobil sambil berderai air mata, namun sayangnya Aiden melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal membuat tubuh Hazel terjatuh dijalanan yang sepi itu.

Dia takut. Jalanannya sepi, hanya ada satu dua pengendara yang lewat. Terlebih jalan itu dikelilingi pepohonan tinggi yang menakutkan, seperti hutan bebas.

Dengan keadaan tak karuannya Hazel berusaha bangkit. Tubuhnya terasa remuk dihantam ribuan batu tapi perasaannya jelas lebih remuk dari itu, sampai rasanya tak ada suatu hal yang bisa menjadikannya sebuah perumpamaan untuk menggambarkan rasa sakit tak terlihat itu.

Hazel juga lelah menangis, matanya pun sakit akibat terlalu banyak menangis. Dia tidak tahu apa yang bisa dia lakukan untuk menyalurkan rasa sakitnya selain dengan menangis.

"Harus sampai kapan gue bertahan? Sakitt..," rintihnya dengan bibir bergetar hebat.

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Where stories live. Discover now