STRUGGLE • 10

15 3 0
                                    

- Sungai -

Mengendarai motor sendirian di desa termasuk satu hal yang baru di dalam hidup Gilang. Suasananya saat ini sangat nyaman, sepi akibat orang-orang yang lebih banyak diam di rumah karena sedang berpuasa, di tambah udara sejuk khas alam pedesaan yang sangat memanjakan kita untuk terus menghirupnya.

Gilang menghirup udara segar untuk kemudian menghembuskannya perlahan, "Huhhhhh, suasana kaya gini ga lengkap kalo ga ada kamu Rum." Lagi-lagi pikirannya saat ini dipenuhi dengan Arum sang pujaan hati.

"Coba kalo kamu sekarang ada di belakang aku sambil peluk aku," Masih terus mengoceh, "Sambil nyanyi laguu...." Ucapannya menggantung sendiri seraya otaknya berpikir lagu apa yang kira-kira cocok dengan suasana hatinya saat ini.

"Sungguh ku tak berdaya
jika harus tanpa mu
menghabiskan waktu ku
jelajahi dunia

dirimu laksana surga ku
tempat ku mencurahkan
segala rasa cinta suci yang tulus
di dalam batin ku

tiada yang mampu gantikan
titahmu di hati ku
menyejukkan seluruh jiwa
melebur ke dasar sukma ku."

Sedikit menyanyikan lagu Dudy Oris berjudul Laksana Surgaku sambil benar-benar menikmati suasana saat ini. Tersenyum kemudian tertawa sendiri saat kembali memikirkan satu orang wanita yang sangat di cintainya.

"Haruskah ku berpasrah
hadapi semua ini
mencoba memulainya
kembali dengan harap pasti

namun kadang ragu ku
mengusik damai hati
membawa kebimbangan
dengan arah tak pasti

dirimu laksana surga ku
tempat ku mencurahkan
segala rasa cinta suci yang tulus
di dalam batinku

tiada yang mampu gantikan
titahmu di hatiku
menyejukkan seluruh jiwa
melebur ke dasar suk...."

Ttiiiinnnnnn

"Sialan!" Tentu saja Gilang kaget setengah mati saat tiba-tiba di depannya ada sekumpulan soang menyebrang dengan santainya. Untung saja Gilang tidak sampai menabrak soang-soang itu, kalo sampai kejadian Gilang sudah tidak tau lagi harus berbuat apa.

"Pantesan ikan di empang suka ada yang mati, di patokin sama soang ini kali ya." Gumam Gilang setelah kembali menyalakan mesin motor dan melanjutkan perjalanan menuju rumah Arum.

Remaja tanggung itu menghembuskan napasnya parau, "Mending cepet-cepet deh ke rumah Arum, males juga lama-lama di luar."

Selang beberapa menit akhirnya Gilang sampai di tujuan. Ia langsung menyerahkan barang yang dibawa dari rumah nenek kepada Arum saat cewek itu sedang menyapu halaman rumahnya.

Setelah dirasa tidak ada urusan lagi di tempat ini Gilang langsung pamit pulang namun sayangnya pergelangan tangan Gilang di tahan oleh Arum. Gilang menoleh dengan ekspresi wajah sinis. Gilang sudah pernah bilang walaupun nama dan muka cewek di hadapannya saat ini sangat persis dengan Arum tetapi hati Gilang sama sekali tidak merasakan apapun.

"Hm, aku mau ngomong sama kamu sebentar boleh?" Tanya Arum setelah melepaskan genggaman tangannya dari tangan Gilang.

"Soal?" Jawab Gilang singkat.
"Ada sesuatu yang perlu aku obrolin sama kamu, Lang."

Gilang berdecak, "Sesuatu? Emang kita punya hubungan apa?" Arum dan Gilang baru bertemu satu kali di desa ini, bagaimana bisa ada sesuatu yang perlu di bicarakan?

"Gilang aku mohon. Aku ini teman masa kecil kamu, apa kamu lupa?" Sosor Arum tak mau kehilangan Gilang lagi, "Aku perlu bawa kamu ke satu tempat, aku yakin kamu pasti suka sama tempatnya. Mau ya?"

Mata Gilang menyinis saat melihat puppy eyes yang di tunjukkan oleh Arum. Apakah dia pikir Gilang akan luluh dengan cara seperti itu? Ck! Sangat tidak mudah jika harus membujuk Gilang. Tanpa menjawab atau merespon permintaan cewek itu Gilang langsung pergi menggunakan motor yang mesinnya masih di biarkan menyala.

STRUGGLE Where stories live. Discover now