Rayya mulai memejamkan matanya. Ia ingin segera tidur malam ini. Ia ingin segera melayang indah di mimpinya. Soal mimpi indah, ia jadi teringat pertemuan dengan Gus Ubaid tadi. Apakah kejadian tadi bisa dikatakan mimpi indah?

Rayya senang bisa bertemu dengan Gus Ubaid. Namun Rayya harus mengundurkan rasa senangnya karena raut wajahnya Gus Ubaid yang tidak bersahabat.

Kelopak mata Rayya kembali terbuka. Ngalamat ia tidak akan bisa tidur nyenyak malam ini. Bayangan Gus Ubaid yang sangat acuh dengannya terus terekam di otaknya.

Rayya beranjak dari tidurnya. Ia melangkahkan kakinya keluar dari asrama. Sepertinya ia sedikit membutuhkan angin malam untuk bisa menenangkan pikirannya.
Langkah kaki Rayya mengarah pada rooftop dekat jemuran. Rayya menggelar kardus bekas sebagai alas duduknya. Ia duduk menyila dan matanya memandang jauh langit malam yang sangat gelap.

Rayya tidak tahu, kenapa ia menjadi begitu berani pergi ke rooftop malam-malam begini. Entahlah, sekarang kondisi hati Rayya sedang dilema.

Langit malam itu tampak gelap membiru. Tidak ada bintang sama sekali. Langit tersebut seakan menggambarkan suasana hati Rayya saat ini.

Rayya termenung.

"Mbak Rayya?"

Rayya tersentak kaget ketika bahu kanannya di sentuh oleh sebuah tangan, "Duh Mbak Asis bikin kaget!" Gerutu Rayya saat tau ternyata tangan itu adalah milik Mbak Asis.

"Ngapain disini?"

"Nggak papa, cari angin aja."

"Nanti masuk angin, kan repot." Mbak Asis duduk disamping kanan Rayya, "Kalo mau cerita, cerita aja,"

"Menurut mbak, cinta itu apa?"

Mbak Asis tersenyum, "Nabi Muhammad pernah dawuh, jika kita mencintai atau menyukai seseorang, maka hati kita akan merasa senang jika melihatnya."

Rayya sedang melihat Gus Ubaid. Apakah berarti ia benar-benar menyukai Gus Ubaid? Apakah rasa kagumnya sudah beralih menjadi rasa suka?
Tapi, tadi malam Gus Ubaid tampak tidak menyukai kehadiran Rayya. Apakah berarti Gus Ubaid tidak menyukai Rayya? Mungkin benar.

"Tadi malam aku bertemu dengan Gus Ubaid sama Ning Zilya. Tapi Gus Ubaid kayak acuh gitu."

"Sikap kamu saat bertemu dengan Gus Ubaid bagaimana?"

"Hmm ralat, aku bertemu dengan Ning Zilya yang kebetulan lagi sama Gus Ubaid."

"Iya itu maksudnya elah,"

"Ya seneng gitu, tapi gugup sih."

"Tapi kamu nggak nunjukin kalo seneng banget gitu kan?"

"Ya nggak lah ngapain, malah tadi jadi awkward."

"Hmm baguslah, soalnya tipe Gus Ubaid itu kenceng banget. Disiplin. Pokokya yang solihah."

"Bukan aku banget itu, mana mungkin aku tiba-tiba jadi kalem, solihah lagi."

"Kenapa nggak? Pernah denger cerita Siti Zulaikha?

"Belum,"

"Dulu Siti Zulaikha sangat, sangat, sangat mengagumi Nabi Yusuf. Begitu banyak pengorbanan cinta Siti Zulaikha untuk bisa bersama dengan Nabi Yusuf. Dan ketika sudah menikah, Nabi Yusuf mengajak bermesraan dengan Siti Zulaikha. Namun Siti Zulaikha menjawab "Tunggu sampai malam tiba." Dan saat malam sudah tiba, Siti Zulaikha berkata lagi, "Tunggulah sampai siang tiba."
Siti Zulaikha seakan terus menunda ajakan Nabi Yusuf. Sampai Nabi Yusuf berkata, "Wahai istriku, bukankah dulu engkau telah mengoyakkan bajuku ketika aku hendak lari darimu?" Zulaikha lalu menjawab, "Dulu aku sangat mencintaimu, sampai-sampai aku tergila-gila padamu, tetapi itu semua karena aku belum mengenal Allah dan sekarang setelah aku mengenal Allah dan mencintai Allah, rasa cintaku kepada-Nya tak menyisakan ruang lagi untuk yang lainnya. Lalu Nabi Yusuf berkata lagi, " Wahai istriku, sesungguhnya Allah telah menginginkan darimu dua putra yang kelak akan menjadi Nabi. Lalu Siti Zulaikha berkata lagi, "Saya menuruti keinginanmu demi kekasihku, karena sungguh saya mencintai Allah."

ANA UHIBBUKA FILLAH (ON GOING)Where stories live. Discover now