Bab 2

265 4 0
                                    


Suara dentuman sendok memecah keheningan suasana makan malam keluarga romo yai Ridlwan. Meja kayu persegi di kelilingi oleh abah, umi, dan juga Rayya. Sebenarnya Rayya mempunyai 2 saudara lagi. Namanya Mas Akhsya dan Mas Kafa. Tetapi 2 saudaranya masih tolabul 'ilmi di pondok pesantren milik abah sendiri.

"Lulus SMP mondok nggeh?"

Rayya yang masih meminum air putihnya langsung tersedak ketika mendengar ucapan abahnya.

"Hati-hati Khumaira..." Ucap umi seraya mengusap punggung Rayya.

"Ngaputen mi, kaget.." Rayya mengatur nafasnya pelan, "Mmm, abah, Khumaira harus mondok ya?" Tanya Khumaira kepada abahnya dengan was-was.

"Nggeh, wajib!" Jawab abah tanpa penolakan.

Raut wajah Rayya memelas, "Abah..."

"Kenapa Khumaira?"

Khumaira diam. Antara takut dan ingin bertanya kepada abahnya. Dulu, setelah lulus madrasah ibtidaiyah, sebenarnya abah sudah ingin memberangkatkan Rayya ke pesantren. Tetapi Rayya selalu merayu abahnya. Ia ingin sekali bisa merasakan indahnya masa SMP. Akhirnya abah menuruti keinginan putrinya. Abah berpikir biarlah Khumaira mempunyai modal ilmu pengetahuan terlebih dahulu, setidaknya sedikit-sedikit ia tahu ilmu formal. Tapi, di samping Rayya bersekolah formal, ia tetap sekolah diniyah seperti biasanya. Walaupun jadwal semakin padat dan melelahkan, Rayya harus tetap sekolah diniyah.

"Mmm, niku... Abah..."

"Sudah Khumaira, mboten usah kepengen formal lagi, abah tahu kamu masih ingin sma, tapi sekarang waktunya kamu memperdalam ilmu agamamu."

Rayya membuang nafas berat namun terasamarkan. Ia tahu bayangan pesantren itu seperti apa. Tetapi ia juga tahu jika setiap pesantren mempunyai kebiasaan dan adatnya masing-masing.

"Khumaira, bukan abah melarang khumaira. Tapi abah tahu yang terbaik untuk putri abah. Mondok itu penting. Walaupun abah gadah pesantren sendiri, tetapi abah yakin kalo Khumaira mondok di luar akan jauh lebih baik, ilmu-ilmu yang Khumaira dapatkan akan lebih luas, banyak pengalaman yang harus kamu cari diluar sana."

Umi tersenyum menatap putrinya, "Benar yang diucapkan abahmu Khumaira. Mondok itu penting. Mondok itu biar tahu seluk beluknya agama sampe ke akar-akarnya. Sekolah formal dan agama itu harus saling di imbangi, biar mboten ambruk salah satunya. Ilmu formal penting, tetapi ilmu agama jauh lebih penting. "

"Nggeh abah.. Umi.. Khumaira nderek mawon,"

Deg.

Kedua mata Khumaira yang tadinya terpejam pekat langsung membuka kelopak matanya. Dengan sedikit tidak sadar dan bercampur dengan kaget karena ia bermimpi mengiyakan permintaan abah dan uminya untuk ke pesantren setelah lulus SMP.

Rayya masih diam. Tidak beranjak dari tidurnya sama sekali. Tadinya Rayya hanya pura-pura tidur, tetapi Rayya malah tertidur sampe bermimpi hal ini.

Kedua bola mata Rayya melihat langit-langit kamarnya. Memikirkan sekali lagi, ia harus bagaimana dengan keinginan abah dan uminya.

Disatu sisi Rayya ingin melanjutkan ke jenjang menengah atas. Dan di sisi lain abah dan uminya sangat ingin Rayya ke pondok pesantren.

Sebenarnya Rayya tahu. Permintaan abah dan uminya sudah tidak bisa di ganggu gugat lagi. Sudah tidak bisa di rayu lagi. Namun, apa salahnya Rayya mencoba merayu lagi?

Ya! Rayya akan mencobanya.
Pasti.

🌙🌙🌙

PART NYA SEDIKIT:(((
Tapi nggak papa deh hehehw💙
Happy reading and see you!

ANA UHIBBUKA FILLAH (ON GOING)Where stories live. Discover now