Bab 16

42 3 0
                                    

Rayya mnggerutu ketika ia sudah berkali-berkali mencari kabar dari Mada namun sampai sekarang belum menemukan hasil apapun.

Jujur Rayya bingung sendiri. Perasaannya terhadap Mada sudah memudar, namun kenapa ia harus kesal sendiri saat tidak menemukan kabar apapun dari Mada?

Dan Mada juga. Seharusnya Mada selalu memberitahu kabarnya kepada Rayya. Dan di akum sosial media milik Rayya tidak ada username Mada yang mengirimkan pesan kepadanya. Sama sekali tidak ada.

Bukankah Mada masih menganggap Rayya sebagai gadisnya? Ya! Perlu diingat hanya Mada, tidak untuk Rayya. Karena di hati Rayya, Mada sudah tergantikan oleh pesona yang dimiliki Gus Ubaid. Katakan saja Rayya adalah gadis jahat yang tega membiarkan semua itu terjadi. Ia membiarkan seseorang masuk menelusup ke dalam hatinya yang ternyata di dalam nya masih ada seseorang yang harus ia jaga. Namun, Rayya tidak bisa mencegah itu semua. Hatinya terlalu lemah. Ya! Ia sangat lemah.

Hal yang Rayya tidak dapatkan saat ini membuat ia mempunyai insting kuat bahwa Mada juga sudah melupakannya. Tidak salah memang jika sudah satu tahun tidak bertemu dan tidak ada kominukasi apapun, dan secara diam-diam saling melupakan satu sama lain. Ah miris.

Tidak salah juga jika Rayya kecewa. Ya! kecewa karena Mada yang juga akan melupakannya. Bilang saja Rayya egois. Dan itu memang benar adanya. Ia melupakan namun tak mau dilupakan. Apakah ini adil? Sama sekali tidak.

Rayya menghela napasnya pelan, "Mana kata kamu Mada? Bukannya kita terus akan bersama, dan  bahkan kita sekarang sudah sama-sama melupakan."

Ah Rayya tidak tahu jalan pikirannya sendiri. Apakah ia pantas jika merindukan Mada? Apakah hatinya pantas bertanya tentang bagaimana kabar Mada sementara hatinya tempat Mada bersinggah pun sudah tergantikan.

Jika Rayya ditanya, jawabannya adalah tidak tahu. Rayya tidak bohong jika dirinya ingin tahu kabar dari Mada. Dan mungkin, ia sedikit merindukannya.

Rayya menatap layar ponselnya. Ia beralih akan menghubungi seseorang.

"Assalamu'alaikum.." Ucap Rayya saat panggilannya sudah tersambung.

"Aaaaaaaa!!! Rayya! Eh sumpah, gue kaget saat lihat ponsel, dan ternyata lo yang telfon."

"Heh Hira! Jawab dulu salam dulu elah."

"Oiya lupa! Wa'laikumsalam, gimana kabar lo?"

"Sejak kapan manggilnya lo gue?"

"Ah Rayya, disini manggilnya lo gue. Yaudah gue jadi kebawa."

"Oh haha, yaudah sih gapapa. Kabarku baik. Denganmu?"

"Sangat baik malah."

"Hmm alhamdulillah kalo gitu."

"Gitu aja? Lo nggak kangen sama gue?"

"Kangen lah, makanya ini aku telfon kamu hiraa. Tapi udah mendingan sih."

"Eh, Rayya, lo tau nggak?"

"Apa?"

"Mada nggak jadi ke IT. Dia masuk pesantren."

"Hah? Yang bener?"

"Iya bener lah, yakali gue bawa-bawa berita hoaks. Tapi masalahnya ya, gue nggak tahu nama dan di mana pesantrennya."

"Oh pantes."

"Pantes? Pantes why?"

"Pantes dia nggak ngasih kabar sama sekali."

"Haha, yaudah sih maklumin aja. Eh, udah ya, gue lagi ngerjain tugas, harus selesai bentar lagi. Nanti telfon lagi, oke?"

"Ah iya, maaf ganggu. See you Hirrrr!!!"

"Nggak ganggu, santuy aja kali. Okey, see you!"

Rayya mematikan sambungan telefonnya dengan Hira. Kabar tentang Mada yang ia dengar dari Hira membuatnya bingung. Bukannya Mada ingin sekali sekolah IT? Terus kenapa ia malah masuk ke pesantren?

Please Rayya bingung dibuatnya. Tapi tunggu, kenapa malah ia bingung? Seharusnya Rayya tidak peduli akan hal itu semua. Seharusnya Rayya sudah tidak memperdulikan semua hal tentang Mada.

Dan satu lagi, seharusnya Rayya tidak perlu merindukan Mada.

🌸🌸🌸

Maaf ya update nya telattt:(((((
Pokoknya stay enjoyyyy aja ya teman2 ku sayangggg☺️❤️

ANA UHIBBUKA FILLAH (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang