Bab 21

41 2 0
                                    

Berusaha menjadi lebih baik bukanlah hal yang mudah. Namun lebih baik ada usaha dari pada tidak sama sekali. Dari awal tahun sampai sekarang, kegiatan sehari-hari Rayya berjalan dengan lancar. Namun, ada sedikit hal yang berbeda dengan diri Rayya.

Mungkin Rayya sudah sedikit berubah dan memperbaiki semua attitude nya. Walaupun sejatinya berubah menjadi yang lebih baik itu sulit dan yang pastinya membutuhkan proses. Rayya akan tetap berusaha untuk itu. Jika memang sebuah niat sudah benar-benar dari hati, semua hal yang diinginkan pasti akan bisa.

Semuanya memang kembali pada hati masing-masing. Meskipun otak tak menerima sebuah hal yang tak mungkin dan tak berlogika. Namun, jika hati benar-benar mengatakan iya, pasti akan terjadi.

Saat ini Rayya sedang sibuk mondar-mandir kesana kemari untuk mengurusi sebuah acara yang di selenggarakan Pesantren At-Tamtsir. Pondok Pesantren At-Tamtsir akan kerawuhan Habib Husein. Jauh-jauh hari semua santri sudah mempersiapkan semuanya. Rayya sebagai koordinator konsumsi makanan tamu undangan menjadikannya super sibuk mempersiapkan semuanya.

Banyak yang harus ia siapkan. Dari mulai kotak milbox beserta isi makanannya. Sampai nanti pada hari H memberikannya satu persatu kepada tamu undangan.

Teman-teman Rayya mendapatkan tugas berbeda-beda. Naela sebagai koodinator konsumsi jajanan anak-anak. Faza anggota penerima tamu undangan. Acha anggota penerima tamu VIP. Dan Azria sebagai koordinator dhaharan para dzuriyyah.

Semuanya sibuk. Kecuali Faza dan Acha yang akan terjun ke lapangan saat hari H saja. Biasanya mereka berdua sedikit bantu-membantu jika ada yang membutuhkan bantuan. Tapi itu jarang sekali, karena mereka berdua lebih sering pergi melarikan diri ke madrasah untuk mencari angin.

Tapi jangan khawatir, Faza dan Acha akan tetap menyelesaikan tugasnya jika sudah waktunya. Mereka memang seperti itu.

Yang paling sibuk adalah Rayya dan Naela. Mereka harus memenuhi konsumsi makan tamu undangan dan juga anak-anak yang totalnya sekitar 2000 tamu undangan.

2000 bukanlah angka yang terbilang sedikit. Semua harus di siapkan dengan matang dan clear.

H-5 acara. Rayya berserta anggotanya menghitung total semua milbox yang harus ia siapkan terlebih dahulu. Dan tak lupa juga tas jinjing sebagai wadah milbox tersebut.

H-4 mereka membuat tempe kering. Dari mulai mengirisi tempe dengan irisan kecil-kecil hingga menggoreng dan memberinya bumbu. Rasanya harus pas. Biasanya ibu nyai menambahkan sedikit pete dan aroma daun salam di tambah juga sedikit asam untuk menambah keasaman. Ini memang sudah menjadi ke-khasan ibu nyai tersendiri.

Kemudian H-3 mereka akan membuat srondeng. Srondeng daging sapi yang menjadi kesukaan romo kyai mengharuskannya untuk tercantum dalam menu makanan tersebut.

H-2 mereka merebus telur. Dan H-1 mereka menggoreng ikan bandeng dan membuat sambal sebagai pelengkapnya. Dan tak lupa juga mentimun beserta kemangi serta kacang panjang mentahnya.

"Hmm, awas ikan bandeng nya masih hidup,"

Rayya tahu siapa sumber suara itu. Rayya sekarang berada di dapur kotor Pesantren At-Tamtsir. Jadwalnya hari ini adalah menggoreng 2050 ikan bandeng.

Rayya yang wajahnya mengkilap karena terkena uap api dan juga minyak, ia menolehkan kepalanya sekilas ke arah sumber suara, "Nggak papa masih hidup, biar sekalian tahu ajal sudah di depan matanya."

Tuffail mencibir pelan, "Tega sekali."

Rayya hanya mengendikkan bahunya tidak peduli. "Tumben Gus bantu angkat-angkat,". Ujar Rayya namun kedua mata nya masih fokus pada wajan besar yang berisi beberapa bandeng yang sedang di goreng.

Tuffail yang hendak beranjak pergi setelah menaruh bak bandeng nya, ia jadi mengurungkan niatnya, " Karena ada kamu," Batin Tuffail.
"Hmm, pengen bantu-bantu aja." Jawab Tuffail santai.

Rayya menganggukkan kepalanya pelan, bibirnya membentuk huruf o kecil.

Merasa sudah tidak mendapatkan jawaban apa-apa dari Rayya, Tuffail melangkahkan kakinya kembali. Masih banyak bak bandeng yang harus ia angkatkan ke dapur.

Namun di tengah-tengah langkahnya, ia menolehkan kepalanya ke belakang. Menatap sekilas Rayya yang terlihat sangat lelah. Ia Melihat Rayya yang sesekali mengusap peluh keringat yang bercucuran di pelipisnya.

Ada sedikit hasrat untuk membantu gadis itu. Namun ia tidak mungkin melakukan hal tersebut. Dan sedikit rasa khawatir ketika Tuffail memandang gadis yang sangat lelah itu, namun rasa khawatir nya seketika perlahan mereda ketika ia melihat Rayya yang tertawa lepas dengan teman-temannya.

Tuffail tersenyum dalam hati, "Lelahmu akan menjadi Lillah, Rayya..."

~~~

Setelah sibuk menggoreng bandeng yang jumlahnya sekian banyak. Rayya dan anggotanya merebahkan tubuhnya sejenak. Mereka duduk berselonjor di kelas madrasah lantai 1.

Mereka juga sibuk berkipas dengan sisa-sisa kardus yang berserakan di lantai. Setelah berjam-jam berhadapan dengan api dan juga minyak panas, itu membuat mereka sekarang merasa sangat haus dan panas.

"Mbak Rayya dapat es dari Gus Tuffail!" Seru Asiska sambil tangannya membawa ceret yang berisi es jeruk.

"EW!"
"EHEMM!"
"Oh, jadi sekarang sama Gus Tuffail Mbak Rayya?"

What the hell? Mana mungkin?
Mereka bicara seenak jidat saja.

"Heh! Ya nggaklah, ngawur aja." Ujar Rayya sedikit sengit.

"Sepertinya Gus Tuffail suka sama Mbak Rayya. Lihat nih, sampe di bikinin es jeruk hahahahahaa.." Gelak tawa salah satu teman Rayya begitu menggelegar.

"Heh kalo ngomong di filter dulu. Lagian bodo amat juga Gus Tuffail suka sama saya. Dulu mah ta'zir-ta'zir, eh sekarang malah suka. Mampus!" Cerocos Rayya tidak karuan.

"Ati-ati Mbak Rayya, nanti suka juga sama Gus Tuffail,"

Fix! Sekarang Rayya jadi bahan bullyan disini.

Tetapi Rayya memang berkata apa adanya. Ia memang tidak mempunyai rasa sedikit pun terhadap Gus Tuffail. Meskipun teman-temannya mencomblanginya dengan Gus Tuffail, namun ia rasa perasaannya akan tetap pada seseorang yang sudah membuatnya terkagum.

"Eh Rayya, mau es nya nggak?" Tanya Mbak Asis seraya menyodorkan segelas es jeruk kepada Rayya.

"Taruh aja mbak, nanti aja."

Rayya tidak berkata saya akan minum. Itu berarti Rayya tidak menjamin akan meminumnya. Biarkan es jeruk itu di nikmati oleh teman-temannya saja.

"Eh, es nya manis banget. Pasti Gus Tuffail buatnya pake perasaan banget."

"Nah bener, asli seger banget. Manis juga kayak orangnya hahahaah..."

"Mbak Rayya beneran nggak mau minum? Nyobain gitu?"

Rayya menggeleng. Dia berpikir jika dirinya menerima pemberian dari Gus Tuffail, berarti dirinya telah membuka sedikit ruang untuk Gus Tuffail masuk ke dalam hatinya.

Hm. Alasan yang sangat tidak aktual dan terdengar begitu basi. Namun biarkan Rayya berbuat sesuai hatinya.

🌸🌸🌸

Thanks for reading❤️
Jangan lupa vote and comment
🤗🤗🤗

ANA UHIBBUKA FILLAH (ON GOING)Where stories live. Discover now