[14] Intrusion

316 42 0
                                    

Feromon aroma hujan mulai menyebar dari tempat Irvan berdiri. Aromanya lebih pekat dan mencekam kali ini, bukan lagi candu yang menyenangkan seperti sebelumnya. Respons biologis membuat napasnya tertahan dan tubuhnya memanas. Di tengah ketidaknyamanan, dia belum sadar kalau feromon ini tidak dikeluarkan untuknya.

"Sialan lu, Bro! Posesif banget lu sama Omega baru lu sampai menyebar feromon segala!" hardik si pemilik suara tadi sambil mengibas-ngibas udara di depan mukanya. Dari posisi dia berdiri, terlihat dia adalah ketua geng tersebut.

"Iya, bangsat lu, Desmond! Kan sesama teman seperjuangan, memangnya gak boleh kenalan bentar sama Omega lu!" olok remaja lain yang berada di belakang sang ketua.

"Takut kali dia kalau harus berbagi Omega sama kita," timpal anak lain yang membuat suasana semakin tidak enak.

Emosi Irvan sedikit terpancing dengan perkataan terakhir yang rendahan itu. A leopard never changes its spots. Kumpulan orang yang sama, tawa yang sama, dan sikap berandal yang sama, hanya di waktu dan tempat yang berbeda. Irvan membenci dirinya yang kembali terperangkap di situasi seperti ini.

"Memangnya anjing jadi harus berbagi pasangan?" sindir Desmond tanpa menoleh ke orang-orang tersebut. Dirinya terlalu sibuk memperhatikan Omega yang masih gigih melepaskan diri darinya. "Dan kita sudah bukan 'bro'  ataupun 'teman seperjuangan' ya sialan," tambah dia.

Feromon Desmond mencegah kelompok remaja tidak beres itu untuk menjaga jarak. Namun, dia tidak yakin berapa lama dia bisa bertahan seperti ini, apalagi ada Omega yang terkena dampak juga di sini. Tampaknya kabur adalah jalan satu-satunya.

Dia sempat melirik sekilas saat menyadari keberadaan kelompok tersebut. Ada wajah familiar di sana, anak yang tidak sengaja dia tabrak dua minggu lalu saat pulang bersama Irvan. Kelihatannya ada yang dendam sampai sekarang dan memanggil pasukan untuk membalas dendam.

"Sialan! Anak ini sudah terlalu lama gak dijinakkan," seru remaja lain yang tidak senang dengan ucapan dan tindakan Desmond.

"Desmond, lu seharusnya tau kalau mau putus hubungan sama kita, gak sesederhana cuma ngomong begitu saja," ucap sang ketua geng sambil melangkah mendekat.

Desmond mulai waspada. Si kakak kelas brengsek ini ternyata bisa menahan feromonnya. 

"Perlu biaya pengunduran diri, biaya kompensasi anggota, biaya—"

"Iya, iya, entar gua pulang ambil cek kosong, isi saja sesuka lu. Anggap gua sedang donasi buat makam lu," sindir Desmond sekali lagi. 

Desmond tidak ingin berlama-lama. Posisi sekarang dia sedang menahan Irvan dan setengah membelakangi kelompok siswa berandal yang tak diundang itu. Hal ini akan menyulitkan dia untuk berkelahi secara leluasa. Cengkeraman Irvan di tangannya untuk melepaskan diri juga semakin kuat, mungkin sebentar lagi akan ada pertumpahan darah.

"Kalau gua lepasin lu dan lu kabur sekarang, gua gak bisa menjamin lu gak dicegat mereka, Bego. Kita kalah jumlah, Sayang," bisik Desmond pada Irvan yang tampaknya masih gigih percaya dia berkomplot dengan kelompok di belakang.

"Kalau gua percaya lu, gua baru benar-benar bego," balas Irvan sedikit terengah-engah.

Menyadari ketidaknyamanan Irvan, Desmond menarik sedikit feromon. Sialnya, kesempatan itu langsung dimanfaatkan musuh di belakang untuk beraksi.

Si ketua geng, Benedict, yang entah sejak kapan sudah berada di dekat mereka, mendadak menarik tangan Irvan. Tarikan yang tidak diantisipasi itu membuat Irvan hampir terjatuh. Semuanya terlalu tiba-tiba. Untungnya, Desmond cepat bereaksi dan segera menahannya. Desmond berdecak kesal.

"Kalian anggap gua angin, hah? Gua belum selesai dan kalian malah sibuk sendiri?" desis Benedict dengan seringaian tajamnya.

"Lepas," ancam Desmond tidak senang dengan genggaman itu.

Flower Under The Rain [BL]Where stories live. Discover now