[12] Closer (2)

571 54 14
                                    

Desmond langsung menargetkan belahan merah itu. Dua hari ini, dia sering impulsif terhadap Irvan entah kenapa.

"Lu gila, hah?!" pekik Irvan berhasil menghadang bibir Desmond dengan jempolnya di detik terakhir. Wajah Desmond yang mendekat benar-benar membangunkannya dalam satu kali hentak.

Tidak dapat bibir, jempol pun jadi. Desmond si brengsek mengecup pelan benda yang menempel di depan mulutnya. Tindakan ini membuat Irvan melotot dan cepat-cepat menyingkirkan tangannya.

"Tugas lu sudah siap?!" tanya Irvan salah tingkah dan ingin mengalihkan suasana secara bersamaan. Dia buru-buru melepaskan diri dari pelukan Desmond dan membolak-balikkan buku di atas meja.

"Sudah," jawab Desmond sembari membalikkan buku di tangan Irvan yang terbalik.

Irvan pura-pura tidak peduli. Matanya dengan cepat memindai seluruh kerjaan Desmond. Melihat soal matematika yang penuh dengan variabel p, q, r, u, v, pikiran Irvan akhirnya beroperasi dengan normal lagi.

"Sudah tidak masalah. Cuma soal yang ini jangan lupa dikalikan negatifnya," komentar Irvan sambil menunjukkan kesalahan Desmond.

"Hn," respons Desmond mendekat dari belakang.

"Otakmu tidak berkarat amat ternyata."

"Tentu saja," jawab Desmond dengan nada malas. Cekungan bibirnya semakin dalam seiring semakin terciumnya bau melati yang menyenangkan bagi tubuhnya.

"Ya sudah, ayo pulang—"

Perkataan itu bergantung di udara. Tubuh Irvan menegang seketika begitu merasakan endusan Desmond di area lehernya. Belum lagi suhu tubuh Desmond yang terus merambat ke tubuhnya akibat jarak mereka berdua yang kembali hilang.

"Desmond," panggil Irvan untuk memperingatkan sang Alpha.

"Sebentar," lirih Desmond di dekat telinga Irvan.

"Lu lagi kesurupan apa dua hari ini? Nempel mulu—Jangan!" seru Irvan ketika tangan Desmond mulai menyusup ke pinggangnya. Seluruh saraf Irvan mulai meninggi sensitivitasnya.

Kendali penuh atas kemesraan di petang ini dipegang Desmond secara penuh. Irvan yang sesekali menggeliat tidak memiliki kesempatan untuk kabur sama sekali.

"Gak tau, lagi pengen saja," ucap sang Alpha singkat.

Endusan Desmond di leher Irvan mendadak berubah menjadi tindakan mengulum. Irvan merasa ini sudah mulai melewati batas, terlepas dari tubuhnya yang diam-diam menyukai sentuhan itu.

"Lu kayak anjing sialan. Berhenti menyentuh area kelenjar gua," umpat Irvan yang pipinya mulai panas. Mana dia harus menjaga tangan Desmond untuk tidak macam-macam.

Desmond menuruti permintaan itu sejenak. "Setidaknya anjing ini tidak membuat lu basah."

"..."

Desmond tidak memasukkan arti tersirat apapun di ucapan tadi. Akan tetapi, sang pendengar menafsirkan terlalu jauh dan membuat wajahnya semakin panas, bahkan merah.

"Jaga ucapannya," tegur Irvan menekan setiap suku kata. Peringatannya ditambah dengan cubitan di pinggang Desmond.

"Akh! Sialan!" Desmond tidak mengerti apa yang salah dengan ucapaannya. "Apaan sih—"

Desmond terdiam.

Desmond mengernyit. Detik berikutnya, Desmond mengerti dan segera menjitak Irvan. "Maksud gua, air liur anjing, Bego. Lu pikirnya ke mana, hah? Gara-gara main sama Jeffery, terus otaknya ikutan kotor, hah?!"

Giliran Irvan meringis. Dia mengusap-usap dahinya. Mulutnya baru mau protes, tetapi langsung ternganga saat dia menyadari kesalahpahamannya. Rasa malu terpampang jelas di wajahnya seketika.

Flower Under The Rain [BL]Where stories live. Discover now