[5] Priority

594 53 3
                                    

Hari sudah mulai sore saat Desmond membuka kembali matanya. Butuh waktu beberapa detik untuk mengumpulkan jiwanya lagi dan merasakan kembali tubuhnya. Matanya menyipit menyesuaikan kondisi ruangan yang remang-remang. Cahaya matahari sore yang semakin rendah menyusup masuk lewat ventilasi berdebu di gudang ini. Dua berkas cahaya jingga jatuh mengenai kakinya dan sepasang kaki lain di antara kakinya.

Kaki lain milik Omega di pangkuannya.

Desmond menurunkan pandangannya dan menemukan remaja yang masih tertidur pulas dengan dengkuran pelan. Melihat kepulasan itu, Desmond ingin mengambil kesempatan untuk melakukan peregangan yang tidak jadi-jadi sejak tadi, tetapi dia juga masih ragu untuk bertaruh. Takut Omega itu merengek lagi karena terganggu.

Dia menghela napas. Seperti sedang mengasuh anak saja.

Pada akhirnya, dia hanya meregangkan kedua tangannya, selebihnya dia tidak berani bergerak. Begini saja, remaja di pangkuannya sudah mengerang protes. Desmond mendengus. Anggap saja ini kompensasi yang diberikan.

Desmond kembali mengeluarkan ponselnya. Waktu di layar menunjukkan sudah hampir waktunya pulang sekolah. Ini akan semakin bahaya jika mereka tidak mendapat bantuan segera. Besok adalah hari Sabtu, tidak akan ada yang ke sekolah. Jika tidak keluar sebelum pulang sekolah, kemungkinan besar mereka harus menunggu para penghuni sekolah kembali hari Senin. Desmond tidak ingin menunggu mati di sini selama tiga hari.

Matanya lalu menangkap satu tangga kecil di pojok layar ponselnya. Dia membelalak kegirangan, meneriakkan syukur untuk pertama kalinya. Antusias ini tidak sengaja mengganggu makhluk yang lagi tidur. Desmond meminta maaf, lalu menepuk punggungnya hingga kembali tertidur. Sang Alpha terlalu senang sampai tidak sadar atas tindakannya barusan.

"Akhirnya ada harapan keluar."

Secepat kilat, Desmond membuka aplikasi percakapan untuk mencari bantuan. Pesan-pesan tadi yang belum berhasil terkirim segera dikirim ulang. Walaupun sempat khawatir karena sinyal yang lelet, pesan-pesan itu akhirnya berhasil dikirim pada Luis. Sayangnya, Luis belum membaca. 

Desmond mencoba menelepon, tetapi tidak berhasil karena sinyal yang putus-sambung seperti cinta remaja. Hanya ada sederet pesan Luis yang masuk, yang mengatakan dia juara 3 lomba main balon dan dapat hadiah sekotak hello badak, makanan ringan yang lagi populer. Luis sempat menanyakan lokasi dirinya biar bisa membagi makanan ringan yang berhasil dia selamatkan dari hantu-hantu kelaparan di kelas. Namun, Desmond tentu saja sedang tidak bisa menjawabnya saat itu.

Sinyal yang datang tiba-tiba, hilang tiba-tiba juga.

Desmond mematikan benda logam itu yang kembali tidak berguna. Semoga saja Luis cepat melihat pesannya. Dia perlu udara segar dari luar sebelum sirkulasi udara yang buruk dan feromon-feromon yang berhamburan di sini mematikan kewarasannya sekali lagi. Omega yang sedang tidak benar ini juga perlu pengobatan secepatnya.

***

Dua puluh menit kemudian, derap kaki dan sebuah teriakan membangunkan kedua siswa yang terkurung di dalam gudang OSIS. Terdengar tidak hanya ada satu orang, sedikit ramai di luar sana.

"Pak Bos! Bos!" panggil suara itu yang disusul bunyi gemerincing kunci membuka pintu. "Lu di dalam?"

Desmond segera mengenali suara itu. Sebelum dia menjawab, sang pemilik suara sudah membuka pintu dan melangkah ke dalam.

"Astaga, lu lagi ruth"

Komentar Luis terhadap bau ruangan yang dia masuki bergantung di udara setelah melihat pemandangan di depan matanya. Dia membeku beberapa saat, bahkan bau feromon kuat di sekitarnya pun dia lupakan sejenak. Rahangnya jatuh ke bawah.

Flower Under The Rain [BL]Where stories live. Discover now