[13] Last Day

302 42 0
                                    

Bel pulang hari terakhir ujian akhir semester telah berbunyi. Tiga kali dentingan yang ditunggu-tunggu mengakhiri tekanan batin seluruh siswa selama sepuluh hari ini. Buru-buru para siswa mengumpulkan soal dan kertas jawaban, lalu keluar dari ruangan neraka untuk berkumpul dengan teman atau langsung pulang.

Biasanya, Irvan akan langsung pulang kalau sudah selesai ujian. Namun, hari ini ada sedikit masalah. Bukan masalah juga sebenarnya, melainkan Desmond, si berandal sekolah, mau menemuinya setelah tidak ada kabar selama 10 hari ini. 

Awalnya, Irvan menebak mungkin Desmond sedang menjauh karena rut kemarin. Lima hari kemudian, remaja itu masih tidak tampak batang hidungnya, Irvan mengira akhirnya hidupnya terlepas lagi dari bocah satu itu.

Kembali seperti semula.

Yah, mungkin ini lebih baik.

Hingga tadi saat dia kembali ke kelas, seorang siswa memberitahunya kalau Desmond datang mencarinya dan meminta untuk ketemu nanti pas pulang di belakang aula sekolah. 

Irvan menghela napas pelan. 

Dia bisa saja menolaknya, lalu menghubunginya lewat ponsel saja. Dia juga tidak perlu berjalan dari ujung ke ujung sekolah begini untuk mencapai tempat Desmond. Irvan mengutuk dirinya mengapa baru memikirkan hal ini sekarang. Bodoh memang.

Berjalan beberapa langkah lagi, Irvan sudah bisa melihat sosok Desmond yang tengah bersandar di dinding belakang aula. Mulut pemuda itu tampak sedang mengulum sesuatu, permen batangan sepertinya. Irvan belum bisa melihat jelas dengan jarak sekarang.

Kaki Irvan berhenti di jarak tersebut. Dia masih ragu-ragu untuk menghampiri satu-satunya manusia di sebelah sana atau tidak. Kondisi belakang sekolah yang sudah sepi memang bukan tempat ideal untuk seorang Omega bertemu dengan Alpha. Setelah berdebat intens di dalam kepalanya sendiri, Irvan bertekad untuk berbalik saja. Jangan cari masalah, lebih baik pulang, mandi, dan rebahan.

"Woi! Mau ke mana? Manusia sebesar ini berdiri di sini, lu gak lihat?"

Suara itu menghentikan langkah Irvan.

Irvan mengutuk nasibnya.

Irvan berbalik dan memasang wajah sedatar mungkin.

"Sini," suruh Desmond seenaknya.

Yang disuruh bergeming di tempat. "Gua bisa mendengar lu dari sini."

Desmond menahan kejengkelannya. "Lu ke sini, gua kasih lima puluh ribu."

"Dolar?"

"..."

Jari Desmond menjepit selembar uang lima puluh ribu dari sakunya. "Satu."

Batin Irvan berperang untuk kedua kalinya.

"Dua."

"Lu gak tipu, kan?"

"Dua setengah."

"..."

Kaki Irvan kembali bergerak, menghampiri remaja yang kini tersenyum puas di sandaran tembok. Mata Irvan menatap selembar uang itu lekat-lekat. Saat dirinya sudah di hadapan remaja itu, selembar uang itu dimasukkan ke dalam saku seragamnya oleh Desmond.

"Buat jajan," ucap Desmond dengan senyuman penuh belas kasih.

Irvan memutar bola matanya. Sepuluh hari tidak bertemu, Desmond tetap menyebalkan.

"Lu mau ketemu gua kenapa? Ada hal penting apa yang gak bisa disampaikan lewat chat saja?"

Bukannya mendapat jawaban, Irvan tiba-tiba ditarik ke arah dinding aula, lalu dikukung oleh kedua tangan Desmond. Umpatan sudah berada di ujung bibir siswa teladan itu karena tindakan mendadak ini. Namun, suara Desmond mengalahkan kecepatannya.

Flower Under The Rain [BL]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz