14. Cerita Bumi Kesepuluh

0 0 0
                                    


Aku menelan ludah beberapa kali. Ada banyak alur kehidupan yang muncul dipikiranku. Perkiraanku tidak salah, kan? Alur kehidupan disini pasti berbeda.

Aku mengusap wajah kasar, lalu tersadar bahwa aku menggendong tas. Ah, pantas saja cowok Mesum itu bertanya perihal belajar.

Satu hal yang muncul. Pasti di Dunia ini aku adalah anak teladan. Yah, itu memang fakta di dunia manapun.

Aku cek rambut milik San—diriku yang ternyata sangat pendek. Ada apa ini? Apa disini aku mengalami tekanan hingga stress?

Bagaimana dengan Nenek? Dengan cepat aku berlari ke rumah Argas.

Bruk!

Sial! Ada apa ini? Diriku yang cantik nan imut ini tercebur ke got. Air limbah perumahan siapa, nih?!

Perasaan gak ada pembatas jalan di Dunia sebelumnya. Berteriak juga rasanya sia-sia. Dengan berat hati aku bangun dan menepuk rok. Waduh, baru sadar aku disini sangat seksi. Ini belajar atau..?

Gak, ya. Aku disini tuh anak baik-baik. Ayo, hidup lagi. Liat perbedaan dengan dunia sebelumnya.  Lalu jalani. Ralat, ini aku kemana lagi ya setelah Santi yang asli muncul?

Mati gitu? Apa ketemu cowok Mesum itu? Gak, deh. Mending aku milih mati daripada ngejalanin hidup tanpa arah yang pasti.

Aku duduk di tepi jalan sambil mengamati keadaan kehidupan disini. Ini memang desa, tapi tidak sesepi ini. Perasaan di depan rumah Argas ada rumah, tapi disini terlihat penuh sama pohon.

Salah satu perbedaan yang diketahui ini adalah pemukiman Desa. Tapi kenapa ada lampu mewah? Tau tiang yang isi lampu keren itu? Yang biasanya ada di kota? Itu dia! Kece banget Desa disini ternyata.

Aku cukup tau diri hidup menumpang disini. Aku langsung melepas beban dipundak. Seberapa teladannya diriku di dunia ini sampe bawa ilmu sebanyak ini? Udah setara sama koper aja.

Aku ketok pintu rumah Nenek yang setiap sudut rumahnya sama sekali tidak ada perubahan apapun. "Nek..," panggil aku gak sabaran.

Bukannya gimana, ya. Aku mau mandi cepet! Udah gak tahan lagi sama bau ini. Kayak habis mandi sama kebo aja.

Gak butuh waktu lama, Nenek muncul dari dalam rumah dengan wajah keriput. Gak gitu. Emang wajar karena faktor usia, tapi masalahnya keriputnya Nenek jauh lebih tua daripada sebelumnya. Ini.., tahun berapa?

"Gek Santi?" GEK?! "Kenapa jadi jelek begini? Tadi habis ngapain, Gek?" Kenapa namaku jadi feminin banget.

Bodo amat, "Nek..., aku kecebur di got. Mau mandi dulu, nanti Santi ceritain." Aku kehilangan akal sehat sebentar.

"EH?! Pacar kamu dimana?" Deg. Tubuhku menegang mendengar suara Ayah dari si Brengsek.

Di Dunia ini aku juga harus bertemu dengan orang jahat ini? Bohong jika aku gak takut. Buktinya aku menggigit bibir.

"Jatoh ke got." Nenek menjawab, "serius? Terus Argas dimana? Kok bisa-bisanya lalai menjaga menantu cantik seperti ini?"

Ucapan Paman membuatku kaget bukan main. Maksudnya? Bisa di replied lagi gak? Argas? Pacar?

Amit-amit! Nyeleneh banget ini fakta! "Mana anak nakal itu? Mau diberi pelajaran rupanya." Suara nenek memang menenangkan, tapi sifatnya disini kelihatan berbeda.

Nenek keliatan lebih galak dan tegas.

"Permisi." Suara seseorang menganggu lagi.

Bukan. Dia itu— "Mau nyari bebek ilang, Nek." Cowok Mesum!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TABELARDWhere stories live. Discover now