2. Masa Kecil Imut

67 31 36
                                    

Dua: Masa Kecil Imut

Cerpen bagian ini mungkin membuat kalian teringat akan masa kecil😍

Aku sendiri juga kangen sama masa kecil🤩 Kalian jugaa?

Kasih tau momen mengesankan kalian waktu kecil, bolehh?🥰

Aku sih, bisa tidur tanpa beban, yak😓☝️

---

Namaku Santi. Umurku tahun ini enam tahun. Udah gede 'kan? Badanku yang menjawab itu. Tapi gembul, tau. Pipi yang selalu menjadi sasaran empuk jika orang-orang di sekitarku merasa gemas denganku. Ku akui, bahwa aku ini menggemaskan.

Buktinya, aku mempunyai banyak teman hingga di dunia lain pun. Habisnya aku itu populer. Seru juga bermain bersama mereka. Rasanya tiga puluh menit berasa lima menit.

Seperti sekarang. Ayahku memelukku dengan sangat erat ketika aku balik dari taman bermain. Aku cuma pergi sekitar lima sampai sepuluh menit. Tapi wajah Ayah tampak sangat khawatir. Bahkan dia tidak henti-hentinya untuk mencium pipi dan dahiku.

Tapi tak apa. Pipiku ini tidak akan habis, kok. Aku 'kan punya banyak cadangan kegembulan. Contohnya perut. Hehe, perutku kalau sudah penuh bawaannya membesar terus. Habisnya kekenyangan, karena Ayah yang selalu memberikan makanan porsi dewasa kepadaku. Tak apa kok. Itu tanda Ayah yang tak sabar dengan masa besarku.

"Kamu kemana aja? Ayah mencarimu kemana-mana hampir sejam. Jangan bermain jauh-jauh lagi, ya." Begitulah kata Ayah tadi. Aku sih, mengangguk saja.

Bermain jauh kemana? Aku hanya bermain di perosotan tempat aku dan Ayah berdiri sekarang. Itu—Jaraknya hanya sekitar lima meter, mungkin? Kemana-mana? Ayah ini semakin hari pintar berbohong. Apa dia kira aku bodoh dan tidak mengerti? Mentang-mentang aku masih bocil begini? Gak, ya. Aku itu udah dewasa.

Tadi saja aku bermain bersama temanku sambil membahas skripsi kuliahan. Temanku itu jenius banget, tau. Aku yang kecil-kecil begini sudah diajarin tentang cara menulis karya tulis ilmiah sembari main perosotan. Aku iri, sih. Tapi tak apa. Temanku juga kelihatan tidak keberatan menjelaskan tentang karya tulis ilmiah itu.  Aku juga mengerti apa yang dijelaskannya.

"Bentar banget loh, aku mainnya, Yah. Untung 10 menit, belum sejam. Aku lapar karena ngeliat Ayah makan jagung bakar tadi sendirian," ucapku menjelaskan.

Aku tidak bohong, loh, ya. Aku lihat waktu main, Ayah lagi sibuk makan jagung bakar cepet-cepetan. Seolah bagian itu aku makan nanti. Tapi aku anak baik, tau. Aku tau Ayahku kelaparan.

Aku lihat balasan dari Ayah cengengesan gak jelas. Tak apa, toh. Ayah kelihatannya susah sekali untuk bicara jujur. Aku ini bisa melihat mimik wajah orang, walau orang itu sudah berusaha menyembunyikannya.

"Ayah beliin jagung bakar. Tapi ingat, jangan main jauh-jauh lagi, mengerti?" Ayah menaik turunkan alisnya.

"Heum." Aku mengangguk lucu, "tos dulu sama Ayah."

Aku diam menatap kepalan tangan Ayah. Alih-alih membalas, aku malah menubruk badan Ayah untuk kupeluk. Huhu, aku terlihat sangat kecil.

"Eh?!" Ayah mengangkat badanku yang lucu ini.

"Wraww!!" Aku tertawa geli mendengar suara Ayah yang dibuat lucu. Aku anaknya menghargai banget.

TABELARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang