1. Malam Menjadi Bagiannya

125 38 24
                                    

Semoga sukaaa!🤩

Cerita baru lagi dan lagiii😇

Kemungkinan aku bakalan susah buat update cerita ini karena masih ngejar ending cerita Puppy 🤗

Tapi aku selalu usahainnnn, baca dulu yaa

---

Berulang kali gadis berkacamata itu mengusap mata akibat kelelahan bermain game di komputer. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari, namun tampaknya bukan suatu masalah besar bagi gadis itu.

Terhitung sudah dirinya diam di depan komputer selama empat jam tanpa henti. Ketika otak memberikan sinyal kepada perut, gadis berkacamata itu mencubit perutnya membalas. Entah untuk keberapa kalinya sinyal itu berbunyi, ia sama sekali tidak menghiraukannya.

Kemenangan adalah tujuan utamanya. Tentu, kekalahan sumber ketakutannya. Tidak masalah jika setelah ini dirinya muntah-muntah, mual, merasa nyeri tumpul pada perut, dan mungkin mulas dengan sensasi terbakar di dada ia rasakan kembali. Semua bisa ia atasi, tapi tidak dengan perlombaan game ini.

Ketika titik kemenangan di depan mata, satu alasan yang membuat gadis itu gagal merenggut kemenangan tersebut. Yaitu sebuah suara cakaran dari arah jendela mengagetkannya.

Menelan ludah, gadis bermata biru itu membenahi kacamatanya, lalu bertanya. "Siapa disana?"

Sunyi. Hening, tidak ada jawaban. Bahkan ketika angka sepuluh berhasil terucap olehnya, hanya suara jarum jam yang menghiasi ruangan itu.

Sekedar informasi, ini hari pertama dirinya tinggal disini. Ini kosan, bukan apartemen. Memang tidak mengejutkan lagi, ketika ia bertanya kepada satpam siapa saja yang tinggal disini, jawabannya yaitu hanya ada tiga orang penghuni di kosan ini.

Dua orang tersebut tinggal di area lantai satu, sementara dirinya tinggal di lantai dua. Butuh persiapan mental dan keberanian besar untuk memutuskan tinggal di Kosan sepi seperti ini. Jika saja bukan karena masalah uang, ia pasti akan memilih mencari tempat tinggal yang nyaman dan lebih ramai penghuninya.

Kenalin, namanya Santi. Anak manja yang tahun ini resmi menjadi mahasiswa jurusan Sastra Inggris di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Santi terpaksa harus hidup mandiri tanpa perlindungan orang tua.

Yah, bulan lalu Ayahnya pergi meninggalkannya ke alam surga. Lalu sang Ibu sendiri telah lama meninggalkannya. Entah kenapa sang Ibu hanya mengundang suaminya saja, padahal anaknya juga ada. Di keadaan seperti ini, Santi mau tidak mau harus menerima kenyataan pahit ini.

Memukul keyboard komputer sebagai pelampiasan atas kekalahan, Santi yakin suara yang ia dengar itu hanya khayalannya saja. Mungkin ini akibat dirinya masih terbawa suasana sedih.

Santi kemudian mengirim pesan kepada salah satu temannya. Ia meminta tolong kepada temannya agar membelikan makanan dan membawanya langsung kesini. Santi tau dirinya salah, tapi ia tidak akan bisa tidur jika perutnya belum terisi.

Pukul jam dua malam, terpantau Santi masih asik bermain game. Terhitung sudah sekitar keempat kalinya suara cakaran itu kembali terdengar.

Krrkk

Santi berusaha menulikan pendengarannya. Namun tubuhnya tidak berhasil. Seolah ada magnet yang menyeretnya melihat keluar jendela, memastikan agar tau apa yang telah terjadi.

Suara gemercik pasir dari atap, suara kaki berlari menggangunya. Santi memejamkan mata sejenak. Ia harus meyakinkan matanya agar bisa diandalkan. Karena kekurangan ini, butuh waktu beberapa detik untuk melihat objek dengan jelas di malam hari. Sedangkan dirinya ingin dalam sedetik harus sudah melihatnya dengan jelas.

TABELARDOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz