Bab 48

66 15 14
                                    

RUFUS

Seharusnya Rufus tidak perlu cemas. Dia memegang kekuatan terbesar di dunia. Bahkan sekalipun Cassidy memiliki kekuatan yang sama besarnya pun, gadis itu tidak punya penguasaan sihir yang baik.

Lalu, entah kenapa dia tidak bisa tidur malam ini.

Rufus bukannya bisa tidur di malam-malam sebelumnya. Setiap kali dia memejamkan mata dan terlelap, selalu ada yang terjadi di dalam mimpinya. Kadang dia kembali ke kehidupan sebelumnya, hanya untuk melihat Agnar mengkhianatinya lagi dan lagi. Ada pula saat ketika dia memimpikan kehidupannya di New Orleans, ketika ayahnya diseret ke mobil polisi dan ibunya berusaha lari dari kejaran wartawan sebelum ditabrak sebuah truk.

Semua itu terus berputar bagai kaset rusak; menghantuinya. Pada saat bersamaan, mimpi-mimpi tersebut memberi Rufus alasan untuk terus maju.

Rufus tahu dia bisa menyudahi mimpi buruk dari kehidupan di masa sebelumnya. Dia akan memberi Agnar balasan yang berkali-kali lipat lebih buruk. Kemudian setelah itu, orang-orang akan percaya pada kebaikannya. Mereka akan menganggapnya pahlawan. Barangkali, setelahnya Rufus akan diterima oleh mereka. Dengan demikian, dia akan memiliki teman dan keluarga baru; tentunya orang-orang ini adalah mereka yang memahami Rufus serta tidak menghakimi alasan dari setiap perbuatannya.

Sayang sekali Cassie justru menghancurkan semua kemungkinan itu. Sekarang rencana telah berubah. Rufus harus menyingkirkan gadis itu sebelum kesalahan lamanya terulang. Dia bisa membangun dunia baru yang lebih baik setelahnya. Namun untuk mewujudkan impian tersebut, Rufus perlu membersihkan dunia yang sekarang terlebih dahulu.

Rufus menoleh ke samping, melihat tempat di mana Agnar berada. Hidungnya mengernyit tatkala kembali mencium aroma tak menyenangkan dari bekas luka di sayap sang naga yang kini telah membusuk. Dari segala sisi, tubuh naga itu tampak menyusut dari hari ke hari, terlebih karena Rufus hanya memberinya sedikit makanan. Cukup untuk menjaganya tetap hidup.

Tidak, Rufus tidak berniat terburu-buru dalam balas dendamnya. Agnar harus melihat dulu apa yang bisa Rufus lakukan. Baru setelahnya, naga itu bisa enyah dari dunia ini.

"Gerick," Rufus memanggil. "Kumpulkan para naga Dracaelum pagi ini."

Sang naga, yang sejak tadi diam di tempatnya, bertindak sesuai perintah, tidak ada balasan atau bantahan yang keluar dari mulutnya.

Rufus yakin dirinya sudah berleha-leha terlalu lama. Sekarang saatnya dia mengambil tindakan sungguhan.

Kau mau bertarung, Cassidy? Akan kuberi kau pertarungan sungguhan.

━━━━━━━━━▼━━━━━━━━━

CASSIDY

Ternyata Ben benar. Aku butuh tidur.

Tidak lama setelah ditinggal sendirian, aku sudah terlelap lagi. Gara-gara terlalu banyak tidur di awal, aku terpaksa bangun lebih awal pula, sekitar pukul tiga di dini hari.

Beast masih terlelap di alas tikar yang digelar pada sebelah ranjangku. Sementara di meja kerja, terlihat Immy duduk di sana ditemani lampu minyak. Tangannya sibuk bergerak di atas buku sketsa.

Ketika aku beranjak bangun, barulah Immy menoleh ke arahku. Perlahan kulangkahkan kaki ke arahnya, berusaha untuk tidak membangunkan Beast.

"Belum tidur?" tanyaku.

Dia kembali fokus ke buku sketsanya. "Tidak bisa tidur."

"Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"

Tangan Immy berhenti membuat sketsa bunga herbal yang baru setengah jadi. "Ada banyak hal yang kupikirkan," jawab Immy. "Sampai sekarang aku masih bertanya-tanya apa yang akan terjadi kalau tadi kau tidak datang."

Iltas 3: A Dance of Fire and SorceryWhere stories live. Discover now