Bab 39

60 13 11
                                    

IMMY

"Perubahan rencana," Immy mengumumkan pada rapat dadakannya dengan Santiago dan Ben. "Besok malam aku akan pergi ke kediaman Casimir dan kalian harus ikut denganku."

Santiago sudah mendengar ceritanya dari Ben. Immy terlalu sibuk melampiaskan amarah pada buku sketsanya selama beberapa jam, membuat coretan-coretan kasar dan robekan pada halaman kertas. Kini pria itu memandangi Immy dengan tatapan setengah terkesan, setengah bangga.

"Dengar, aku tidak mau menghancurkan semangatmu," Ben berkomentar, "tapi apakah kau punya alasan kuat untuk memercayai Isadora? Maksudku, walau ucapannya cukup masuk akal, itu tidak menjamin dia bisa sepenuhnya membantu."

"Bisa atau tidak, minimal kita punya perantara untuk bicara dengan para penyihir," ujar Santiago. "Mengandalkan dewan penyihir saja tidak akan cukup. Rata-rata penyihir yang bergabung dengan dewan berasal dari keluarga yang kurang berpengaruh."

Immy mendesah kesal. "Baiklah, kalian mulai membuatku bimbang."

"Kalau kita memang sangat membutuhkan peran penyihir, maka ada baiknya kita pergi," Ben memutuskan. "Akan lebih baik bila mereka mau membantu. Tapi bila tidak pun, jangan sampai mereka berpihak pada Rufus."

"Jadi kita akan pergi?" Immy memastikan sekali lagi. Santiago mengangguk kecil, tetapi Ben tidak memberi balasan sama sekali.

Menyadari hal tersebut, Santiago segera berkata, "Kurasa kau dan aku sudah cukup, Immy. Akan canggung bila Ben ikut pergi ke sana."

Immy segera menyadari raut lega dari wajah pemuda di sebelahnya. Lagi pula, Immy tidak bisa membayangkan apa reaksi orang-orang bila dia membawa seorang darah campuran ikut serta bersamanya.

"Ada baiknya kita pulang dulu dan menyelesaikan pesanan obat. Sekalian aku harus mencari pakaian untuk besok," ajak Santiago. "Oh, dan Ben, kami akan kembali setelah mendapatkan jawaban dari para penyihir."

Ben mengangguk. "Berhati-hatilah."

Tidak perlu menunggu lama, Santiago sudah pergi lebih dulu dengan sihir teleportasi. Immy kembali mengarahkan perhatiannya pada Ben. "Jangan lakukan hal bodoh, mengerti?"

Ben mendengus pelan. "Harusnya aku yang bilang begitu kepadamu." Setelahnya, Ben merendahkan suara. "Kutebak kau belum tahu, tapi kudengar dari ibuku kalau adikmu... dia sedang mengandung."

Gara-gara satu kalimat sederhana itu, mendadak Immy langsung memahami sumber kepercayaan diri Isadora. Pantas saja perempuan itu begitu yakin saat berkata kalau dirinya akan meyakinkan keluarga Casimir dan Throne.

"Mengandung?" Immy mengulang. "Kau yakin?"

Ben mengangguk. "Karena itulah Ibu sangat cemas saat mendengar kau dan Isadora punya hubungan buruk."

"Kutebak dia lebih mengkhawatirkan Isadora," gerutu Immy.

Ben menghela napas. "Well, aku tidak akan menyalahkannya untuk itu. Mengetahui Isadora mengandung membuatnya tidak tegaan."

Isadora mengandung. Kalimat itu yang terus terulang dalam benak Immy, diikuti ingatan mengenai percakapan yang telah terjadi di antara mereka tadi siang.

Beberapa detik lamanya Immy berdiri dalam keadaan termenung, sampai akhir kesadaran kembali mengambil alih dan dia berteleportasi ke rumah Santiago.

━━━━━━━━━▼━━━━━━━━━

BEN

Akhir-akhir ini Ben merasa egois.

Dia sendiri tidak tahu apa yang sebaiknya dia lakukan. Kemarin-kemarin dia nyaris mencelakai Kaia, kemudian dia meninggalkan Cassidy. Kali ini, dia bahkan tidak punya keberanian untuk menemani Immy kembali ke kediaman orang tuanya besok malam.

Iltas 3: A Dance of Fire and SorceryWhere stories live. Discover now