Api cemburu

10.9K 558 27
                                    

Mas Damar memang tidak pernah mengabaikan ucapanku. Baru tadi pagi aku membicarakan tentang menegur Anaya. Malam ini, Danu dan Anaya sudah didudukkan di ruang keluarga untuk diajak bicara.

Ya, aku tidak terlalu tertarik untuk mendengarkan pembicaraan mereka. Dari pada aku berada di sana, lebih baik aku menghabiskan makanan yang baru saja dibuatkan oleh Mbok.

Biarkan mas Damar menyelesaikan perihal tingkah Anaya yang semakin lama semakin menjadi. Lagipula, Danu ada andil dalam hal ini.

Andai saja dia tidak mengabaikan istrinya. Hal seperti ini tidak mungkin terjadi, bukan? Anaya tidak mungkin menjadi tidak puas sehingga nekat mau menggoda mas Damar. Dan aku, aku tidak akan merasa kesal sehingga meminta mas Damar untuk menegur mereka.

Aku pikir, pembicaraan mereka akan berakhir dengan baik dan tenang. Nyatanya tidak seperti itu. Baru beberapa menit mereka bicara, suara Isak tangis Anaya sudah terdengar.

Namaku berulangkali disebut-sebut. Ckk, bahkan sup panas yang nikmat ini mendadak menjadi hambar karena namaku terus diseret-seret.

"Neng, itu ada apa, sih? Tuan besar lagi marah, ya?" Tanya mbok Yem penuh dengan rasa penasaran.

Aku hanya menggelengkan kepala pelan. Jelas aku  hanya meminta mas Damar untuk menegur mereka. Bukan memarahi, apalagi sampai memaki. Kenapa sekarang terdengar seperti pertengkaran hebat.

"Aku gak tahu, Mbok. Tadi pagi aku cuma minta mas Damar untuk menasehati Danu dan istrinya. Mbok tahu sendiri kan, gimana tingkah Anaya dan pakaiannya di rumah? Padahal di rumah ada mas Damar sama mang Kardi juga," jelas ku dengan cepat.

Mbok Yem mengangguk setuju. Menghela napas panjang, akhirnya aku sekali lagi harus mengalah dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Namaku berulangkali disebut dengan kasar oleh Anaya dan juga Danu tentu saja.

"Dari dulu aku yang selalu mengerti perasaan kamu, Mas. Aku yang menghibur kamu di saat Paman kamu sibuk mengurus pekerjaan. Di saat kamu kehilangan arah karena tidak memiliki tempat bersandar, aku yang menemani kamu! Sekarang kamu lebih percaya ucapan Binar yang merebut kamu dari aku!"

"Yang benar saja, Mas! Aku tengah mengandung anak kamu!"

Suara lantang Anaya menggema di luar keluarga. Ckckck, apanya yang wanita perebut. Haruskah aku masuk ke dalam sana sembari membawa kaca agar dia cepat sadar.

"Binar tidak pernah merebut siapapun Anaya. Kamu yang pergi menghilang tanpa jejak!" Danu kembali bersuara. Mengucapkan kata dengan tak kalah lantang.

Setelah dilihat-lihat, ini tidak seperti mereka sedang dimarahi. Melainkan mas Damar tengah menonton pertengkaran antara suami  istri.

"Kamu tahu sendiri bagaimana keadaan aku saat itu, Mas. Kamu yang tiba-tiba memutuskan untuk menikahi Binar membuat aku tidak berani kembali."

"Benarkah, bukan karena kamu berniat menikahi pria lain."

"Mas Danu!"

"Aku tahu kamu berbohong Anaya! Selama beberapa minggu terakhir aku melacak semua jejak masa lalu mu. Di saat pernikahanku dengan Binar berlangsung, kamu sudah ada di Kalimantan. Bohong jika kamu bilang kamu berusaha untuk mencari ku! Dan lagi, anak itu apa benar dia adalah anakku?"

"Danu!" Pekikku lantang. Ucapan Danu sungguh keterlaluan. Darahku mendidih mendengar perkataan Danu.

Aku juga akan menjadi seorang ibu. Perkataan seperti itu sungguh sangat menyakitkan hati. Bagaimana jika nanti anakku juga diragukan oleh mas Damar. Hatiku sudah pasti tersayat-sayat.

"Bagaimana bisa kamu meragukan anakmu sendiri?" tanyaku dengan nada suara yang gemetar.

"Bi, kenapa kamu ke sini. Bukannya kamu sedang makan?" Mas Damar menghampiriku. Lalu dengan penuh kelembutan ia membimbingku ke sofa, tempat dimana ia duduk sedari tadi sembari memperhatikan pertikaian Danu dan Anaya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 12, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Married with your Uncle Where stories live. Discover now