5.Cinta Terlarang terpendam lama

27.1K 841 12
                                    

Happy Reading!!!
.
.
.

POV 3: Author

Keesokan harinya, Binar terbangun lebih pagi dari biasanya. Bersiap, dan kembali memastikan barang bawaannya lengkap tanpa ada yang tertinggal. Koper yang akan dia bawa untuk pergi ke Sumatera sudah tertata rapi di sofa kamarnya.

"Sudah belum, ya?" Monolog Binar bertanya pada dirinya sendiri.

Sekali lagi Binar mendikte barang bawaannya. Pakaian, jaket, daleman, peralatan mandi, skincare, dan handuk. Setelah memastikan lengkap, ia menutup kopernya.

Suara klakson mobil terdengar dari bawah. Binar mengintip dari balkon kamar untuk melihat apakah Mang Kardi dan Om Damar sudah datang.

Di depan gerbang rumahnya. Ada mobil hitam yang terparkir, itu mobil Om Damar. Dengan buru-buru Binar menutup pintu balkon, menarik koper, dan tak lupa menjinjing handbag miliknya di tangan kiri.

Setelah memastikan semua pintu terkunci. Ia menyerahkan kopernya pada Mang Kardi, "Tolong ya, Mang. Aku ke rumah Bu RT sebentar!" ujarnya sembari berjalan sedikit cepat ke rumah Bu RT yang bersebrangan dengan rumahnya.

Di mobil, Damar yang melihat Binar pergi menuju pagar rumah depan hanya melirik sekilas. Membuka kaca mobil, lalu bertanya dengan Mang Kardi, "Ada apa, Mang?"

"Ehh ... Enggak kenapa-kenapa, Tuan. Itu si non Binar katanya ke rumah Bu RT dulu. Mau bilang dia enggak di rumah kali, ya, kompleks ini 'kan terkenal dengan keamanan dan kerukunan warganya," jelas Mang Kardi, Damar yang mendengar penuturan sopirnya hanya mengangguk saja.

"Hai, Om. Binar duduk di sini, apa di depan?" Tanyanya tiba-tiba, dengan kepala yang menyembul setengah di pintu mobil.

"Senyaman mu, Bi. Jangan sungkan," jawab Damar.

Binar mengangguk. Kemudian kembali menutup pintu, dan membuka pintu samping kemudi. "Jalan, Mang!" ucap Binar sembari tersenyum lebar ke arah Mang Kardi yang sedikit kaget karena wanita itu memilih duduk di kursi samping kemudi.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara. Bahkan setelah sampai di bandara, landing, dan setelah mereka tiba di bandara Bengkulu, Sumatra pun Om Damar masih belum membuka suaranya.

.

.

.

POV Binar

Kami sudah tiba di Sumatra. Bahkan sudah keluar dari Bandara, hanya saja sepertinya ada yang aneh sama OM Damar.

Sejak dalam perjalanan menuju bandara hingga sekarang. Dia tidak berbicara sama sekali. Pertanyaanku bahkan hanya dijawab anggukan dan gelengan.

Sebenarnya Om Damar kenapa sih? Bisu mendadak? Sariawan? Atau kenapa? Haiss... Membuat pusing saja.

"Kita dijemput, Om?" tanyaku, Om Damar hanya mengangguk untuk menjawab.

"Dari sini tempatnya jauh?" tanyaku sekali lagi. Oke, ini pertanyaan terakhir. Jika saja tidak dijawab dengan benar, maka aku akan benar-benar menutup mulutku juga.

"Tunggu mobilnya datang! Setelah itu kamu bisa tidur di mobil. Butuh sembilan jam dari sini untuk tiba di area perkebunan!" Di jawab! Akhirnya, setelah berjam-jam aku tidak mendengar suara Om Damar sekarang dijawab juga.

"Baiklah,"

Tidak lama menunggu akhirnya sebuah mobil tiba di hadapan kami. Mataku terbelalak kaget. Tidak, bukan mobil seperti ini yang kubayangkan. Yang kubayangkan adalah mobil seperti yang sering ku gunakan untuk berpergian selama ini. Kenapa yang datang Strada L200? Kenapa?!

Married with your Uncle Where stories live. Discover now