🌁 F/F 49 : Pelangi setelah badai

44 9 0
                                    

🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊

“Hanya orang yang kuat dan hebatlah yang akan selalu menemukan pelangi setelah badai.”

~••★••~

TIDAK ada masalah tanpa solusi, tidak ada perjuangan yang sia-sia, badai pasti berlalu dan kebahagiaan pasti akan tiba. Mungkin itulah yang Syana dan Rion alami saat ini. Satu per satu masalah yang datang pada mereka akhirnya menemukan penyelesaiannya sendiri.

Seperti Syana yang setelah puas dan bahagia karena berhasil membongkar kejahatan yang pak Dirga lakukan, hingga membuat rencana pernikahan pak Dirga dan mamahnya batal, Syana juga mendapat kebahagiaan yang jauh lebih besar lagi. Ya, apa lagi kalau bukan bertemu dengan Kaivan, papah yang selalu dia rindukan.

Pertemuan dan kebersamaan mereka tidak hanya sebatas di ruang BK saja, karena setelah pulang sekolah Kaivan juga menjemput gadis itu dan berniat mengajaknya jalan-jalan.

Tak hanya berdua, Syana juga mengajak mamahnya. Mereka pergi ke kantor tempat Danita kerja dan memintanya untuk pulang lebih awal.

Danita yang syok saat itu sama sekali tidak bisa berkata apa-apa. Ingin menolak ajakan Syana pun dia tidak tega, apalagi saat melihat betapa bahagianya gadis itu.

Alhasil, dia mengiyakan ajakan Syana dan mereka pergi bersama ke sebuah restoran yang dulu sering mereka datangi ketika masih menjadi keluarga. Mereka juga memesan menu yang sama seperti yang dulu sering mereka pesan dan semua itu adalah ide Syana.

Mulanya Danita dan Kaivan terlihat begitu canggung. Mereka bahkan tidak berani menatap satu sama lain lebih dari sepuluh detik dan Syana yang sadar akan hal itu berusaha mencairkan suasana dengan terus menceritakan banyak hal.

"Di sekolah Syana terkenal banget loh, Pah. Nggak cuma di kalangan murid-murid aja, tapi juga di kalangan guru," kata Syana memberi tahu.

"Oh, ya?" Kaivan tentu terkejut mendengarnya. "Dulu Papah juga terkenal loh. Papah terkenal karena sering jadi juara kelas dan menangin banyak pertandingan basket. Bahkan waktu itu Papah jadi kaptennya."

Syana menelan ludahnya.

"Kalau kamu karena apa?" tanya Kaivan. Sebelah alisnya terangkat.

Bukannya menjawab Syana malah tersenyum kecut. Sementara Danita berusaha keras untuk tidak tertawa.

"Pasti karena kamu sering jadi juara kelas juga, kan? Atau kamu pernah menangin perlombaan? Misalnya perlombaan biologi kayak Mamah kamu dulu?"

Detik itu juga tawa Danita pecah, membuat Kaivan dan Syana langsung menatapnya. Jika Kaivan terlihat mengerutkan kening karena bingung, Syana malah memasang wajah masam.

"Kamu jangan berekspektasi tinggi, Van," kata Danita. Dia berusaha meredakan tawanya. "Syana nggak pernah jadi juara kelas, yang ada dia hampir nggak naik kelas gara-gara rangkingnya paling bawah."

Mata Kaivan membelalak. "Yang bener kamu?"

Danita mengangguk. "Jadi jangan harap kalau Syana pernah menangin lomba."

"Kalau gitu ... dia terkenal karena apa?"

Danita melirik Syana sekilas. Jujur dia tidak tega mengatakan, tapi sepertinya dia harus mengatakan kebenarannya.

FIGHT OR FLIGHT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang