🌁 F/F 3 : Luka yang tak terlihat

125 20 0
                                    

🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊

“Terkadang, orang yang selalu terlihat bahagia adalah orang yang pandai menyembunyikan luka.”

~••★••~

"GUE nggak akan biarin dia lolos kali ini. Pokoknya gue mau bales dendam!" ujar Dara.

Apa yang terjadi ketika jam istirahat tadi tentu tidak bisa dia lupakan begitu saja. Selain rambutnya jadi kotor dan pantatnya sakit akibat terjatuh, dia juga harus berurusan dengan guru killer.

Bagaimana tidak? Saat dia hendak menyusul Olin dan Adhira yang mengejar Syana, dia malah bertemu bu Sarah Fattena, guru BK yang terkenal akan ketegasan serta kedisiplinannya.

Melihat tong sampah terguling dengan isi yang berceceran, ditambah kehadiran Dara di sana, dia tentu menjadi tersangka utama.

Tak peduli seberapa keras Dara menjelaskan jika pelakunya adalah Syana, ujung-ujungnya dia tetap dihukum untuk membersihkan semuanya. Tak hanya dihukum, dia juga diceramahi habis-habisan.

"Padahal tadi gue hampir nangkep dia, tapi gara-gara si Adhira datengnya lama dia jadi lolos lagi, deh," kata Olin kesal.

"Enak aja, justru dia lolos gara-gara lo!" balas Adhira sewot. "Siapa suruh lo lepasin dia, hah?"

"Karena dia naro kecoa di tangan gue."

"Dih, sama kecoa aja takut."

"Emang lo nggak?"

"Nggak, gue nggak takut," balas Adhira. "Cuma geli aja."

Ingin rasanya Olin menghajar gadis itu saat ini juga, tapi sayang Dara langsung melerai keduanya. Selagi mereka menunggu kedatangan Syana di depan gerbang setelah bel pulang berbunyi, tanpa mereka sadari Syana yang masih berada di lantai dua melihat kehadiran mereka.

"Dasar, nggak ada kapoknya, ya, mereka," ujar Syana.

Jujur saja dia sudah lelah dan malas berhadapan dengan ketiga orang itu. Setelah tadi dia dikejar-kejar oleh mereka dan dibuat pusing oleh ulangan dadakan, Syana tentu sangat ingin segera pulang dan merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk.

"Kalau kayak gini nggak ada pilihan lain selain lewat belakang," ujarnya.

Baru saja dia hendak melangkahkan kakinya, Syana kembali terdiam ketika seorang guru laki-laki berjalan ke arahnya.

"Syana? Kamu mau pulang?" tanyanya ketika dia sudah berada di hadapan Syana.

Syana menghela napas sambil memalingkan wajahnya. Dia paling malas berhadapan dengan Pak Dirga Nugraha.

"Kamu pulang naik apa?" tanya Pak Dirga lagi ketika Syana hanya diam.

"Bukan urusan, Bapak," balas Syana ketus. Lalu dia pergi meninggalkan guru itu.

Tidak ada ekspresi kesal ataupun marah yang dia tunjukkan. Dia hanya berkata, "Dasar anak zaman sekarang."

°°°°

Bruk!

Tas sekolah Syana mendarat di tanah ketika gadis itu melemparnya melewati tembok pembatas sekolah. Dengan bantuan kursi yang sudah dibuang ke area belakang sekolah, Syana berusaha melewati tembok itu.

FIGHT OR FLIGHT [END]Where stories live. Discover now