🌁 F/F 10 : Bertolak belakang

49 11 0
                                    

🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊

“Tidak ada kebahagiaan dan kesedihan yang abadi di dunia ini.”

~••★••~

ADA yang mengatakan, alarm terbaik di dunia adalah ibumu. Ketika kamu meminta dibangunkan pukul 07.00, ibu akan membangunkanmu pukul 06.00 dan berkata bahwa sekarang pukul 08.00.

Namun, sepertinya hal itu tidak berlaku bagi Syana. Karena jangankan dibangunkan, setiap pagi ibunya sudah tidak ada di rumah. Entah itu karena sudah berangkat bekerja atau seperti sekarang, dia sedang pergi keluar kota.

Satu-satunya alarm yang selalu membangunkan Syana adalah alarm berbentuk panda pemberian nenek Asma dan tepat pukul 06.15 alarm itu selalu berbunyi nyaring di dalam kamarnya, seperti pagi ini.

Ada sedikit pergerakan dari balik selimut, di mana Syana menyembunyikan tubuhnya di sana. Lalu tak lama dia menyingkap sedikit selimut itu hingga kepalanya muncul. Tangannya pun terjulur ke arah nakas, berusaha menjangkau alarm yang mengusik tidurnya.

Keheningan seketika tercipta ketika Syana mematikan alarm itu. Sejenak dia merenggangkan tubuhnya sambil menguap, lalu dia menyibakkan selimut kemudian turun dari tempat tidur.

Langkahnya sedikit lunglai ketika berjalan ke kamar mandi dan keheningan sedikit berkurang ketika Syana menyalakan keran air. Jika di sekolah masalah adalah temannya, maka di rumah keheninganlah yang selalu menemaninya.

Jangan berpikir Syana tidak sedih dengan takdir hidup yang harus dia jalani. Dulu, hampir setiap malam dia meratapi nasibnya, menangis tanpa suara hingga dirinya terlelap.

Dalam hati kecilnya, dia selalu berharap semoga esok hari hidupnya bisa menjadi lebih baik. Sayangnya, harapan hanyalah harapan. Hingga akhirnya, dia berada di fase apa pun yang terjadi, terjadilah.

Setelah menghabiskan beberapa menit di dalam kamar mandi dan memakai seragam serta menata sedikit dirinya, Syana menyambar tas sekolahnya yang berada di meja belajar lalu bergegas turun ke bawah.

Di kebanyakan film yang dia tonton, ketika seorang anak berjalan ke dapur pasti di sana sudah ada ibu yang ketika melihatnya datang dia akan menyapa sambil tersenyum.

Lalu dia akan menyuruh anak itu untuk duduk sambil menyiapkan sarapan. Tak hanya ibu, sosok ayah pun selalu hadir di sana dan bagi yang memiliki saudara pertengkaran kecil pasti akan terjadi ketika sarapan.

Sayangnya, keheninganlah yang lagi-lagi menyapa Syana. Meja makan yang seharusnya ditempati oleh empat orang pun selalu di tempati olehnya saja.

Karena tidak mahir memasak dan tidak ada yang menyiapkan sarapan pula, Syana pada akhirnya harus sarapan dengan sisa makanan yang waktu itu dia beli.

"Seandainya aja nenek masih ada, gue yakin hidup gue nggak bakal ngenes kayak gini," lirih Syana.

Ada rindu yang tiba-tiba menyelimuti dirinya. Ada sakit dan sesak yang juga datang ketika pikiran Syana mengenang kembali sosok nenek yang begitu dia sayangi.

Bersama neneknyalah Syana selalu merasa bahagia, selalu diperhatikan, selalu ada yang mengkhawatirkannya, selalu ada yang membangunkannya setiap pagi dan menyiapkannya makanan yang enak.

FIGHT OR FLIGHT [END]Where stories live. Discover now