"CEPET gue udah nggak tahan!" Kenanga merintih, suara kian pelan.

"Nggak tahu malu! Kalau napsu, jangan dilampiasin ke gue!" Nagata berseru lantang. Teman-teman heboh, seketika telinga-telinga berfungsi dengan benar.

"Gue napsu sama lo?! Najis!" Terdengar suara meludah.

"Tadi apa? Ngajak ke toilet, bilangnya udah nggak tahan."

"Waaaahhh!" Sorak panjang terdengar dari teman-teman sekelas. Nagata tidak peduli.

"Makanya cepetan ke sini, biar paham!"

"Nggak mau!" Sekarang Nagata jadi takut. Sebab, seorang Kenanga selalu bertindak di luar dugaan.

"Na...ga." Suaranya pelan, seperti mendesah.

"Suara lo jangan gitu! Gue merinding, nih." Benar saja, bulu-bulu halus di tangan Nagata tampak menyembul.

"Aduuh. Sakit."

Erangan kesakitan sampai ke kuping laki-laki itu. "Apa? Apa yang sakit?" Suaranya, wajahnya, tiba-tiba berubah khawatir.

"Perut gue sakit. Gue dateng bulan, Ogeb!" Harusnya bilang dari tadi.

"Gue suruh lo ke sini buat bilang itu. Sekalian mau minta tolong beliin pembalut." Seperti tidak ada orang lain untuk dimintai tolong saja. Namun, Kenanga memang lebih nyaman menyusahkan Nagata.

Baru sekarang jelas. Gara-gara informasi yang setengah-setengah, pikiran Nagata melenceng jauh. "Ngomong dari tadi."

"Nggak usah beli. Ada banyak di tas gue." Nagata selalu menyediakannya di tas. Buat berjaga-jaga.

"Ngapain lo simpan barang gituan?" Aneh menurut Kenanga.

"Gue simpan buat lo." Nagata memperhatikan hal-hal kecil. Supaya kalau ada situasi seperti saat ini, tidak harus beli lagi, malah membuang waktu.

"Ya udah, cepat ke sini!" Percakapan via telepon langsung diakhiri.

Terburu-buru Nagata membuka tas dan mengambil pembalut. Tindakannya tidak lepas dari banyak pasang mata.

"Mau ngapain kalian di toilet?" Seorang anak laki-laki, tidak bisa menahan bibir untuk menyuarakan rasa penasarannya.

"Kalau penasaran, ikut aja."

"Naga, lo dapet mens?" Anak laki-laki lain meledek. Namun, tidak ditanggapi.

"Buat Nana, ya? Nggak malu bawa gituan?" Salah satu anak perempuan heran dan kagum pada saat bersamaan.

"Nggak."

"Persahabatan kalian levelnya udah beda, ya." Kalau ucapan anak perempuan berikut ini, terselip sedikit iri.

Nagata berlari meninggalkan kelas. Detik demi detik dipangkas. Tiba di toilet dalam waktu yang cepat.

"Oyy, monyet liar di mana lo?!"

Pintu salah satu bilik terbuka. "Di sini!"

"Tembus? Mau gue beliin rok juga?" Jika Kenanga butuh, Nagata akan berlari sekejap mata menuju koperasi sekolah.

"Nggak tembus. Mana itu?" Tangan ditadah, meminta pembalut.

"Nih!"

"Ternyata preman bisa dateng bulan juga, ya." Nagata yang melucu, dia pula yang tertawa.

Gayung mendarat di kepala, dipukul dua kali tanpa sempat Nagata berkelit. Pintu ditutup dari dalam.

Kenanga lumayan lama. Setelah mengantarkan pembalut, Nagata masih menunggu dengan sabar. Padahal bisa langsung pergi, kalau dia mau.

1%Where stories live. Discover now