Baru akan kembali membuka suaranya, Rian terpaksa kembali menangkupkan bibirnya saat Farez memberikan kode agar dirinya diam, dan tidak melanjukan perdebatan.

"Mau coba cerita sama gue?" Kata Farez menawari Nino yang masih saja diam.

"Gue capek dimintai kepastian sama Mita." Kata Nino akhirnya membuka suara.

Farez mengerutkan dahinya bingung. "Emang lo ada maksud buat jalin hubungan sama Mita?" Tanya Farez memastikan.

Nino menggeleng pelan. "Gue cuma nganggep dia temen kampus aja, gak lebih."

Rian melebarkan matanya saat mendengar penjelasan Nino. "Kok lo brengsek gitu No? Satu kampus juga ngiranya lo ada hubungan sama Mita." Kata Rian tak habis pikir.

Nino menatap tajam ke arah Rian saat mendengar perkataan Rian. "Maksud lo apa, hah?!" Kata Nino tak terima.

"Lo bilang cuma nganggep Mita temen tapi lo beri dia perhatian lebih dari kata temen." Balas Rian.

"Itu karena dia yang terlalu baperan." Kata Nino tak ingin terus disalahkan.

"Hah... ! Lo berdua lihat kan? Si kalem kita, kalau bertingkah gak bisa pakai otaknya." Kata Rian dengan sarkasnya.

Vano menepuk pelan bahu Rian, untuk membuat Rian tenang dan tidak lagi memancing emosi Nino.

"Terserah lo mau ngomong apa Yan. Yang jelas gue gak mau ribet sama pemikiran ribet cewek dan juga omongan sarkas lo." Setelah berkata demikian Nino berdiri dan mengambil tasnya dan beranjak pergi.

"Ck!" Decak Rian saat melihat Nino telah berlalu pergi.

"Nino emang terlalu lempeng kalau urusan sama cewek. Tapi kalau lihat dari penjelasannya... yang satu pakai hati dan yang satu gak." Vano menatap bergantian Rian dan Farez.

Farez menganguk setuju. "Betul. Dan lo gak bisa nyalahin Nino Yan, menurut gue Nino emang baik sama semua temennya tapi kayaknya Mita aja yang salah ngira dan berharap lebih."

"Tapi gue sering lihat dia sama Mita jalan, dan... "

"Nino gak pernah ngajak Mita keluar Yan, Nino sering cerita ke gue kalau Mita yang selalu ngebuat dia gak bisa nolak ajakan Mita." Farez memotong perkataan Rian.

"Hah? Kok gitu?" Tanya Rian setengah terkejut.

Begitupun dengan Vano yang langsung berfokus pada Farez untuk meminta kejelasan lebih atas perkataan Farez sebelumnya.

Farez akhirnya mulai menceritakan hal yang sebenarnya hanya Nino ceritakan kepadanya.

"Gila! Jadi gue salah sangka?" Kata Rian dengan sedikit mengebrak meja depannya.

Farez memangguk. "Nino itu orangnya gak tegaan, apalagi setelah tau kalau Mita punya penyakit jantung. Makanya Nino gak bisa nolak apa yang Mita minta."

"Tapi kok orang tua Mita pake segala ikut campur?" Tanya Vano.

"Bokapnya Mita kan atasan nya Om Pras, jadi ya pasti karena itu lah."

"Aduh, gue kok malah marahin Nino dan malah ngebela Mita sih. Ternyata Mita manfaatin kekuasaan Bokap sama riwayat penyakitnya buat ngebuat Nino gak bisa ngejauh dari dia." Kata Rian dengan perasaan bersalahnya.

"Nanti lo minta maaf aja sama Nino, bilang kalau kita udah tau masalah dia sama Mita." Saran Vano.

Farez menganguk setuju, dan ketiganya memustuskan untuk menyusul Nino yang kemungkinan besar sudah berada dikelas.

***

Vio menatap bingung dua paper bag yang baru saja Hani letakkan diatas mejanya.  "Ini apa?" Tanya Vio kemudian menatap Hani.

Love You MBAK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang