"Kakak panggil, Cla?" Lama bergelut dengan batinnya akhirnya hanya kalimat itu yang berhasil lolos dari bibir Clarissa.

"Tau, kan, kesalahan lo?" tanya Altair to the point.

"Maaf, Kak, Cla telat dateng ke pertandingan basketnya," sesal Clarissa.

"Kenapa?"

"Clarissa kejebak macet Kak. Tau sendiri Cla bangunnya telat terus." Itu bukan kebohongan nyatanya Clarissa bangun kesiangan seperti biasa. Terlebih jika Altair tidak menjemputnya.

"Udah berani bohong lo ya?" Altair berbalik, kini Clarissa dapat melihat jelas smirk mengerikan Altair.

"Cla nggak bohong, Kak. Cla-"

"Gue tanya tentang perjalanan lo ke sini, Cla. Gimana? Menyenangkan?"

Dahi Clarissa mengeryit. "Maksud Kakak?"

"Lo itu polos apa bego?" sarkas Altair.

"Apa sih, Kak?! Cla gak ngerti Kakak ngomong tentang apa?!"

Dengan kasar Altair melemparkan selembar foto ke arah Clarissa dan jatuh tepat di bawahnya. Clarissa mengambil foto tersebut dan memandang Altair dengan tatapan tidak percaya.

"Kakak masih untit aku?!" tanya Clarissa dengan tubuh yang bergetar. Ternyata Altair masih sama, suka memata-matainya.

Altair melipat tangannya ke dada. Kedua matanya melihat Clarissa dari atas hingga ke bawah. Seolah memandang rendah seorang Clarissa. Altair tertawa mengejek.

"Gue untit aja lo kayak gitu, gimana kalau enggak? Sewa hotel?"

"KAK ATAR!!!" teriak Clarissa. Wajahnya sudah memerah lengkap dengan mata yang berkaca-kaca. Bendungan air mata itu siap untuk tumpah kapan saja.

"Dibayar berapa lo sama dia? Udah dipake berapa kali?" Pertanyaan Altair benar-benar rendah. Sampai membuat Clarissa merasa rendah serendah-rendahnya.

Plak!!!

"Cukup!! Aku muak sama Kakak!! Aku benci sama Kakak dan aku gak mau berhubungan sama Kakak lagi!! Udah cukup Kakak tuduh aku sama hal-hal yang gak pernah aku lakuin!!!"

Dada Clarissa bergemuruh bahkan tangannya yang telah menampar Altair bergetar. Sungguh semua itu di luar kendali Clarissa. Bahkan Clarissa tidak menyangka akan melakukan hal tersebut kepada Altair.

"Kakak itu selalu bicara negatif tentang Cla! Apapun yang Cla lakuin salah di mata Kakak! Dan Kakak selalu punya alasan untuk nyudutin Cla! Setiap Kak Atar marah, Cla yang selalu Kakak salahin! Kenapa, Kak?! Kenapa?!"

Altair terdiam dengan sebelah tangannya yang memegangi jejak tamparan Clarissa. Secara perlahan manik matanya melihat Clarissa, menuhus tajam seakan mengintimidasi cewek itu. Sedetik kemudian tangannya terkepal dengan rahang yang mengeras.

"Karena lo bego!! Lo gak bisa ngerti posisi lo di hidup gue!! Bokap lo itu punya hutang budi sama keluarga gue dan lo wajib tebus semua itu!! Lo harus ikutin semua yang gue mau tanpa terkecuali!!"

Suara Altair menyebar, mengisi ruang rooftop tersebut. Cowok itu tidak peduli jika akan ada yang mendengar perdebatan mereka berdua. Justru dia senang jika ada yang mendengarnya, ia bisa dengan leluasa memberitahu bahwa Clarissa adalah cewek murahan.

Jangan ditanya bagaimana reaksi Altair saat mengetahui semuanya dari Gerry. Saat kebetulan Gerry berhenti di lampu merah, dia melihat Clarissa tengah berseteru dengan seorang laki-laki dari SMA tetangga. Ketika Gerry hendak mencari tau apa yang sedang terjadi, secara bersamaan Clarissa dan cowok tersebut melaju dengan sepeda milik Clarissa. Apa yang dilakukan oleh Gerry? Tentu saja melapornya kepada Altair.

Altair terbakar, dia marah! Altair tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri! Dia tidak cemburu! Ingat, Altair tidak cemburu! Dia hanya tidak senang jika Clarissa dekat dengan pria lain sebelum Altair bosan dengannya. Hanya itu!

"Susah payah Cla buatin nasi goreng kesukaan Kakak dan ini balasan Kakak?" Clarissa meremas tas yang berisi nasi goreng lengkap dengan air minum di dalamnya.

"Yang suruh lo buat itu siapa? Gue cuma suruh lo dateng ke pertandingan basket tepat waktu dan lo justru sibuk mesra-mesraan sama cowok lain?"

"Sesederhana itu, terus lo justru dateng, playing victim dan tampar gue? Bagus lo ya?"

Clarissa dibuat geleng kepala dengan kata-kata Altair. Sakit dan kecewa kini bercampur aduk menjadi satu.

"Kakak itu Toxic ya?"

Altair berjalan mendekati Clarissa. Memangkas jarak diantara keduanya. Altair yang jauh lebih tinggi dibandingkan Clarissa menutup sinar matahari yang menyinari Clarissa. Gadis itu mendongak menatap Altair.

"Dan semua itu karena lo, Cla!"

Setelah mengatakan kalimat itu, Altair berjalan melewati Clarissa, menabrakkan bahunya dengan tubuh Clarissa begitu keras. Alhasil Clarissa terjatuh dan mencium tanah. Matanya melotot melihat nasi goreng yang telah ia buat susah payah harus tercecer dan terbuang sia-sia.

Tidak sampai di sana. Dengan santainya Altair menginjak nasi goreng tersebut. Menggerakkan kakinya untuk meratakan nasi-nasi tersebut seperti tidak ada harganya.

"Jangan buat gue injek-injek harga diri bokap lo sama kayak nasi goreng lo ini. Lo harus inget, sekarang hidup lo itu bergantung sama gue, Cla!"

Altair menatap Clarissa di bawahnya. "Lo gak akan pernah bisa pergi sebelum gue yang minta lo buat pergi! Paham?"

Clarissa terdiam. Pandangannya tidak lepas dari punggung tegap Altair yang perlahan hilang di telan jarak. Sedetik kemudian Clarissa menangis, menumpahkan segala rasa sakit yang menekan hati dan pikirannya. Bahkan isakannya tidak sanggup lagi untuk keluar.

Altair menusuk Clarissa terlalu dalam. Laki-laki itu tidak membiarkan Clarissa untuk bernapas dengan tenang. Clarissa selalu dalam keadaan terancam, kondisinya selalu tertekan. Dan Altair adalah penyebab dari semua ini.

.
.
.
.
Halo gaiss maaf ya baru update minggu ini mueheheh. Lagi sibuk uts gaiss maklum. Makasih ya buat semua yang udah setia tunggu Altair dan Clarissa.

Ditunggu next partnya🥰
See youu

Spam nexttnya dongsss!!!!!!
.
.
.
.
.
TBC

ToxicWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu