EnamBelas

115 30 0
                                    

Hai. Yuk komen, vote dan rekomendasikan cerita ini? Terima kasih

•×• Kamis, 9 Februari 2023 •×•


Waktu menepatkan tengah malam, di luar Rumah sakit Dikas dan Nanda duduk berdua di kursi panjang itu.

Beberapa waktu berlalu Bagas Dan Irfan akhirnya tiba, "Bagaimana kondisi korban?" tanya Bagas dengan cepat.

Dikas dan Nanda bergegas berdiri untuk menyamakan posisinya dengan Irfan dan Bagas. "Korban kehilangan nyawanya." jelas Dikas.

Bagas merasa kesal dan Irfan merasa sedih dan laki-laki itu memilih untuk menundukkan kepalanya kebawah. Karena tidak bisa melakukan sesuatu yang bisa saja dia lindungi, jika lebih tepat waktu.

"Bagaimana dia bisa tewas? Apa tim medis tidak melakukan pertolongan dengan benar?!" tanya Bagas.

"Mereka sudah melakukan yang terbaik. Hanya saja, sepertinya pembunuhan ini sudah di siapkan dengan baik. Korban tewas karena pisau itu di lumuri racun, jadi meski luka itu tidak membunuhnya tapi racun itulah penyebabnya." tutur Nanda.

"Apa kau sudah mengetahui identitas korban?" tanya Bagas.

Nanda menggeleng. Perempuan itu belum sempat untuk melakukan hal itu. "Laki-laki itu bernama Adipati Jorn, dia berusaha 23 tahun. Mahasiswa semester akhir dari fakultas hukum." ujar Irfan.

Bagaimana penerangan dari Irfan. Membuat Nanda, Bagas dan Dikas mengalihkan atensinya ke Irfan. "Sudah ku duga. Kau menyimpan banyak rahasia. Bagaimana bisa kau tau identitas korban?!" Tanya Bagas ke Irfan.

Irfan masih diam. Bagas benar-benar merasa begitu frustasi untuk situasi kali ini. "Bagas, sebaiknya kita kembali ke kantor. Kita bicarakan hal ini di kantor saja. Ini rumah sakit dan sudah larut pagi, suara sekecil apapun akan terdengar keras. Jadi bagas, Tolong tenanglah!" terang Dikas. Laki-laki itu memegang kedua bahu Bagas dengan erat dan mencoba untuk memberikan penjelasan ke Bagas yang merasa tidak habis pikir dengan hal yang mereka lalui.

•••

"Minumlah kopi ini dan atur kondisi kalian." ujar Nanda. Bagaimana mereka memilih untuk berada di ruang rapat dan saling duduk berhadapan.

Nanda melihat jam tangan miliknya dan menunjukkan pukul 2 pagi. "Sialan. Aku akan kehilangan waktu istirahat ku." Desis Nanda.

"Nanda, kau bisa tidur lebih dahulu, sebaiknya kau tidur di kantor saja dan pulang besok pagi." tutur Dikas.

Tapi perempuan bernama Nanda itu enggan. "Tidak perlu. Aku baik-baik saja."

Irfan dan Bagas masih diam dan keduanya duduk berhadapan. "Kalian berdua akan tetap seperti itu? Tidak ada yang mau membuka suara?" tanya Nanda.

"Maafkan aku." ucap Irfan.

"Untuk apa kau meminta maaf?" tanya Dikas.

"Aku tidak bisa mengatakan apapun." ucap Irfan. Laki-laki itu hendak bangkit dari duduknya.

"Mengapa?" kata Bagas.

Irfan membeku di balik berdirinya itu. "Untuk apa kau menyembunyikan semuanya? Jika kau seorang polisi dan bagian dari Tim, kau harusnya terbuka dan saling percaya satu sama lain." ucap Bagas.

Irfan tetap dengan diamnya. Laki-laki itu berusaha untuk pergi dari ruangan sunyi itu dan yang bisa dia cium adalah aroma kopi panas. "Kau memiliki banyak rahasia. Dari kau berada di rumah korban Mawar Ranzan untuk mengambil berkas artikel, memiliki wajah yang sama dengan ku, tiba-tiba datang ke divisi ku dan menjadi anggota Tim ku. Dan terbaru kau tau jika akan ada korban lain. Sebenarnya siapa kau?! Apa yang kau lakukan selama ini di belakang kami?" ucap Bagas.

Kembar Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu