EmpatBelas

133 27 4
                                    


Aku kasih spoiler. Kemungkinan ini cerita cuma sampe bagian 20. Terima kasih

•••

Ayo! Vote, komen dan Sharekan?! Terima kasih

•••

°°🧡°° Senin, 16 Januari 2023 °°🧡°°


Pagi ini Sinta tiba ke kantor dia bekerja, sebagai seorang jaksa perempuan itu benar-benar di sibukkan dengan pekerjaannya. Meski begitu, perempuan itu tetap selalu mencoba untuk mengabari dan mengetahui kondisi kekasihnya, meski Bagas adalah seorang polisi, Sinta selalu merasa khawatir.

"Aku akan melihat data yang kau berikan padaku." Kalimat terakhir sebelum perempuan itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.

Sinta berjalan perlahan dan menikmati pagi, di mana karyawan lain juga mulai berdatangan. "Permisi," Tiba-tiba ada yang memanggil Sinta.

Sinta diam membeku ketika seseorang itu berdiri tepat di dekat Sinta. "Dia bukan Zaky. Jadi kau tidak perlu khawatir tentang laki-laki itu." Kalimat itu di ingat jelas oleh Sinta.

Sinta mencoba untuk bersikap baik-baik saja, meski perempuan itu cukup gemetar dengan sosok laki-laki dihadapannya. "Jangan takut. Aku tidak berniat jahat." ujarnya kepada Sinta.

Sinta mengangguk dan mencoba untuk menoleh sebentar untuk menetralkan rasa canggung yang tengah perempuan itu rasakan. "Kau tidak perlu khawatir. Aku tau kau seorang polisi dan tidak akan berniat jahat padaku." ucap Sinta.

"Aku akan memperkenalkan nama ku. Aku adalah Irfan Bachtiar dari Tim kekerasan dan kriminal." ujarnya memperkenalkan dirinya ke Sinta.

Sinta mengangguk, "Aku tidak ingin membuang waktu. Jadi, apa yang sebenarnya ingin kau lakukan disini? Kau datang jauh-jauh kesini bukan hanya untuk memperkenalkan dirimu, bukan?" tanya Sinta.

Entah kenapa Irfan Bactiar tersenyum kecil. "Kau tidak seperti ketua Tim ku. Baiklah aku akan menjelaskan,"

"Aku tau ketua Tim ku ingin kau membantu untuk menyelidiki tentang kematian mahasiswa bernama Mawar Ranzan dan Jaksa Agung yang meninggal 7 tahun lalu, bukan?" ucap Irfan.

Ucapan dari Irfan membuat Sinta tercengang. Bagaimana bisa dia mengetahui itu, "Apa kau mata-mata?" tanya Sinta.

Irfan menggeleng. "Tidak. Aku hanya ingin mengatakan, lebih baik tutup kasus itu dengan baik-baik dan jangan melakukan tindakan yang lebih."

"Kenapa kau berkata seperti itu? Kau itu seorang polisi dan bagaimana kau berkata hal egois seperti itu?!" ujar Sinta.

"Aku tidak ingin mengatakan lebih. Tapi, jika kau ingin hidup mu baik-baik saja. Jangan lanjutkan kasus ini dan mengikuti rasa penasaran ketua Tim ku." Irfan mengatakan kalimat itu dan memilih untuk pergi dan enggan berlama-lama di sana.

Sinta menoleh untuk melihat kepergian Irfan Bachtiar. "Sebenarnya siapa laki-laki itu?" pikir Sinta.

•••

Di depan kantor di mana ada kursi panjang yang tertutup mobil itu, Irfan duduk termenung dan Dikas melihat itu. Bagaimana laki-laki itu memilih untuk mendekati Irfan.

"Kenapa kau duduk disini?" Tanya Dikas meletakkan satu soda di samping Irfan.

"Aku hanya tidak tau apa yang harus aku lakukan." balas Irfan.

Kembar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang