Sembilan

218 41 2
                                    


Pliss untuk kasih komen dan Vote!!
Terima kasih


••

Kamis, 22 Desember 2022

••••

7 Tahun kemudian...

Pagi ini Bagas berjalan cepat masuk kedalam mobil miliknya dengan kaos hitam yang dia kenakan dan setelan kemeja kotak-kotak berwarna biru itu. Ketika laki-laki itu hendak menyalahkan mobilnya seseorang memanggil dirinya. Ponsel yang dia letakan di depan itu langsung dia angkat.

"Bagas!!"

Bagas merasa terkejut untuk suara keras dari panggilan. "Untung saja aku tidak meletakkan ponsel ku di telinga ku. Kau mengejutkan ku." ujar Bagas. Laki-laki itu mulai menyalakan mobil dan berlalu dengan panggilan itu.

"Hei, cepat datang ke rumah. Mama dan Papa ku datang,"

"Kau tidak bekerja hari ini?"

"Tidak. Datanglah cepat kemari dan berikan penjelasan untuk pernikahan kita nanti."

"Sinta calon istri ku. Aku sedang sibuk hari ini. Kau tau, bukan?"

"Sehari saja."

"Aku akan datang setelah melakukan pekerjaan hari ini."

"Bagas!!" Panggilan dari Sinta dengan cepat Bagas matikan. Jika tidak dia akan sakit telinga. Bagas terus mengemudikan mobilnya pergi menuju sebuah rumah yang sudah ramai dengan orang-orang dan polisi.

"Maaf aku terlambat." ucap Bagas yang berlalu masuk kedalam rumah yang di tutup garis polisi itu.

Bagas masuk kedalam rumah itu dan ketika melihat ruang tamu Bagas terdiam untuk sesaat. "Dikas," ujar Bagas.

"Dugaan sementara dia di bunuh." Jelas Dikas.

Bagas adalah seorang polisi dan Dikas demikian setelah 7 tahun berlalu, Bagas telah menjadi polisi yang memiliki banyak prestasi yang telah dia dapati. Bagas hidup dengan tekad untuk lebih baik dari masa lalu.

Laki-laki itu berjalan mendekati seorang perempuan yang sudah tewas. Pembunuhan ini cukup mengerikan. Bagaimana bathtub berada di ruang tamu berserta beberapa es batu yang terlihat masih ada. "Psikopat gila!" maki Bagas.

"Kemungkinan korban tewas karena membeku berada di bak mandi dengan penuh es dan dalam kondisi terikat itu." terang Dikas ke Bagas.

"Kira-kira dia tewas semalam, bukan?" tanya Bagas ke Dikas.

Dikas mengangguk. "Dari es batu yang masih ada, kemungkinan besar memang semalam. Tapi kita belum bisa memastikan, jika memang korban tewas tadi malam." Jelas Dikas.

Bagas mengangguk dan dia mendekati korban dan melihat sekeliling yang terlihat tidak mencurigakan. "Apa korban tinggal sendiri?"

"Korban---" Dikas mengentikan ucapannya ketika suara dering telepon dari ponsel Bagas berbunyi.

"Siapa yang memanggil mu?" Tanya Dikas.

Kembar Where stories live. Discover now