Bagian 26

0 0 0
                                    

Maya memasuki kamarnya dengan lunglai. Tubuhnya terasa remuk bahkan hampir tak mampu menopang. Setelah mengunci pintu dan jendela, gadis itu langsung merebahkan tubuhnya ke ranjang dan memejamkan mata sejenak. Pikirannya melayang-layang, tak dapat berpikir dengan jernih. Matanya tampak lelah, namun tak kunjung membawanya ke alam bawah sadar.

Saat teringat sesuatu, Maya kembali membukakan matanya dan memeriksa hal tersebut. Tangannya bergerak mencari nama seseorang di ponsel dengan sedikit kekesalan karena tak kunjung mendapatkannya.

Drtt... Drtt...

Tangan Maya tak sengaja melempar ponsel itu saat terasa sebuah getaran, pertanda sebuah panggilan masuk ke dalam benda canggih itu. Beruntung ia melempar ke atas kasur, jika ke bawah lantai mungkin benda itu sudah berubah menjadi kepingan kacanya saja.

"Baru aja mau kutelepon," gumam Maya setelah melihat nama di layar itu.

Gadis itu berdeham beberapa kali setelah menggeser ikon hijau dan terhubung dengan seseorang yang ada di seberang sana.

"Halo, Zak," sapa Maya.

"Iya, May. Tadi aku buka HP, katanya ada kasus dari jurusan kamu. Itu benar adanya?"

Maya terdiam mendengar penuturan dari lelaki itu, Zaky. "Iya, dia satu kelas denganku."

"Kamu sekarang di mana?" tanya Zaky.

Maya mendudukkan dirinya di ujung ranjang sembari menatap ke arah ruang depan. Seketika ia teringat dengan Izzah, gadis itu belum membalas pesannya sedari tadi siang sampai sekarang. Bahkan ia juga tak memberi tahu sedang berada di mana dan akan pulang kapan.

"May?" panggil Zaky membuat Maya seketika tersadar.

"Oh, aku di kost. Baru pulang dari makam," jawab Maya terbata-bsta.

Tak terdengar ada jawaban dari Maya. Ia sampai melupakan niat dirinya untuk menelpon Zaky tadi untuk apa. Jika bukan ingin mencari tahu tentang rasa penasarannya, mungkin sekarang Maya masih berdiam diri terhadap lelaki ini.

"Maya! May!"

Maya terkejut bukan main. Teriakan itu bukan berasal dari panggilan yang tengah berlangsung, karena panggilan itu telah terputus entah sejak kapan. Dengan segera Maya membuka gorden yang menutupi jendela kost untuk melihat siapa yang memanggil namanya tanpa malu itu.

Matanya membelalak ketika gorden terbuka dan langsung menunjukkan seseorang yang tengah berdiri di depan pagar lingkungan kostnya. Maya berkedip beberapa kali untuk memastikan bila ia tidak tengah bermimpi karena pikirannya yang sudah entah kemana.

"Zaky?"

Lelaki itu tersenyum saat melihat Maya yang mengintip dirinya dari balik jendela. Ia bahkan melambaikan tangan sebagai tanda bila ingin segera dihampiri.

---

Langkah mereka terus berjalan membelah keramaian kota besar yang ada di sana. Sembari melihat hiruk-pikuk kehidupan manusia yang silih berganti dan juga tak kunjung berakhir. Disertai dengan penampilan bermacam ragam makhluk yang mungkin baru mereka temui.

"Aku tadi mau meneleponmu," ucap salah satu dari mereka.

Satu yang lain menengok. "Tapi aku lebih dulu."

Mereka tertawa sejenak, kemudian kembali diam. Suara-suara lalu lintas terdengar seperti musik yang tak memiliki tombol off. Semakin tak terkendali.

"May, apa yang sebenarnya kamu cari?"

Maya terhenti ketika mendapatkan pertanyaan itu. "Aku hanya ingin menanyakan tentang Eliz, dia lucu."

Journal Of LoveWhere stories live. Discover now