Bagian 13

5 1 0
                                    

Sebelum menepati janji dengan Selene, Maya lebih dulu memilih untuk mencari seseorang yang ada di gedung Seni Musik. Ia hampir sudah mengelilingi kelas dasar, namun tetap tak menemukan orang yang ia cari. Bahkan tatapan sinis yang biasanya membuat Maya risih kini harus ia terima untuk mendapatkan orang itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, artinya Selene sudah menunggunya hampir setengah jam. Entah gadis itu menunggu atau tidak, tapi itu sudah lewat dari waktu yang ditentukan.

Maya mulai menaiki tangga menuju ruangan yang diberi tahu oleh adik tingkat saat ia menanyakan soal orang yang dicari. Ruangan itu berada di lantai tiga, namun berada di lorong paling ujung. Mengingat tentang lorong, Maya masih teringat dengan jelas apa yang ia temukan. Namun, di lorong juga ia menemukan wangi sitrus yang dicurigai itu berasal dari orang yang dicarinya sekarang.

"Kak Andro?" panggil Maya setelah mengetuk pintu beberapa kali.

Pintu itu terbuka dan menampilkan wajah yang tak asing bagi Maya, namun ia tak mengetahui siapa namanya. Maya mengintip ke dalam ruangan itu tanpa berkata apa-apa. Bahkan di saat orang yang membuka pintu itu menunggunya, Maya tetap tak peduli.

"Andro sudah pulang," ucapnya, mungkin berniat untuk memberitahu.

Maya cengo. "Sejak kapan?"

"Sebelum kamu ke sini," jawabnya sedikit malas.

Maya tetap tak percaya. Kakinya menjinjit agar dapat menjangkau tinggi lawan bicaranya ini. Tapi, percuma. Tinggi mereka tak sebanding, sangat jauh.

"Sudahlah. Kalau gitu duluan, kak," ujar Maya dan segera berbalik badan.

Ia berjalan menjauh dari ruangan itu. Terdengar juga pintu tadi kembali tertutup dan terkunci. Maya mendengus, ia berjanji tak akan mendatangi ruangan itu hanya untuk dipermalukan. Lebih baik datang ke ruangan Izzah walau harus mendapat tatapan sinis dari anak Seni Musik yang lain.

Maya meraba ke area dada kirinya. Tak ada debaran yang kencang yang terasa, jantungnya bekerja dengan baik dan normal. Saat melewati kaca gelap di suatu ruangan, Maya sengaja berhenti untuk memeriksa wajahnya. Tak ada semurat merah merona di sana.

"Ini serius aku sudah gak mudah suka sama orang lagi?" tanya Maya pada diri sendiri membuat perasaan bercampur aduk bagi dirinya. Aneh.

---

Sampai saat latihan juga Maya masih memikirkan tentang apa yang ia rasakan sekarang. Debaran jantung yang kencang dan perasaan yang membuat muak itu hadir terakhir kali saat ia di perpustakaan. Pada saat itu memikirkan tentang Selene dan Doni, hingga awal pertemuan dengan Andro bersama teman-temannya.

"May, istirahat dulu," ajak Selene dan hanya dituruti oleh Maya tanpa berkata apa-apa.

"Suka banget bengong," ucap Selene sembari menyodorkan sebotol air lemon kepada Maya.

"Aku mikirin tentang kamu, Sel."

"Bingung makan apa besok," timbal Maya tetap dengan candaannya.

Maya meletakkan botol air lemon yang diberikan oleh Selene di sebelahnya, tetap menjadi penengah antara ia dan Selene. Padahal Maya tak begitu menyukai lemon karena rasanya yang asam, tapi itu cukup membantu untuk menghilangkan rasa hausnya nanti.

"Kamu ada kenalan di jurusan musik, Sel?"

Gerakan tangan Selene tiba-tiba saja mendadak berhenti. Ia hendak membuka tas, namun seakan membeku di tempat dan mengurungkan niat awalnya. Setelah melirik Maya beberapa detik, Selene berdeham pelan.

Journal Of LoveOù les histoires vivent. Découvrez maintenant