87. Rasa yang Tertinggal

49 4 0
                                    

“Aku nggak mau makan, Gi!“

Irgi, pria bersetelan jas yang tak lagi rapi itu melirik tajam Olivia yang duduk di bangku penumpang. Mobilnya sudah terparkir di depan restoran, namun Olivia malah berkata seperti itu. Tentu saja dia kesal.

“Kenapa, Sayang? Kamu belum makan dari tadi siang, kan?“ Irgi bertanya sok lembut. Tangannya mengusap lengan Olivia dengan tatapan mata penuh intimidasi.

“Aku pengin pulang, pengin tidur,” kata Olivia tanpa mau menatap Irgi.

Suasana hati Olivia sedang tak baik. Seharusnya, hari ini dia senang karena bisa bertemu lagi dengan Dito dan mengetahui bahwa keadaan Dito baik-baik saja.

Namun, dia tak jadi bahagia ketika mengetahui fakta bahwa Dito sudah memiliki kekasih. Bahkan, Olivia melihat bahwa Dito sangat bahagia dengan perempuan selain dirinya. Hatinya sakit. Namun, dia tak bisa berbuat apa-apa. Sejak awal, semua adalah salahnya. Tak ada yang tersisa lagi selain penyesalan.

“Tapi kamu harus makan dulu, Liv. Aku juga udah reservasi tempat, ada beberapa temen aku juga yang dateng,” tandas Irgi. Dia tetap tak mau mengerti Olivia.

“Ya udah, kamu sendiri! Aku mau pulang!“ putus Olivia keluar dari mobil Irgi.

Tak membiarkan tunangannya pergi seorang diri, Irgi akhirnya menyusul Olivia keluar. Sebelum perempuan itu berlalu, Irgi mencekal tangannya kencang.

“Kamu nggak bisa pergi gitu aja, dong!“ kata Irgi sedikit membentak.

“Sakit, Gi!“ ringis Olivia mencoba melepaskan cekalan tangan Irgi.

“Masuk!“ perintah Irgi memasang raut wajah dingin.

Olivia menatap Irgi dengan pandangan tak suka. Tatapan mengintimidasi yang Irgi layangkan sama sekali tak membuatnya takut. Malah, Olivia merasa tertantang untuk lebih membangkang.

“Nggak mau!“ Olivia keras kepala.

“Kamu mau aku laporin Papa kamu?“ ancam Irgi.

“Aku mau pulang, Irgi! Aku nggak mau makan!“ Olivia kesal sekali. Kenapa pria itu tak kunjung mengerti?

“Makan dulu, Liv! Ka—”

“Irgi! Kok di luar aja?“

Ucapan Irgi terpotong. Keduanya lantas menoleh ke arah seseorang yang baru saja memanggil Irgi. Melihat Irgi yang menanggapi temannya yang tak jauh dari mereka, Olivia menggunakan kesempatan itu. Dengan sekali gerakan, dia menyentak tangan Irgi dan berlari dari sana.

“Aku duluan, bye!“ pamit Olivia.

Beruntung, Irgi tak mengejar Olivia. Perempuan itu merasa sangat lega karena bisa terbebas dari pria yang sama sekali tak dia cinta.

Setelah kembali lagi ke Jakarta, Olivia menempati rumahnya yang dulu dia tinggali. Papanya masih bertahan di Bandung. Entah apa yang Papanya lakukan, Olivia sudah tak lagi peduli.

Jam di tangan Olivia menunjukkan pukul sembilan malam. Jalanan sudah tak lagi padat. Walaupun malam kian larut, Olivia tak takut berjalan sendiri menuju rumahnya. Malah, suasana sepi seperti ini membuat perasaannya tenang. Dia bisa saja naik taksi, namun dia memilih untuk jalan kaki.

Selama berjalan, pikiran Olivia berkelana jauh. Topiknya masih sama, tentang Dito. Perempuan itu berpikir keras bagaimana caranya untuk dapat berbicara dengan Dito dan meminta maaf.

Membuang rasa malunya, ingin sekali Olivia mengajak Dito balikan dan meminta lelaki itu untuk membebaskannya dari Irgi. Namun, keadaan kini sudah berbeda. Ternyata, Dito sudah memiliki kekasih. Akan sangat sulit bagi Olivia untuk membuat Dito kembali padanya.

Berondong Lovers Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora