85. Kekasih yang Dulu Hilang

42 5 0
                                    

Dua tahun bukan waktu yang sebentar bagi Olivia untuk menghilang. Setelah putus dengan Dito dua tahun yang lalu, Olivia menuruti permintaan Papanya untuk pindah ke rumah mereka yang berada di Bandung. Tak hanya itu, Olivia juga menuruti permintaan Papanya untuk bertunangan dengan Irgi.

Papanya menepati janjinya. Dia tak lagi berhubungan dengan Mamanya Monica. Tak ada lagi Irfan yang sering pulang larut malam yang membuat Mamanya khawatir. Sejak saat itu, hubungan keluarga mereka terasa harmonis. Walaupun Olivia merasa tertekan akibat hubungan paksa yang dia jalani dengan Irgi.

Awalnya, Irgi sangat baik kepadanya. Dia selalu memperlakukan Olivia selayaknya ratu. Olivia sempat berpikir untuk menerima Irgi demi kebaikan semuanya. Namun, itu semua tak berlangsung lama ketika Irgi menunjukkan sikapnya yang posesif dan otoriter. Irgi tak segan-segan bersikap kasar ketika Olivia tak menuruti perintahnya.

Olivia benar-benar tersiksa. Yang menjadi satu-satunya alasannya untuk bertahan adalah kebahagiaan sang Mama. Dia tak ingin Mamanya tahu bahwa Papanya pernah berselingkuh. Dia rela menderita seorang diri asalkan Mamanya selalu bahagia.

Namun, takdir tak berpihak kepadanya ketika enam bulan yang lalu, Mamanya meninggal dunia. Divia, wanita itu mengalami serangan jantung.

Tak ada lagi alasan bagi Olivia untuk tetap bertahan. Dia ingin melarikan diri dari Papanya juga Irgi. Namun, dia tak bisa. Setiap pergerakannya selalu Irgi awasi. Dua tahun ini, Olivia banyak belajar tentang bisnis. Papanya memintanya untuk memimpin perusahaannya suatu hari nanti.

Olivia kehilangan segalanya. Teman, sahabat, keluarga bahkan cinta. Irgi terlalu membatasi interaksi Olivia dengan dunia luar. Dia merasa bahwa hidupnya bukan lagi miliknya.

Sejak Mamanya meninggal enam bulan yang lalu, Olivia selalu berusaha untuk menghubungi Dito kembali. Dia ingin meminta maaf kepada mantan kekasihnya yang telah dia tinggalkan. Namun, pesan-pesan yang dia kirimkan tak pernah dibaca. Selalu saja, akun media sosialnya berakhir dengan diblokir oleh Dito.

Tak hanya Dito, Raihan, Anggun, Eca dan Ibnu juga melakukan hal yang sama. Amanda, satu-satunya sahabat yang dia miliki juga tak bisa membantu banyak. Olivia sangat frustrasi. Beberapa kali, dia mencoba melukai dirinya sendiri akibat terus merasa tertekan. Namun, Amanda selalu menasihatinya. Untung saja, Amanda selalu ada di sisinya kendati pun kini sahabatnya itu telah menikah.

Olivia kini duduk di salah satu kursi di perpustakaan umum. Dia telah kembali ke Jakarta satu minggu yang lalu. Besok adalah hari pertamanya masuk ke kampus. Ya, Olivia meminta kepada Papanya untuk berkuliah lagi dengan alibi ingin menjadi dokter agar ketika nanti dia menikah dengan Irgi, dia memiliki gelar yang tinggi.

Padahal, Olivia memutuskan untuk berkuliah lagi adalah karena dia ingin menghirup udara bebas. Dia juga memasuki kampus yang sama dengan Dito dan teman-temannya. Dia ingin lebih dekat dengan Dito. Kerinduannya akan Dito sudah sangat mendalam.

“Oliv … lo pasti bisa!“ ujarnya memberi semangat kepada dirinya sendiri. Lengan baju panjangnya yang agak tersingkap ke atas dia turunkan, kembali menutupi beberapa bekas luka sayat yang dia buat ketika sedang stres.

Tangannya membuka halaman selanjutnya dari buku medis yang sejak tadi dia baca. Namun, fokusnya terpecah ketika dia melihat seorang bocah perempuan tengah kesusahan mengambil buku dari rak yang tak jauh dari dirinya duduk.

Tak tega membiarkan gadis kecil itu terus berusaha sendiri, akhirnya Olivia beranjak dari duduknya untuk mengambilkan buku yang gadis itu inginkan.

“Kalau nggak nyampai, bisa minta tolong orang dewasa, Cantik,” ujar Olivia seraya mengambil kumpulan buku dongeng, kemudian menyerahkannya kepada gadis kecil berpotongan rambut pendek itu.

“Kak Oliv?“

Baik gadis kecil itu maupun Olivia sama-sama terkejut. Dibandingkan rasa terkejutnya, rasa bahagia Olivia lebih mendominasi ketika mendapati bahwa gadis kecil itu adalah Alana.

Alana jauh lebih tinggi dari sejak terakhir kali Olivia melihatnya. Gadis kecil itu juga memotong rambutnya yang membuat Olivia tak mampu mengenalinya. Sungguh, bertemu dengan Alana di sini bagai keajaiban yang didapat Olivia.

“Alana … kok kamu?“ Olivia berkata takjub. Matanya berkaca-kaca tak kuasa menahan rasa haru. Dia benar-benar senang.

“Kak Oliv ke mana aja, sih? Aku kangen, tahu!“ ungkap Alana memeluk Olivia erat.

“Sama, Sayang … Kakak juga kangen banget sama kamu,” balas Olivia.

“Kamu ke sini sama siapa?“ imbuh Olivia lagi.

“Sendirian, Kak. Itu, sekolah aku di depan.“

***

Untuk kesekian kalinya, Dito memblokir nomor asing dari pesan yang masuk ke ponselnya. Sudah bisa dipastikan, nomor asing itu adalah milik Olivia yang lagi-lagi menghubunginya.

Dua tahun yang lalu, sejak dia tahu bahwa Olivia bertunangan dengan Irgi, Dito memutuskan untuk tak lagi mencari-cari Olivia. Dito sakit hati, merasa dipermainkan. Dia marah, bahkan sampai saat ini. Dia tak ingin lagi mendengar apapun tentang Olivia yang sudah meninggalkannya.

Setelah menorehkan luka yang begitu dalam di hatinya, Olivia tak akan Dito beri kesempatan untuk masuk kembali ke kehidupannya. Terhitung sudah enam bulan, Dito selalu menerima pesan dari nomor tak dikenal, DM Instagram dari akun asing dan masih banyak lagi.

Tak hanya dirinya, teman-temannya pun menerima pesan serupa. Tahu bahwa itu adalah perbuatan Olivia, Dito meminta teman-temannya untuk tak menanggapi dan menyarankan untuk memblokirnya.

Teman-teman Dito; Ibnu, Raihan, Anggun dan Eca adalah saksi hidup yang melihat batapa hancurnya Dito dua tahun yang lalu saat Olivia meninggalkannya. Lelaki itu sempat dirawat di rumah sakit karena mogok makan, sempat tak akan naik kelas karena sering bolos dan beberapa kali tak fokus berkendara yang menyebabkannya mengalami kecelakaan kecil.

Beruntung, Dito sudah kembali kepada dirinya yang dulu. Tentu saja, teman-teman Dito akan melakukan segala cara agar Dito tak lagi terpuruk seperti saat itu. Segala cara, termasuk menghalangi Olivia untuk kembali kepada Dito.

Delapan bulan yang lalu, Dito akhirnya menemukan seorang perempuan yang mampu membuatnya lupa akan Olivia. Bukan semerta-merta lupa. Pada dasarnya, Dito memacari perempuan itu karena dia merasa sikapnya mirip dengan Olivia.

Regina, perempuan itu satu angkatan dengan Dito. Dia cantik, pintar, ramah, suka menolong dan sangat perhatian. Perempuan itu adalah yang pertama kali menyatakan perasaannya kepada Dito. Dia terlalu gigih dan pantang menyerah, mengingatkannya akan sosok Eca di masa lalu yang tergila-gila dengan Ibnu.

Atas dukungan teman-temannya, Dito menerima Regina sebagai kekasihnya pada pernyataan perasaan perempuan itu yang keempat kalinya. Selama delapan bulan ini, hubungan mereka berjalan baik.

“Kak Dito! Aku masuk, ya!“

Fokus Dito yang semula kepada ponsel, beralih ketika suara Alana terdengar dari luar kamarnya.

“Masuk aja, Al!“ titah Dito.

Tak lama, Alana masuk ke dalam kamar Kakaknya. Gadis kecil itu bergabung dengan Dito yang rebahan santai di atas ranjang.

“Kak Dito mau tahu enggak aku tadi ketemu sama siapa?“ Alana membuka obrolan.

Melepaskan genggamannya pada ponsel, Dito menolehkan kepalanya ke Alana. Ditatapnya adiknya itu dengan pandangan heran.

“Sama siapa emang?“

“Sama Kak Oliv,” katanya terang-terangan.

Dito terdiam. Tak tahu harus merespon bagaimana. Mendengar nama perempuan itu disebut lagi, perasaannya masih terasa nyeri. Luka itu belum hilang sepenuhnya. Masih ada bekas luka yang kadang kala membuatnya tersiksa.

“Tapi Kak Oliv aneh, Kak. Waktu ketemu aku tadi, Kak Oliv meluk aku erat banget sambil nangis. Tadi aku juga lihat lengannnya banyak banget sama bekas luka gores.“

Berondong Lovers Where stories live. Discover now