32. Cemburu Tanda .... (1)

97 10 0
                                    

Karena bujuk rayu Eca yang tiada habisnya, akhirnya Dito menyerah untuk menolak keinginan gadis itu. Eca berhasil menyeretnya ke luar dari kamar untuk akhirnya mencari ayam geprek untuk makan siang. Kini, keduanya menaiki motor Dito, dengan kecepatan sedang pemuda itu mengendarai motornya.

"Makan ayam goreng tempat Ibnu aja, ya? Kalau cari ayam geprek agak jauh." Di tengah perjalanan, Dito bertanya kepada Eca. Jika mereka pergi ke kedai ayam goreng milik keluarga Ibnu, mungkin lebih cepat sampai.

"Emang di sana nggak bisa pesen ayam geprek, ya?" tanya Eca mulai bernegosiasi dengan Dito. Dia sangat menginginkan ayam geprek sekarang ini.

"Mana gue tahu, nanti lo tanya sendiri aja," ketus Dito yang membuat Eca memukul bahunya keras.

Tak memedulikan kekesalan Eca, Dito terus memacu motornya tanpa berbicara. Hingga mereka sampai di sebuah kios berukuran sedang dengan halaman cukup luas. Keduanya turun, dengan dipimpin oleh Dito mereka memasuki kedai yang dikelola langsung oleh Bundanya Ibnu, Bunda Karina.

"Sore, Bunda!"

Kedai itu terlihat ramai, Karina tengah terduduk di sebuah kursi di depan komputernya. Wanita paruh baya itu tersenyum lebar ke arah Dito.

"Tumben sore-sore ke sini, Dit. Eh, siapa? Cantik banget?"

Eca yang mendapat pujian dari Karina pun tersenyum sangat lebar, gadis itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Karina.

"Eca, Tante. Sepupu Kak Dito," katanya memperkenalkan diri.

"Panggil Bunda aja, ya! Biar sama kayak yang lain!" titahnya mengusap kepala Eca. Sikapnya yang hangat membuat Eca nyaman.

"Ibnu udah pulang belum, Bun? Apa pergi ke rumah sakit?" Dito yang sejak tadi hanya menyimak obrolan mereka pun membuka suara, menanyakan keberadaan sahabatnya.

"Udah ke atas. Tadi bilang capek banget, pamit tidur," ungkap Karina menjelaskan tentang keberadaan putranya.

"Ya udah, aku nyusulin Ibnu, ya. Tolongin urusin adik Dito, Bun. Ribet anaknya," pesan Dito lalu keluar dari kedai. Melalui pintu kaca, Eca dapat melihat Dito berjalan ke samping kedai lalu menaiki sebuah tangga menuju lantai dua bangunan yang berada tepat di belakang kedai itu. Tepatnya ke rumah Ibnu yang menyatu dengan kedai tempat mereka berjualan.

"Kamu mau makan apa, Cantik? Biar Bunda masakin buat kamu," tawar Karina menatap gadis ayu di hadapannya.

"Ehm, Eca pengin ayam geprek, Bunda," ungkapnya mengatakan keinginannya.

Dan ucapannya mengundang tatapan aneh dari Karina.

"Bunda nggak jualan ayam geprek, Sayang. Tapi kalau kamu mau, Bunda bisa buatin. Tapi bahan-bahannya ada di rumah, kamu ikut Bunda, yuk!" ajaknya kemudian.

"Eh, nggak ngerepotin, Bunda? Kalau nggak ada Eca bisa makan ayam goreng aja, kok. Nggak usah digeprek." Eca berucap tak enak, tak mau merepotkan Karina yang sudah tampak letih.

"Nggak apa-apa. Udah, ayok! Mbak, aku ke atas bentar, ya." Setelah berkata kepada Eca, Karina berbicara kepada wanita yang sibuk di dapur, yang merupakan pegawainya.

"Baik, Bu."

Setelah mengambil beberapa ayam goreng tepung di etalase, Karina menatap Eca.

"Ayo, Cantik!"

Akhirnya, Eca mengikuti langkah Karina. Keduanya berjalan ke arah Dito pergi tadi, menaiki tangga ke sebuah rumah minimalis yang tampak rapi dan nyaman.

"Mau ikut ke dapur?" tanya Karina menawarkan. Eca mengangguk antusias, lalu berjalan lebih jauh memasuki rumah itu bersama Karina.

Dalam perjalanannya, Eca melihat sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka. Terlihat sekilas kaki yang menjuntai dari atas kasur, dan terdengar tawa Dito menggema dari ruangan itu. Eca yakin, di sana adalah letak kamar Ibnu.

Berondong Lovers Where stories live. Discover now