27. Ungkapan Perasaan

76 13 0
                                    

Udara dingin yang menusuk ke seluruh permukaan kulit tubuhnya membuat Dito terbangun dari tidurnya. Pemuda itu membuka matanya pelan, yang langsung membuatnya melihat rintik hujan yang turun di luar jendela. Mengedarkan pandangannya, Dito tak menangkap adanya sosok Olivia di ruangan itu. Hanya ada Alana yang tertidur lelap di atas ranjang.

Akhirnya Dito bangkit, tanpa membereskan buku-bukunya yang masih berserakan, dia keluar dari kamar Alana hanya untuk menyadari lampu di luar kamar sudah dimatikan.  Sepertinya, Nadia dan Lukman juga sudah tidur. Dito tak tahu saat ini pukul berapa, yang pasti dia hanya khawatir tentang keadaan Olivia.

"Bu Oliv masak udah pulang, sih?" tanyanya sendiri di dalam hati. Lantas, langkah kakinya membawa dirinya untuk memasuki ruangan di samping kamar Alana, yang mana itu adalah kamarnya sendiri.

Tangannya memencet sakelas lampu di samping pintu. Dan netranya pun langsung menangkap keberadaan Olivia di atas ranjang kamarnya. Jam di dinding menunjukkan pukul satu malam. Senyumnya terbit melihat wajah damai Olivia ketika tertidur. Setidaknya, dia tenang ketika mengetahui Olivia baik-baik saja di kamarnya.

Tak mau mengganggu tidur Olivia, akhirnya Dito mengambil satu bantal lain di atas ranjang, yang tak Olivia gunakan, meletakkannya di atas sofa dan dia langsung berbaring di sana setelahnya. Namun, sebelah itu dia sudah mengambil selimut cadangan dari dalam lemari.

Setelah dirasa posisinya nyaman, Dito mulai memejamkan mata. Hal terakhir yang dia lihat sebelum menutup mata adalah wajah Olivia yang membuatnya tersenyum penuh arti.

***

Membuka matanya, Olivia menyadari bahwa dirinya berada di tempat yang asing. Pandangannya teredar, dan dia melihat Dito yang tidur meringkuk di atas sofa dengan selimut berantakan yang menjuntai sampai ke lantai. Sejenak, Olivia merasakan seperti deja vu, teringat hal yang sama seperti ini ketika berada di rumahnya. Senyum kecil terbit, lantas Olivia bangkit dan membereskan tempat tidur.

Seusai urusannya menata ranjang selesai, Olivia berjongkok di samping sofa, berniat membangunkan Dito.

"Dito."

Panggilan lembut Olivia nyatanya tak mengganggu sedikit saja tidur Dito. Dia malah semakin merapatkan selimut dan menariknya sedikit ke atas, sampai menutupi sebagian wajahnya.

"Hei, udah pagi!" ujar Olivia lagi, seraya menatap ke luar jendela yang memiliki tirai putih tembus pandang, yang mana menunjukkan langit gelap.

"Dito, bangun!"

Akhirnya, Olivia tak hanya menggunakan suaranya. Tangannya turut terulur untuk menepuk pelan bahu Dito. Dan usahanya tak sia-sia ketika akhirnya Dito membuka mata. Ketika terbangun dari tidurnya, Dito langsung disambut dengan senyum manis Olivia.

"Jam berapa, Buk?"

Pertanyaan itu Dito layangkan, seiring dengan tubuhnya yang mulai bangkit dan akhirnya berakhir dengan duduk dengan baik di atas sofa. Tangannya terangkat untuk mengusap kedua matanya untuk memperjelas pandangan yang sedikit terlihat kabur.

"Empat lebih," balas Olivia menunjuk jam di dinding dengan dagunya. Dia pun mengambil posisi duduk di sebelah Dito. Selimut yang jatuh ke lantai pun dia ambil alih, berniat untuk dia rapikan.

"Bu Oliv," panggil Dito. Olivia menoleh ke samping mendengar itu, hanya untuk mendapati Dito yang menatapnya lekat, dengan wajah berbunga.

"Kenapa?" tanya Olivia penuh rasa ingin tahu.

"Bu Oliv mau nggak nikah sama saya?"

Dan pertanyaan Dito yang diiringi dengan senyum menyebalkan nyatanya Olivia terjembahkan sebagai sebuah lelucon. Tangannya terangkat untuk memukul pelan bahu Dito setelahnya.

Berondong Lovers Where stories live. Discover now