"Gak kangen juga sama Kakak Nad?" Tanya Farez sembari berjalan menghampiri Nadda.

Nadda menganguk lucu, kemudian tanpa permisi memeluk Farez. Farez terkekeh pelan kemudian membalas pelukan adik perempuannya itu.

"Kangen banget Kak, boleh langsung transfer uang jajan ku selama disini gak?" Kata Nadda setelah melepas pelukannya pada Farez.

Farez mendengus sebal, saat melihat wajah barharap nada. Apalagi dengan cengiran lebar yang perempuan itu tunjukkan pada Farez.

"Ih Kak Nadda, bukan bantuin bawa koper malah lari masuk kerumah duluan." Gerutu Frenzi yang baru saja tiba diruang tengah dengan mengangat koper besar milik Nadda, walaupun Rizal juga ikut membantunya.

"Aduh duh, adik manis... " Kata Nadda mencolek dagu Frenzi gemas. "Baik banget mau bantuin Papa ngangkat koper Kakak." Lanjut Nadda dengan nada menggoda.

Sedangkan Frenzi berdecak pelan dan langsung nyelonong pergi menuju ke arah kamar.

"Nah lhoh, ngambek kan adiknya." Kata Rizal dengan kekehan kecil.

"Tenang Pah, nanti Nadda sogok Frenzi pakek ketapel." Kata Nadda dengan nada jenaka.

Rizal terkekeh pelan, kemudian mengelus puncak rambut Nadda gemas. "Yaudah sana kekamar, bersih-bersih dulum. Nanti turun makan siang." Kata Rizal.

"Bener kata Papa, kamu istirahat dulu ya, nanti kalau makanannya udah siap, nanti Mama panggil." Kata Rani menimpali.

Nadda menganguk, kemudian berjalan menuju ke arah kamar yang ia tempati.

Sedangkan Farez sudah kembali duduk, dengan matanya yang fokus pada layar televisi.

"Eh tumben, bos distro libur-libur gini datang berkunjung ke rumah." Kata Rizal yang ikut duduk disamping Farez.

Farez hanya menghela nafas pelan kemudian menoleh dengan wajah jengah. "Dateng salah, gak dateng tambah salah." Kata Farez.

"Idih anak muda kok baperan." Kata Rizal kemudian menepuk bahu Farez dengan kekehan.

Farez ikut terkekeh pelan setelahnya.

"Rez, ini kopernya adikmu ditaruh di kamar bawah sana." Suruh Rani yang baru akan beranjak ke dapur untuk menyiapkan makan siang.

"Iya." Farez segera berdiri dan menyeret koper milik Nadda untuk ditaruh ditempat yang Rani suruh.

***

"Mah." Panggil Farez setelah berdiri disamping Rani yang tengah memotong tempe untuk digoreng.

"Kenapa?" Tanya Rani yang masih fokus dengan potongan tempe.

"Aku lagi pendekatan sama perempuan." Kata Farez setelah menarik nafas panjang.

Kontan saja, Rani menghentikan tangnnya yang semula akan kembali memotong. Saat mendengar pengakuan dari Farez.

Rani langsung menoleh ke arah Farez, kemudian menarik Farez untuk duduk dikursi ruang makan. "Serius? Sama siapa?" Tanya Rani dengan keterkejutannya.

"Namanya Vio. Dia Kakaknya Vano, temenku kuliah." Beritahu Farez.

Rani menutup mulutnya saat mendengar perkataan Farez baru saja. "Beda berapa tahun?" Tanya Rani.

"Dua tahun."

Rani menghela nafas lega setelah tahu jarak umur Farez dengan perempuan yang merupakan kakak dari temannya itu.

"Udah kenal lama?" Tanya Rani pada anak sulungnya.

"Baru sebulan ini." Beritahu Farez jujur. "Dia udah kerja disekolah yang sama dengan Frenzi." Lanjut Farez.

Rani melebarkan kedua matanya terkejut. "Lhoh, lha Adikmu tau gak kalau Ibu gurunya kamu incer?" Tanya Rani.

Love You MBAK!Where stories live. Discover now