Chapter.25

5.6K 387 5
                                    

Selamat membaca 🌵

Pada minta part uwu, nanti, ya.

______

Suara musik menggema, malam itu pertama kali keduanya berada di tempat acara musik. Festival yang diadakan selama 3 hari berturut-turut.

Abdi merangkul bahu Bellona, ia seperti takut hilang diantara banyaknya penonton. Mereka memilih panggung musik golden star yang menampilkan musisi jadul angkatan Bellona saat sekolah.

Wajah Abdi tegang, ia baru pertama kali datang ke acara seperti itu. Bellona bahkan mengomentari penampilan Abdi saat datang menjemputnya di apartemen. Kekasihnya memakai baju formil yang membuat tawa Bellona pecah lalu mengajak Abdi kembali ke unit apartemen lelaki itu untuk ganti baju.

Akhirnya, Abdi memakai kaos yang dibeli saat mereka di Bandung dipadu celana jeans juga sepatu kets satu-satunya yang Abdi punya karena kebanyakan pantofel.

Bellona sendiri memakai kaos putih polos dipadu outer motif dedaunan, celana denim hitam juga sepatu kets.
Seperti Bellona yang biasanya, bukan wakil komisaris.

Abdi yang tubuhnya lebih tinggi dari pada Bellona dengan mudah merangkul bahu kekasihnya alih-alih melindungi juga posesif, padahal ia takut.

Salah satu band Ibu kota mulai memainkan lagu. Bellona mulai menikmati. Abdi berdiri kaku, kepalanya mengedar menelisik ke penjuru arah. Rata-rata penontonnya seusianya juga Bellona. Terlihat dari wajahnya juga penampilan yang tertata walau santai.

Abdi tertegun, menoleh ke sebelah kirinya dimana Bellona berdiri. Kekasihnya tersenyum sambil bernyanyi bahkan berjoged pelan. Bellona menatap masih sambil tersenyum, ia lalu meraih jemari tangan Abdi yang merangkul bahunya , digenggam erat lalu ia goyang ke depan dan belakang.

Dengan kaku Abdi mulai mengikuti. Bellona tertawa, ia melepaskan genggaman tangan lalu beralih memeluk pinggang kekar kekasihnya sambil terus berjoged santai sambil bernyanyi.

Band The Groove asal Bandung membawa lagu yang begitu mudah membuat semua orang larut salam musik juga lirik. Abdi tersenyum, ia memeluk gemas Bellona yang tertawa lalu mulai mengendur otot-otot tubuhnya karena tegang menghadapi pengalaman pertama menonton konser musik.

"Bagaimana bisa ... kau hadir di mimpiku, padahal tak sedetik pun, ku rindu dirimuuu ...." Bellona menyanyikan satu bait lagu yang membuat Abdi tersenyum lebar.

Lama kelamaan, Abdi mengikuti beat lagu dan ikut bergoyang.

"Kamu tau lagu ini?!" teriak Abdi karena musik yang terlalu keras suaranya.

"Iya. Aku SMP kelas tiga waktu dengar ini, kamu nggak tau?" balas Bellona sedikit berteriak juga. Abdi menggelengkan kepala. "Semoga setelah ini suka, musik mereka bagus." Bellona tersenyum manis. Abdi mengangguk.

Mereka menikmati pentas musik, penyanyi berganti, pun lagu. Bellona begitu berbeda dari sosok serius saat bekerja, ia seperti bunglon yang mampu menyesuaikan tempat dimana berada.

Abdi tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya, tak lepas jemari tangan Bellona digenggam, bergoyang ke depan dan belakang dengan pelan menikmati alunan lagu, hingga keduanya dibuat diam mematung seketika setelah ....

"Lho ..., kok, berdua ke sini?" tunjuk rekan kerja divisi keuangan. Ia tak sendiri, di belakangnya ada enam orang lagi. "Selamat malam Pak Abdi, Mbak Bellona," sapanya sambil menahan tawa.

Bellona merapatkan bibir, ia menunduk, tak tau jika akan tertangkap basah.

"Selamat malam. Silakan, lanjutkan," tukas Abdi sambil merangkul bahu Bellona dan membawanya ke arah lain.

His Alterego ✔Where stories live. Discover now