𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟏𝟒
𝐓𝐡𝐞 𝐇𝐨𝐧𝐞𝐬𝐭 𝐓𝐫𝐮𝐭𝐡.
Mengulur detik demi satu jawaban, barulah Joohyun mengiyakan lewat anggukan ringan. "Tentu."
Taehyung tersenyum, semua itu ia lampiaskan lewat kecupan singkat di sela leher Joohyun sebelum kembali berujar. Merasa lega karena terbuka satu sama lain. "Terkadang aku benci Ibuku. Dia sangat gampang dibodohi dengan pria–pria yang hanya bermodalkan 'mulut manis'. Pertama, si bajingan yang dinamakan; Ayahku. Kedua, bajingan lain yang sempat menjadi alasan kuat baginya bertahan di Seoul."
.
.
'Apapun yang terjadi, jangan pernah coba–coba pikirkan orang lain di sekitarmu. Cukup fokus dengan tujuan dan urusan sekolahmu.'
Satu petuah sang Ibu tak salah untuk Taehyung tanamkan di kepala hingga ia menginjak usia remaja. Menjadikan dirinya begitu apatis di sekitar, kembali ke rumah hanya untuk belajar dan menghabiskan lebih banyak waktu di kamar. Bahkan, ia bisa menghitung jari berapa kali sekadar bertatap muka dengan si Ayah tiri.
Si bajingan lain—begitulah Taehyung menyebutnya. Apa yang membuat Ibunya begitu jatuh hati dengan sosok pemalas, penjudi, dan pemabuk itu? Terlebih, hanya mengandalkan uang dari Ibu Taehyung yang seorang buruh paruh waktu. Memang si Ayah tiri sempat bekerja di pabrik yang sama. Tapi, karena pemecatan besar–besaran membuat perilaku asli itu mencuat ke permukaan.
Patriarki, 'ringan tangan', menuntut dilayani sebagai kepala keluarga utuh. Tapi, menjalankan kewajiban sebagai seorang kepala keluarga pun tak mampu. Meski begitu, perilaku itu tak pernah terungkap tiapkali Taehyung berada di rumah.
Hingga satu malam itu terjadi ... malam di mana amarah dan kesabaran yang selama ini mati–matian Taehyung kubur demi sang Ibu pun tumpah begitu saja. Hari ulang tahun yang seharusnya ia sambut sukacita, lagi–lagi diusik oleh si Ayah tiri yang banyak tingkah.
Mungkin itu hanya masalah sepele, malam di mana Ibu Taehyung menyempatkan waktu membawa Jjamppong untuk hari lahir putranya. Keributan kecil sempat terjadi di ruang tamu hanya karena sang istri membeli sebungkus Jjamppong saja. Kemungkinan besar, si Ayah tiri kalah judi.
"Aku tak mau berbagi dengannya, Bu. Sudah ku bilang, aku tak mau!" ketus Taehyung tertahan. Bukan masalah tak sudi berbagi atau apa, ini menyangkut tingkah si Ayah tiri yang terlalu kurang ajar bagi Taehyung.
Sayangnya, sang Ibu malah salah paham. "Tak apa, maklumilah sekali ini saja. Dia hanya mabuk, besok–besok ia tak akan mengingatnya lagi, hm?" lerai Ibu Taehyung sembari mengusap bahu putranya yang masih menggerutu di meja belajar. "Nanti Ibu akan mengajakmu makan Jjamppong berdua. Selamat ulang tahun, Kim Taehyung, putraku. Ibu selalu menyayangimu," ucapnya tulus.
YOU ARE READING
happier than ever. [vrene] ✔️
Fanfiction❝𝘵𝘩𝘪𝘴 𝘴𝘵𝘰𝘳𝘺 𝘪𝘴 𝘢𝘣𝘰𝘶𝘵 𝘵𝘩𝘦𝘺 𝘧𝘪𝘯𝘥 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘪𝘯𝘦𝘴𝘴 𝘪𝘯 𝘵𝘩𝘦𝘪𝘳 𝘰𝘸𝘯 𝘸𝘢𝘺.❞ Tak pernah terpikirkan oleh Taehyung bila kepulangannya ke desa kelahiran setelah merelakan seluruh mimpinya berakhir di Seoul akan mengukir le...