𝐎𝟗. 𝐒𝐮𝐦𝐦𝐞𝐫 𝐒𝐜𝐚𝐫𝐬.

193 33 126
                                    

𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝐎𝟗

𝐒𝐮𝐦𝐦𝐞𝐫 𝐒𝐜𝐚𝐫𝐬.

Yoo Joohyun menyimpan banyak kekaguman pada satu rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoo Joohyun menyimpan banyak kekaguman pada satu rumah. Rumah yang setiap hari mengepulkan asap dari dapur, rumah yang tak berisi properti bernilai tinggi maupun berinterior artistik. Rumah yang tak perlu mencari topik super intelektual untuk memancing satu obrolan di meja makan, cukup tawa hingga makian kecil yang terdengar dalam setiap celah obrolan. Hanya sebuah rumah sederhana yang selalu menyerbak kehangatan, seolah mengajak Joohyun untuk turut melebur bersama kenyamanan tersebut.

Bahkan, tak perlu bersikeras menemukan satu alasan kuat untuk sekadar pulang. Itu ... definisi rumah yang sebenarnya 'kan?

Termasuk, malam ini. Nenek Ryeo terlalu 'rewel' untuk tak mengizinkan Joohyun pamit sebelum mengisi perut. Sudah menjadi kebiasaan jika mendapati paras Joohyun yang terlihat lelah seperti itu. "Kau tahu? Aku tak pernah bisa tenang jika membiarkanmu pulang seperti ini. Biar aku yang bertanggung jawab padanya nanti."

"Tak perlu memberitahu Bibi Nam, Nek. Aku sudah mengabarinya jauh–jauh hari. Mereka tak akan mencariku ke manapun," jelas Joohyun halus. Selalu sungkan bila wajah renta itu selalu menaruh khawatir padanya.

"Benarkah? Kau harus makan dengan baik, anak manis. Atau, anak nakal itu yang membiarkan perutmu kosong kali ini? Biar ku beri dia pelajaran—"

"Tidak. Itu bukan salahnya," cegah Joohyun sekali lagi kala Nenek Ryeo hampir melampiaskan kesal pada si cucu sulung. "Lebih baik ku bantu menyiapkan makan malam, ya," alih Joohyun sembari meringis senang. Menuntun Nenek Ryeo menuju ruang makan.

Tak ada suara–suara ringan lagi seperti tadi. Semua kembali pada aktivitas masing–masing. Joohyun memilih pergi ke dapur saat Nenek Ryeo menyiapkan hal lain. Namun, langkahnya terhenti pelan di depan tungku menyala berisi air mendidih. Perlahan, ia merasa dadanya nyeri. Sesak sekali. Lututnya sontak melemas, membuat Joohyun hampir hilang keseimbangan.

'MATI KAU!! MATIII!!'

Tertegun sendu, Joohyun mengusapi pelan tengkuk sendiri. Menarik ingatan lampau yang begitu kelam, seolah merasakan kembali air bersuhu tinggi itu  mengguyur sekujur tubuhnya. Aku ... lebih pantas mati?

Hal itu pertama kali disadari Taehyung setelah keluar dari kamar mandi. Tak jadi mengeringkan rambutnya yang setengah basah. Menyusul langkah tertatih Nenek Ryeo dari arah lain yang lebih dulu memangkas lamunan Joohyun.

"Joohyun, tunggulah di ruang makan."

Tuturan lembut itu membuat gadis Yoo tersentak pelan. Kembali pada gestur semula. Tolehannya turun pada lengannya yang telah diusapi hangat oleh Nenek Ryeo. "Oh. Aku hanya ... ingin membantu," kerjapnya kosong.

"Sudah, tak masalah. Duduklah di sana, anak manis. Aku hanya tak menyangka kalian pulang sedikit terlambat. Hm?" pinta Nenek Ryeo. Seolah paham ketakutan Joohyun satu itu. "Astaga, di mana Minji? Akhir–akhir ini, ia memang lebih suka menggambar di kamarnya. Lebih baik kau panggil Minji di kamarnya, ya. Mungkin, anak itu belum tahu kau sudah datang."

happier than ever. [vrene] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang