𝟏𝟑. 𝐁𝐮𝐭𝐭𝐞𝐫𝐟𝐥𝐲 𝐄𝐟𝐟𝐞𝐜𝐭.

187 39 105
                                    

𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟏𝟑

𝐁𝐮𝐭𝐭𝐞𝐫𝐟𝐥𝐲 𝐄𝐟𝐟𝐞𝐜𝐭.

Pagi itu, Bibi Nam terlihat lebih sibuk dari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, Bibi Nam terlihat lebih sibuk dari biasanya. Banyak makanan yang terhidang di atas meja makan. Entah atas momen apa atau sekadar kebetulan, Joohyun memilih membawanya dalam diam. Tak berselera lagi menyentuh satu kudapan meski ditawari baik–baik.

"Kau ... akan kembali 'kan?" tanya Bibi Nam sembari menyerahkan tas Joohyun. Menahan senyum khawatir.

Agak lama tak menyahut, Joohyun hanya tersenyum tipis.

"Kebetulan, Pamanmu akan ke kota. Kau tak mau menunggunya sebentar? Aku juga akan ikut mengantarmu."

Entah itu disebut penawaran sekian kali atau apa, yang jelas Joohyun tahu bahwa wanita Nam itu sengaja mengulur waktu. "Terima kasih. Tapi, aku sudah membuat janji dengan Ayah Minji," tolak Joohyun halus.

Mendapati Joohyun sesekali memeriksa tas bawaan, Bibi Nam kian menahan gelisah. "Obatmu sudah kau bawa? Inhaler? Selimut—"

"Aku hanya pergi ke Yeosu. Bukan ke tempat yang sangat asing," potong Joohyun tegas. Menyadari intonasinya lebih nyaring dari sebelumnya, Joohyun bergegas menuju pintu ditemani Bibi Nam. "Terima kasih, Bibi. Aku tak akan pernah lupa membalas budi."

"Sebenarnya, aku selalu berharap kau memanggilku ... 'Ibu'."

Sirat mata penuh harap itu sempat Joohyun dapati dalam beberapa detik bersitatap. Bahkan, ia sempat memaki diri sendiri. Seandainya ia memiliki secuil sisi egois saja seperti Kim Taehyung, mungkin semua tak akan serumit ini. "Maaf, aku sangat merepotkan selama ini. Aku pergi," pamit Joohyun sopan.

Presensi dua wanita itu terpaksa berpisah di muka gerbang kayu, salah satunya menggigit sudut bibir cemas. "Biar ku antar sampai ke rumah Nenek Ryeo," tawar Bibi Nam sekali lagi yang hanya dibalas gelengan sopan oleh putri angkatnya tersebut.

Joohyun sempat menoleh, memang. Tersenyum sekilas. "Tolong, siram rutin satu pot kecil di kamarku. Itu ... pemberian dari orang yang ku cintai—Kim Taehyung." Beberapa detik sengaja memdiamkan, mencoba menghempas firasat buruk yang sejak kemarin singgah. "Aku percaya pada Bibi. Aku sudah membiarkan Bibi tahu seluruh luka yang ku rasakan selama ini. Ku mohon ... jangan rusak kepercayaan itu," tatapnya nanar. Ku mohon, berpihaklah padaku ... sekali ini saja. Berpaling untuk melanjutkan langkah. Buru–buru meninggalkan wanita Nam yang tak sanggup menahan rasa bersalah dari kejauhan.

🌻𝓱𝓪𝓹𝓹𝓲𝓮𝓻 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓮𝓿𝓮𝓻.🌻

"Kenapa?"

Setelah ditanya keempat kali, barulah Taehyung menoleh. Bangkit dari lamunan. "Ya?"

"Kau ... baik–baik saja?" kerjap Joohyun khawatir. "Mau bertukar kursi?"

happier than ever. [vrene] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang