𝐎𝟕. 𝐁𝐢𝐭𝐭𝐞𝐫𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭.

195 36 126
                                    

𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝐎𝟕.

𝐁𝐢𝐭𝐭𝐞𝐫𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭.

Tatapan Joohyun turun sekena ke arah ruas–ruas jemarinya yang masih diisi oleh kelima jari Taehyung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapan Joohyun turun sekena ke arah ruas–ruas jemarinya yang masih diisi oleh kelima jari Taehyung. Begitu erat. "Aku juga tak yakin ... kau akan bertahan atau berpikir ulang setelah ini."

"Kenapa?" kernyit Taehyung.

Joohyun menggeleng sambil tersenyum tipis. "Entahlah. Hanya ingin tahu, lalu ... pergi. Siklus itu selalu terjadi. Memuakkan." Bahkan, aku benci diriku sendiri.

"Tak masalah. Aku bisa menunggu, dan membantumu menepis semua ketakutan itu."

"Membantu?" geleng Joohyun samar ke arah lain. Aku hanya takut ... kau sama seperti mereka.

"Aku hanya ingin tahu, kenapa kau begitu percaya padaku sejak awal pertemuan kita?" tatap Taehyung seksama. "Kau mendatangiku lebih dulu dengan kesan ramah dan menyenangkan. Jujur, aku tak masalah dengan semua itu. Tapi seiring waktu, aku mulai berpikir ... apa yang terjadi di antara kita memang selayaknya mendapat kejelasan."

"Kau membutuhkannya? Kejelasan?"

Taehyung terdiam.

"Aku tak tahu ... harus menjawab apa. Saat bersamamu, aku hanya merasa nyaman. Tak merasa khawatir dengan hari esok yang dipenuhi ketakutan baru. Lalu, saat kau tak ada ... pikiran–pikiran aneh kembali bermunculan. Kepalaku berisik, aku pusing dan ... mual."

Belum ada sahutan dari Taehyung, seakan membiarkan gadis Yoo menguasai konversasi keduanya.

Merasa dituntut oleh tatapan lekat itu, Joohyun berhela pelan. "Tapi, jika kau menginginkannya—kejelasan ... tak apa. Aku tak akan mengusikmu lagi."

Lekas Taehyung menahan tangan itu sebelum beranjak dari dudukan. "Tak masalah. Aku tak memaksa." Memberi pemakluman.

"Terima kasih ... atas pengertianmu," angguk Joohyun sopan. Saat hening kembali menguasai mereka, barulah Joohyun kembali berimbuh. "Kau ... tak jadi pergi? Jangan sampai terlambat."

"Oh, ya. Aku lupa. Juga, Nenek sudah menitipkan buah–buahan dan makanan kesukaanmu." Canggung itu kembali membuat keduanya menjaga jarak, saling berdiri dan membalas bungkukan sopan satu sama lain. "Kalau begitu, aku ... pergi," pamit Taehyung.

Punggung itu Joohyun tatapi sebentar, namun Joohyun menundanya sebentar sebelum mencapai pintu. "Tunggu."

Taehyung berbalik pelan, sedikit tak menyangka Joohyun menghampirinya begitu saja. Merapikan kerah kemejanya hati–hati tanpa berucap lebih, seolah ini bukanlah interaksi asing pertama kali.

Sedikit mengernyit, Joohyun pun mendongak. "Terima ... kasih," ucapnya diakhiri senyuman. Melingkarkan perlahan kedua lengan pada tubuh Taehyung, sembari menyembunyikan wajah di sana. Erat sekali. Menghirup dalam–dalam feromon khas pria yang ingin ia beri keyakinan sedikit demi sedikit.

happier than ever. [vrene] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang