𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝟏𝟏
𝐓𝐰𝐨 𝐏𝐢𝐞𝐜𝐞𝐬 𝐨𝐟 𝐂𝐚𝐧𝐝𝐲.
Perlahan, Taehyung terbangun dari tidur singkatnya. Bisa dikatakan singkat karena ia berusaha terjaga meski akhirnya terlelap juga. Mendapati sisi baringannya telah kosong, ia pun lekas terduduk. Mengedar pandangan ke sekeliling kamar, hanya pakaian miliknya yang tersisa di atas lantai. Sial! Sial!
Usai terburu–buru memakai pakaian kembali sebelum ke luar kamar, didapatinya Nenek Ryeo dan Minji telah di rumah. Hujan tak lagi terdengar dari luar, membuat ia berpikir bahwa Joohyun telah pulang mengingat hari sudah gelap. Putus harapan.
Selalu saja ... ia kecolongan.
Hingga makan malam itu terjadi, belum ada percakapan yang diungkit. Sedari tadi, Nenek Ryeo menyadari tingkah si cucu sulung yang sempat meringis pelan setiap mengunyah. Menggerakkan pipi kiri seolah rahang itu benar–benar kaku. Dan, ya ... terlalu bohong untuk tak mendapati bahwa pipi itu terlihat memar. "Kau keramas terlalu larut."
Taehyung terbatuk. Hampir makanan yang tersangkut tak bisa ia telan sepenuhnya jika Nenek Ryeo tak menawarkan air lebih dulu.
Nenek Ryeo tersenyum. "Itu tak baik, Taehyung. Tapi, jika sekali–kali tak masalah."
Helaan pelan itu terdengar. Taehyung tahu, sindiran lucu itu pasti ditujukan untuknya. Tak sabar mendiamkan, ia pun bertanya. "Joohyun ... sudah pulang, Nek?"
"Hm. Dia sempat meminta maaf karena telah berbuat kurang ajar. Padahal, aku sama sekali tak pernah memandangnya begitu."
"Nenek melihat Joohyun ... keluar dari kamarku?" tanya Taehyung lagi setelah menoleh sebentar. Memastikan Minji tak berkeliaran di sekitar.
"Minji telah melihatnya. Dia bertanya padaku urusan Guru Yoo denganmu. Meski aku berbohong ... mau bagaimana lagi? Lamban laun dia juga akan tahu 'kan?"
Taehyung tak punya opsi lebih, ya ... lamban laun semua orang akan tahu. Setelah membantu membereskan meja, rasa nyeri di pipi itu belum juga hilang. Hal itu sampai–sampai membuat Nenek Ryeo tak tahan juga dengan tingkah aneh si bocah tua. "Kau baik–baik saja? Pipimu?"
"Aku ... baik," dehem Taehyung kaku. Memberitahu yang sebenarnya pun tak ada artinya. Malah, ia yang akan dihajar nantinya. "Hanya terjatuh dari kasur, hm. Kalau begitu, aku ke luar sebentar!" pamit Taehyung buru–buru sebelum sang Nenek mencari tahu lebih jauh 'bekas cinta' di pipinya.
Sedangkan Nenek Ryeo hanya berkacak pinggang. Benar–benar tak habis pikir dengan apa yang terjadi selama rumah ditinggalkan beberapa jam saja. "Anak muda sekarang benar–benar banyak tingkah."
🌻𝓱𝓪𝓹𝓹𝓲𝓮𝓻 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓮𝓿𝓮𝓻.🌻
Kegaduhan kecil terjadi pagi itu, suara langkah kaki terseret mondar–mandir ke sekitar ruangan. Minji sedikit terlambat bangun, mungkin karena akhir–akhir ini terlalu senang menggambar hingga larut. "Aku pergi, Nek...." Kemudian langkahnya terhenti pelan di serambi, mendapati sang Ayah telah duduk menanti.
YOU ARE READING
happier than ever. [vrene] ✔️
Fanfiction❝𝘵𝘩𝘪𝘴 𝘴𝘵𝘰𝘳𝘺 𝘪𝘴 𝘢𝘣𝘰𝘶𝘵 𝘵𝘩𝘦𝘺 𝘧𝘪𝘯𝘥 𝘩𝘢𝘱𝘱𝘪𝘯𝘦𝘴𝘴 𝘪𝘯 𝘵𝘩𝘦𝘪𝘳 𝘰𝘸𝘯 𝘸𝘢𝘺.❞ Tak pernah terpikirkan oleh Taehyung bila kepulangannya ke desa kelahiran setelah merelakan seluruh mimpinya berakhir di Seoul akan mengukir le...