Vio yang sudah bisa menetralkan nafasnya, tiba-tiba saja tersadar dengan pelukannya pada Farez saat ini.

Vio segera melepas pelukannya pada Farez kemudian menatap Farez dengan dahi yang mengerut heran.

"Badan kamu kok gak panas?" Tanya Vio heran, saat tidak merasakan suhu panas pada dari tubuh Farez saat tadi ia memeluk laki-laki itu.

Lalu dengan cepat Vio menyentuh dahi Farez, yang ternyata juga tidak panas.

Farez menatap Vio bingung. "Panas? Emangnya aku sakit?" Tanya Farez heran. Setelah Vio menarik kembali tangannya dari dahi Farez.

"Lhoh, harusnya iyakan?" Kata Vio bingung.

Farez menggeleng pelan. "Aku gak sakit Mbak, makanya badan aku gak panas." Kata Farez memberitahu.

"Tapi tadi kata Nino kamu sakit, makanya izin pulang cepet." Kata Vio masih dengan kebingungannya.

"Nino?" Sebelah alis Farez terangkat saat mendengar nama Nino dari Vio.

"Tadi Nino... " Belum selesai Vio menjelaskan, Farez lebih dulu mendaratkan jari telunjuknya pelan didepan bibir Vio.

"Mbak cerita didalem aja ya." Kata Farez kemudian menjauhkan tangannya dari Vio, kemudian menarik tangan Vio untuk mengikutinya masuk kedalam rumah.

***

Setelah beberapa menit Vio akhirnya selesai menjelaskan kejadian yang membuatnya datang kerumah Farez saat ini.

"Jadi saya dibohingin sama Nino?" Tanya Vio sedikit terkejut dengan tanggapan Farez dari penjelasannya tadi.

"Nino kemarin juga ada di mall, waktu kita berantem." Kata Farez.

Membuat Vio melebarkan matanya. "Pantes aja. Saya pikir kamu beneran sakit Rez." Kata Vio mengehela nafas kasar.

"Ternyata ini cuma akal-akalan Nino aja, biar kita bisa ketemu kayak gini." Kata Vio lagi dengan nada kesal.

Farez mengelus puncak rambut Vio dengan gemas. "Aku mau keluar, Mbak mau aku anterin pulang dulu apa gimana?" Tanya Farez menatap Vio, dengan menahan gemas akibat reaksi kesal perempuan tersebut.

Vio ikut menatap Farez, saat melihat tatapan Farez yang lembut kepadanya seketika Vio teringat dengan kejadian di mall kemarin.

Vio belum menjelaskan kesalahpahaman tersebut pada Farez, tapi Farez sepertinya malah mencoba mengalihkan topik pembicaraan ke arah lain.

"Saya masih capek, mau duduk dulu." Kata Vio pada Farez.

Farez menganguk pelan. "Yaudah, aku ambilin Mbak minum dulu ya?" Kata Farez kemudian akan beranjak dari duduknya.

Namun dengan segera Vio meraih sebelah tangan Farez. "Saya belum haus." Tolak Vio.

Farez menaikkan dua alisnya menatap Vio.

"Saya mau jelasain yang kemarin di mall." Kata Vio, membuat Farez mengangguk paham kemudian membenarkan posisi duduknya kembali.

"Saya gak bohong soal acara makan malem sama rekan kerja saya. Dan kemarin sebenarnya saya berangkat bareng Hani, rekan kerja saya. Tapi waktu nunggu diseberang restaurant, Hani izin ke toilet sebentar. Terus gak lama Rama, laki-laki yang sama saya kemarin itu dateng nyamperin saya." Jelas Vio kemudian membuang nafas pelan.

"Saya sama Rama cuma ngobrol ringan aja waktu itu, sambil nunggu Hani balik dari toilet dan yang lain dateng." Kata Vio melanjutkan.

"Tapi waktu kamu tiba-tiba nyamperin saya dengan ekspresi marah, saya jadi kaget. Dan waktu mau jelasin ke kamu saya malah takut waktu ngelihat kamu yang makin natap saya tajam." Kata Vio lagi, namun kini terdengar lebih pelan dari sebelumnya.

Love You MBAK!Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin