"Rez! Farez, saya belum selesai bicara." Kata Vio saat Farez melewatinya begitu saja kemudian berjalan menjauh.

Baru saja Vio akan mengejar Farez, Rama dengan cepat mencekal sebelah lengan Vio.

"Itu teman-teman udah dateng, kita juga harus segera gabung sama mereka." Kata Rama kemudian menarik Vio untuk menghapiri rekan-rekan mereka yang tengah berjalan menuju ke dalam restauran yang berada disebelah tempat mereka berdiri.

Vio mau tidak mau terpaksa mengikuti Rama, saat Vio melihat rekan kerjanya yang lain sudah datang.

Vio berpikir mungkin besok saja ia coba untuk menjelaskan kembali kesalahpahaman ini pada Farez.

Nino yang sudah membayar pesanannya dengan Farez yang bahkan belum tersentuh sama sekali, hanya melihat sejenak ke arah Vio dan Rama.

Nino ingat jika perempuan yang tadi berbicara dengan Farez, juga yang saat ini tengah digandeng oleh laki-laki dengan pakaian formal tersebut adalah Vio, kakaknya Vano.

Setelahnya Nino segera berjalan untuk menyusul Farez, yang mungkin saja kini tengah menuju ke tempat parkir mall ini.

***

"Brengsek!" Maki Farez dengan menendang ban motornya menggunakan kaki kanannya.

Nino menghela nafas lega saat mendapati Farez berdiri tidak jauh dari motor yang terpakir.

"Udah Rez, nanti copot itu ban motor lo." Kata Nino sembari menjauhkan Farez dari motor.

Farez menghempas kasar tangan Nino pada lengannya. "Biarin aja! Gue dari tadi udah nahan emosi didepan dia. Dan gue mau lampiasin emosi gue disini." Kata Farez kemudian menendang kembali ban motornya.

"Dan ban lo gak salah Rez." Kata Nino memutar bola mata malas.

Farez menarik nafas panjang kemudian membuangnya dengan kasar, Farez mendudukan dirinya di lantai parkiran.

Dua telapak tangannya mengusap wajahnya dengan kasar, dan menatap Nino hanya menggeleng pelan melihat itu.

"Lo ada apa sama Kakaknya Vano Rez?' Tanya Nino menatap Farez.

Farez mendongak menatap Nino, kemudian tersenyum miring setelahnya. "Menurut lo?" Farez balik bertanya pada Nino.

"Pdkt mungkin?" Tebak Nino.

"Gue suka sama Mbak Vio, dan gue gak suka dia bohongin gue kayak gini." Kata Farez.

Nino sedikit melebarkan matanya saat mendengar pernyataan Farez tersebut. "Lo gak lagi bercanda kan Rez?"

Farez menatap Nino jengkel. "Lo aja lihat gue sampai emosi gini, dan lo masih tanya gue bercanda atau gak?" Tanya Farez tak habis pikir.

"Sejak kapan Rez?" Tanya Nino yang kini tampak serius, setelah melihat wajah jengkel Farez padanya.

"Ya sejak gue kenal sama Mbak Vio, gue udah suka sama dia."

"Vano tau?" Tanya Nino penasaran.

"Gue maunya Vano tau kalau gue suka sama Kakaknya. Tapi Mbak Vio ngelarang gue buat kasih tau Vano." Kata Farez.

Nino menggeleng tak percaya dengan perkataan Farez. "Jadi lo diem-diem jalin hubungan sama Mbak Vio dibelakang Vano?"

"Gue sama Mbak Vio belum ada hubungan resmi." Kata Farez terdengar lebih pelan dari sebelumnya.

"Apa mungkin dia emang gak suka ya sama gue? Terus apa dia nanggepin gue karena dia cuma gak mau bikin gue kecewa karena itu." Kata Farez lagi.

Nino masih diam tidak menanggapi perkataan Farez.

Love You MBAK!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora