7. Kangen

12.1K 1K 21
                                    

Jeno merindukan Papa dan Mamanya.

Bukan Jaehyun dan Irene, tetapi orang tua aslinya.

Ya meski tuan Lee dan nyonya Lee seperti tidak peduli dengannya, tapi Jeno yakin akan satu hal.

Mereka hanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan hingga lupa dengan kehadirannya.

Hanya saja Jeno sedikit kecewa karena itu.

Semakin Jeno memikirkannya maka dirinya akan semakin kecewa.

Tapi bagaimana lagi, itu semua mereka lakukan demi Jeno.

Mereka bekerja dengan keras untuk memenuhi kebutuhan Jeno, membelikan apapun yang Jeno mau.

Dan bahkan mereka sampai lupa.

Kebahagian terbesar seorang anak itu adalah kasih sayang orang tua.

Buat apa harta dan jabatan yang tinggi jika seorang anak tidak pernah sekalipun merasakan kasih sayang dari orang tua.

Jujur jika boleh di katakan.

Jeno tak apa jika di beri pilihan untuk hidup dalam keluarga yang sederhana, serta hidup di rumah biasa tanpa ada barang barang mahal dan mewah di dalamnya.

Yang terpenting ia pernah merasakan kasih sayang dan perhatian dari tuan dan nyonya Lee.

Donghae dan Tiffany.

Tapi Jeno rasa itu tidak akan pernah mungkin terjadi.

Jeno dan kedua orang tuanya sekarang berada di dunia yang berbeda.

Tapi, bisakah Jeno berharap?

Jeno ingin pulang.

Memeluk erat Donghae serta Tiffany, Jeno ingin merasakan pelukan hangat dari keduanya.

***

"Kamu melamun lagi?" pertanyaan Jaemin membuat Jeno langsung kembali pada kesadarannya.

Jeno melirik Jaemin, ia menggeleng.

"Engga." elaknya.

Jaemin tersenyum tipis, ia tau Jeno masih belum dapat sepenuhnya percaya pada dirinya.

Jaemin sadar jika selama ini dirinya begitu jahat, hingga membuat Jeno masuk rumah sakit dan koma.

"Jen, aku tau kamu bohong." ucap Jaemin menatap Jeno.

Jeno hanya diam.

Dirinya memang tidak ingin membalas ucapan Jaemin.

Biarkan saja Jaemin berbicara sendiri dengan angin.

Emang enak di kacangin.

"Jeno, lihat aku." ucap Jaemin sedikit menaikkan nada bicaranya.

Jaemin cukup kesal karena Jeno sama sekali tidak menanggapi ucapannya tadi.

"Hmm." deham Jeno pelan, ia menatap kearah Jaemin dengan ogah ogahan.

Tak sadar jika lelehan air turun dari kedua kelopak matanya.

Jaemin sedikit terkejut, dengan cepat ia memeluk Jeno.

Jeno menangis.

Ntah apa yang membuat Jeno menangis, ia tak tau.

"Sstt, kenapa nangis?" tanya Jaemin yang masih memeluk tubuh ringkih Jeno.

"Coba cerita, aku bakal dengarin. Serius, janji." lanjut Jaemin.

Jeno menggelengkan kepalanya di dalam pelukan Jaemin.

"Gu--gue, ga ma--mau cerita sama elo." dengan susah payah Jeno mengucapkannya.

I'm Lee Jeno | Transmigrasi BoyWhere stories live. Discover now