Mikaella ~ 39

10.1K 547 12
                                    

4 bulan kemudian...

Hari demi hari terlewati, kehidupan Mika dan Zen kini jauh lebih bahagia, usia kandungan Mika pun sudah jalan bulan kelima. Perut Mika semakin membesar, hal tersebut tentunya membuat Zen semakin posesif kepada Mika, terlebih mengingat kejadian dulu yang pernah menimpa Mika, ia tak mau sampai hal tersebut terulangi.

"Sayang aku hari ini pulang agak maleman ya, soalnya lagi banyak kerjaan, kamu gak usah tungguin aku, nanti kamu kecapean, okey?"

Mika menaruh sereal yang ia makan diatas meja, ia menatap kearah suaminya yang sedang berdiri disebelahnya.

"Aku mau ke Butik boleh gak? Sudah tiga hari aku gak ke Butik."

Zen berpikir sejenak, kasihan juga Mika jika harus berada dirumah setiap hari, pasti ia sangat bosan.

"Boleh, tapi diantar supir ya?"

"Okey, makasi Zen."

"Iya sama-sama, aku berangkat dulu ya sayang, jangan telat makan siang." Zen mencium puncak kepala Mika sebelum ia berangkat kerja.

Mika tersenyum senang karena hari ini Zen memperbolehkannya pergi ke Butik. Mika pergi ke kamar untuk bersiap-siap terlebih dahulu.

Mika memakai baju dress yang panjangnya dibawah lutut berwarna matcha. Mika juga mengikat rambutnya dengan rapi, setelah itu ia memakai parfume.

Kurang lebih 40 menit kemudian, Mika sampai di Butik, tadi ia mampir ke toko kue terlebih dulu untuk membawakan karyawannya cemilan, ia membawa 3 kotak kue dengan varian rasa berbeda-beda. Ia juga membeli tiramisu lava cake untuk dirinya sendiri, entah mengapa akhir-akhir ini ia menjadi sangat suka dengan kue tersebut.

"Eh? Hai Mik! Lama banget gak ke Butik," sapa Karin saat melihat Mika masuk kedalam Butik dengan senyuman manisnya. Ia langsung menghampiri Mika dan memeluk wanita itu.

"Lebay lo, baru juga tiga hari," jawab Mika.

Mika dan Karin mengubah gaya bicara mereka menjadi 'Lo-Gue', karena menurut Mika agar lebih santai, lagipula ia sudah menganggap Karin teman dekatnya.

"Ih, emang bener kan, biasanya tiap hari ke Butik, sekarang udah jarang."

"Maklum, suami gue posesif banget tuh, lagipula gue juga mudah kecapean kalau kelamaan jalan."

"Hahaha, ya udah duduk dulu Mik ayok, lo kecapean ntar gue yang dimarahin laki lo."

Karin mengajak Mika untuk duduk di sofa. Mika memberikan kue yang ia bawa ke karyawannya untuk dimakan bersama.

"Butik aman kan?"

Karin mengangguk dan mengacungkan kedua jempolnya kearah Mika. "Aman dong."

"Oh iya, Airyn ada kesini gak ya? Kemarin dia nelpon katanya mau ke Butik, mau pesen baju untuk pernikahannya."

Airyn kemarin menelpon Mika, ia menanyakan kabar Mika sekaligus memberitahu Mika bahwa ia akan melangsungkan pernikahan bulan depan, namun ia tidak menyebutkan siapa calon suaminya. Ia juga mengatakan kepada Mika bahwa ia akan memesan dan membeli gaun pernikahan di Butik milik Mika.

"Gak ada sih, kapan mau kesini?"

"Enggak tau sih, oh ya-- gimana lo sama Danu?" ujar Mika sambil menaik turunkan alisnya menggoda Karin.

Karin tersipu malu, ia menahan senyumnya. "Ih apaan sih, gak gimana-gimana, gak ada hubungan apa-apa kok."

"Ah masa? Kok malu-malu gitu. Cerita aja kali."

"Tapi janji ya jangan godain gue lagi, malu."

"Iya iya janji."

"Udah pacaran, seminggu yang lalu."

Mika terkejut sekaligus bahagia mendengarnya. "Serius? Congrats, akhirnya ya setelah berbulan-bulan, dikasih kepastian juga."

"Hehehe," cengir Karin.

"Kapan mau nikah?"

"Belum mikir kesana, kejauhan. Masih awal juga."

"Udah harusnya dipikirin tau, umur lo berapa sih? dua puluh dua kan? si Danu dua puluh empat tuh kayak Zen. Kalau lo yang belum mau, paling ntar dipaksa sama Danu, hahahaha."

"Mbak? Mau tanya, dress yang kira-kira cocok dipakai ke gala dinner yang model gimana ya?" ucap seorang wanita yang baru saja masuk kedalam Butik.

"Mik, bentar ya, gue layanin customer dulu, ntar lanjut gibahnya," ucap Karin lalu setelah itu ia meninggalkan Mika untuk menunjukkan berbagai macam dress yang cocok dipakai untuk ke gala dinner.

"Hai Mik? Gue sengaja mampir ke Butik lo tadi kan lo chat katanya hari ini ke Butik, kebetulan gue mau ke rumah mertua gue hari ini, jadi mampir dulu deh." Neva datang dan langsung duduk disebelah Mika.

"Gimana Mik kabar lo? Baik?"

"Baik, lo gimana?"

"Baik dong, oh ya, udah USG belum jenis kelamin anak lo apa?"

"Mau tau aja deh lo, kepo!" sahut Mika sembari tertawa.

Neva menatap Mika sinis. "Dih! Lo mah gitu, gue pensaran nih! Btw anak gue cewek!"

"Really? Selamat ya, impian lo kan tuh punya anak cewek, biar bisa lo dandanin."

"Yeu! Itu mah Dira!"

Mika jadi terdiam saat mendengar nama Dira disebut, begitupula dengan Neva, ia reflek menyebutkan nama wanita itu.

"Kangen ya Nev, sama Dira."

Neva mengangguk pelan. "Iya Mik, kira-kira Dira bakal sembuh gak ya?"

"Pasti, ntar kalau ada waktu kita sempetin buat jenguk Dira ya? Dia pasti butuh support dari kita."

"Iya, Mik."

***

Malam hari yang sangat gelap, tidak ada bintang yang menyinari langit karena cuaca sangat mendung, suara petir terdengar dimana-mana dan sangat nyaring, tak lama kemudian hujan turun dengan derasnya membasahi bumi dan seisinya.

Zen menatap kearah jam dindingnya, jam sudah menunjukkan pukul 19.15 atau jam 7 lewat 15 menit. Zen mematikan komputernya serta menutup laptopnya dan memasukan kedalam tas, pekerjaannya sudah selesai, jadi ia bisa pulang sekarang.

"Vita ini berkasnya sudah saya tandatangani, besok langsung kamu urus ya. Saya mau pulang dulu."

"Baik, Pak."

Zen berjalan kearah lift untuk turun kebawah, saat sampai dibawah, ia berdiri sejenak didepan resepsionis, kantor sudah sangat sepi, hanya ada beberapa karyawan yang tersisa itupun di ruangan mereka masing-masing.

Zen menatap handphonenya, ia melihat Bi Asri menelponnya, tumben sekali.

"Halo Bi, ada apa?"

"Tuan? Tuan ini, Non Mika--"

"Kenapa Bi? Mika kenapa?"

"Non Mika tiba-tiba demam Tuan, badannya panas banget, dari tadi juga manggil nama Tuan terus."

Zen sangat kaget mendengar kabar bahwa Mika tiba-tiba demam tinggi, ia tidak mau sampai terjadi hal yang tidak diinginkan pada Mika dan calon anak mereka.  "Sebentar saya pulang Bi."



















Vote comment ya love u all❤️🫰

MikaellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang