Mikaella ~ 19

10.6K 764 2
                                    

VOTE DUlU?

Makasiiii~💓















Beberapa hari kemudian...

"Gimana kalau dua bulan lagi?" tanya Adi atau Papa Zen sekaligus memberikan pendapatnya.

"Nah, bisa tuh, lebih cepat lebih baik, lagian kalian udah sama-sama siap juga, kan?" sahur Silvi menyetujui pendapat suaminya.

Mika dan Zen saling bertatapan sejenak.

"Kalau saya sih setuju-setuju aja, ya, gimana baiknya. Kalau emang udah merasa siap, Papa setuju sebulan lagi," ucap Bara.

"Bener, niat baik itu gak boleh ditunda-tunda," sahut Rini.

"Gimana, Zen? Mika?"

"Kita terserah aja sih, iya kan?" Zen menatap kearah Mika.

Mika tersenyum canggung. "Hehe iya, ngikut aja gimana baiknya."

"Loh, kok gitu? Kan kalian yang mau nikah."

"I—iya... maksudnya... ya udah fix dua bulan lagi," putus Zen.

"Bagus, ntar urusan gedung, catering, undangan, dan lainnya, biar Mama sama Mamanya Mika yang siapin," ucap Silvi senang.

Rini tersenyum senang. "Iya, itu biar jadi urusan kita. Kalau untuk baju pernikahannya, gimana?"

"Mika aja, Ma," jawab Mika.

"Oke, semoga semuanya lancar sampai hari-H  ya."

"Aamiin."

***

Kini, didalam ruang kerjanya, Mika sedang sibuk menggambar sketsa gaun pernikahan yang akan dikenakannya nanti. Ia benar-benar bingung harus membuat seperti apa, dari tadi pagi sampai sekarang belum juga selesai.

Bagaimana mau selesai, baru tergambar sedikit, Mika langsung merasa tidak cocok dengan sketsa yang dipikirkannya itu, alhasil kertasnya ia robek dan ia buang.

Tok! Tok! Tok!

"Ya, masuk," ucap Mika tanpa beralih dari kertas dihadapannya.

"Sibuk banget kayaknya, dari tadi gue telpon gak diangkat." Seseorang yang mengetuk pintu tadi masuk kedalam dan berdiri disebelah Mika.

Mika menghela nafasnya kasar. "Iya, maaf. Handphone gue di silent lupa nyalain, gue juga gak ada megang hp seharian."

Orang itu adalah Zen, sehabis dari kantor, ia tidak langsung pulang melainkan ke Butik terlebih dahulu, karena ia yakin Mika masih disini, dan ternyata benar.

Zen melirik kearah jam tangannya. "Sadar gak udah jam empat sore?"

"Hah?!" Mika langsung menatap kearah jam dinding, alangkah terkejutnya ternyata sekarang jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.

Zen terkekeh pelan. "Sudah makan siang?"

"Belum."

"Ayok pulang, sekalian mampir makan dulu."

"Em, no thanks. Gue bisa pulang sendiri," sahut Mika. Ia memasukkan handphone serta barang-barang lainnya kedalam tas, bersiap untuk segera pulang.

"Gue ikutin dibelakang ya?"

"Gak usah, Zen."

"Kalau lo kenapa-kenapa, gimana?"

Mika memutar kedua bola matanya jengah. "Sejauh ini gue gak kenapa-kenapa, kok."

"Ya gak menutup kemungkinan kalau hari ini bakal kenapa-kenapa, kan?"

MikaellaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ