Mikaella ~ 06

14.5K 1K 22
                                    

"Kalau yang ini gaun model terbaru, belum pernah dipakai siapapun." Mika menunjukkan sebuah gaun pengantin mewah berwarna putih elegan.

Neva tersenyum, tangannya bergerak menyentuh gaun cantik tersebut. "Ada yang lain gak?"

Mika terdiam lalu ia mengangguk, ia mengajak Neva pergi ke tempat terpojok di Butik tersebut. Disana terdapat sebuah gaun pengantin mewah berwarna putih juga namun yang kali ini jauh lebih cantik dari yang sebelumnya.

"Sumpah ini bagus banget woy," ucap Neva heboh sembari menatap kagum gaun tersebut.

Mika tersenyum kecil. "Tadinya ini gaun buat pernikahan gue nanti, tapi kalau lo mau, gak apa-apa, gue bisa bikin lagi nanti, lagian belum tau juga nikahnya kapan, hahaha."

"Makanya lo cepet-cepet buka hati lagi dong, udah lama banget masa belum move on juga."

"Sembarangan lo! Yang bilang gue belum move on siapa? Gue udah move on dari dulu! Gak ada pengganti bukan berarti belum move on, ya," sahut Mika panjang lebar, sengaja ia menjelaskan dengan detail, agar sahabatnya ini bisa mengerti apa alasannya belum mendapatkan pengganti, bukan karena belum bisa melupakan masa lalu, melainkan belum ada yang cocok saja.

"Iya okey gue percaya, by the way gue fix ambil yang ini ya."

"Okey, eh ini ada pasangannya buat cowok, setelan jas gitu, siapa tau mau sekalian sepaket gitu kan." Mika meninggalkan Neva sebentar, mengambil pakaian untuk pengantin lelaki, sebuah setelan jas berwarna silver.

Begitu melihat, Neva langsung suka dengan baju tersebut, ia memutuskan untuk memilih setelan jas itu untuk dipakai calon suaminya nanti saat pernikahan.

"Hey, maaf aku telat." Seorang lelaki menghampiri Neva lalu mengusap-usap puncak kepala Neva.

"Waalaikumsalam."

Lelaki itu menyengir seperti tak berdosa. "Assalamualaikum."

"Kok lama banget?"

"Maaf tadi aku nganterin keponakan aku dulu ke Sekolahnya, terus dijalan macet juga. Maafin aku ya?"

Nicholas Alden Chandrio atau Alden, calon suami Neva. Lelaki itu memiliki postur tubuh yang sangat ideal, paras wajah yang sangat tampan, maka tak heran jika banyak wanita yang mengejarnya, dan tak heran pula mengapa Neva selalu tidak mood hampir setiap hari.

Alden berumur 24 tahun, ia adalah seorang dosen yang mengajar pelajaran Ekonomi di salah satu Unuversitas di Kota ini. Karena ketampanannya, ia dijuluki 'Pak Dospan' alias Pak Dosen Tampan di Kampus, tak jarang pula mahasiswi menggodanya.

"Kirain, abis dari Kampus, nyamperin mahasiswi kamu yang kegatelan itu."

Alden terkekeh pelan, ia mencolek hidung Neva. "Kan aku udah bilang, hari ini aku free, jadi bisa seharian sama kamu."

"Ekhm ekhm... disini masih ada orang ya, bukan kalian berdua doang," tegur Mika sambil pura-pura batuk, ia sangat kesal dengan orang-orang yang bermesraan tidak tau tempat, apalagi didepannya, biasanya yang sering seperti itu adalah Kak Anna, Kakaknya sendiri.

"Hehe sorry, makanya cari cowok juga dong, biar kita bisa double date, eh triple date deh sekalian, ntar suruh Dira cari cowok juga," ucap Neva santai, dipikirnya mencari lelaki semudah membalik telapak tangan.

"Lo nikahnya kapan?" tanya Mika mengalihkan pembicaraan.

"Dua minggu lagi."

Mika melongo. "What? Secepat itu? Gak ada kabar kapan nikah tiba-tiba dua minggu lagi."

"Lebih cepat lebih baik, kan," sahut Neva dibalas anggukan oleh Mika. "Iya bener juga sih."

"Hallo Assalamualaikum Adikku tersayang Adikku tercinta." Suara itu, siapa lagi jika bukan suara Anna, entah sejak kapan wanita itu berada disini, tiba-tiba saja ia muncul.

"Mika, Kakak bisa nitip Khanza di kamu gak? Dia lagi tidur nih," ujarnya memohon kepada Mika.

"Emangnya Kak Anna mau kemana sih?"

"Ke Supermarket, mau belanja bulanan, please ya gue nitip Khanza di lo. Tadinya mau nitip ke Mama Papa, tapi mereka lagi gak dirumah, Mama sama Papanya Nathan juga lagi gak dirumah, Pembantu juga lagi pulang kampung."

"Ntaran aja sih belanja bulanannya, nunggu ada Kak Nathan," ucap Mika santai.

"Gak bisa, Nathan pulang sore, ntar malam makan apa dong, stok bahan makanan udah abis semua."

"Beli, kan lo kaya."

Anna sangat gregetan dengan Adiknya ini, namun apalah daya, ia harus bersabar, bisa-bisa Mika marah kepadanya dan ia tidak bisa menitipkan Khanza disini.

"Lagian gue bukan jastip ya." Mika memutar kedua bola matanya jengah.

"Tapi kan lo Tantenya."

"Lo emaknya!"

"Cuman numpang tidur doang dia disini, kalo kebangun kasih susu aja, udah gue sediain, sekalian lo simulasi punya anak kan," cerocos Anna tanpa henti.

"Tapi jangan lama ya, gue sibuk juga nih."

Kedua mata Anna berbinar-binar, ia mengangguk semangat. "Okey siap! Nih." Ia menyerahkan Khanza kepada Mika lalu memberikan sebuah tas berwarna pink yang berisi perlengkapan milik Khanza.

"Kak Anna, tadi Zen kesini loh!" ucapan Neva membuat Mika emosi, ia menatap Neva tajam, padahal tadi ia sudah memperingati untuk tidak memberi tau kepada siapapun soal Zen datang kemari, termasuk kepada Anna, karena Anna akan semakin gencar meledeknya.

"Hah?! Serius?! Gak boong kan?!"

Neva menggeleng. "Enggak dong, tadi dia kesini beneran, tanya aja Mika, atau tanya karyawan disini."

"Mik?! Ternyata lo diem-diem menghanyutkan ya, sok-sokan semalem gak mau nomor whatsappnya, oh atau mutualnya di line ya?!"

Tuh kan, benar apa kata Mika, pasti Anna akan meledeknya, kalau sudah begini ia bisa apa, mau ia mengelak pun Anna akan tetap meledek.

"Dia cuman nganterin dompet gue yang gak sengaja jatuh di parkiran Supermarket pas gue belanja cemilan." Mika mencoba menjelaskan walau ia sudah tau Anna pasti tidak akan percaya.

Anna mencolek dagu Mika lalu tersenyum menggoda Mika. "Cie cie... gue dukung deh seratus persen, kalau lo sama dia, karna gue yakin dia orang baik!"

"Dih, tau darimana lo? Emang lo emaknya?"

Anna memutar kedua bola matanya jengah. "Ya elah apa sih yang gue gak tau, lagian kan Zen temennya Nathan, kata Nathan dia orangnya baik kok, ya emang sih belum Nathan belum kenal lama sama si Zen, karena Zen baru beberapa tahun menggantikan posisi Papanya sebagai CEO di Perusahaannya."

"Oh," sahut Mika cuek, ia tak peduli dengan apapun hal yang berkaitan dengan Zen.

"Btw, lo hoki banget Mik, dapet anak tunggal kaya raya."















Please vote comment dong:( sedih banget matanya banyak tapi gak sesuai sm jumlah bintang dan komennya:(

MikaellaWhere stories live. Discover now