Mikaella ~ 24

10.6K 733 9
                                    

Malam hari pun tiba, Mika membantu Bi Asri menyiapkan makanan di meja makan. Setelahnya, ia memanggil Zen untuk makan malam bersama.

Selama makan, suasana sangat hening, belum ada yang mencairkan suasana.

"Airyn itu, temen kamu?" tanya Mika dengan nada santai, agar suasana diantara mereka tidak hening.

Zen mengangguk pelan lalu menjawab. "Iya, temen lama sih, dulu rumahnya dideket rumah Danu, partner kerjanya Danu, terus dikenalin deh ke aku, nah rencananya kita bertiga mau kerjasama bangun Restoran Steak. Tapi, Airyn tiba-tiba pindah ke Prancis, lumayan lama, ini baru muncul," jelas Zen panjang lebar.

Mika mengangguk paham. "Di Prancis ngapain?"

"Gak tau, aku gak ada kontakan sama dia selama itu, jadi gak tau dia ngapain, kayaknya sih dia ada bisnis disana."

"Oh ya, dulu orang tuanya Danu sempet mau jodohin Danu sama Airyn loh," ucap Zen membuat Mika yang sedang minum pun tersedak.

"Uhuk! Uhuk!"

"Sayang? Kenapa?" tanya Zen bingung.

"Serius? Terus sekarang? Masih dijodohin gak? Duh, kasian banget Dira."

"Gak tau sih kalau sekarang, orang tua Danu juga udah gak pernah bahas Airyn, ya mungkin karena lupa karena Airyn gak ada muncul. Tapi gak tau kalau sekarang tiba-tiba ngejodohin lagi, soalnya kan Airyn udah pulang."

Mika menghela nafasnya, mendengar penjelasan Zen membuatnya kepikiran dengan Dira. Bagaimana perasaan sahabatnya itu jika tau lelaki yang disukainya akan dijodohkan dengan wanita lain, ia tak tega melihat sahabatnya terpuruk.

"Semoga gak deh ya, kasian Dira."

"Hubungan Dira sama Danu udah sampai mana?" tanya Zen.

Mika menggelengkan kepalanya pelan. "Gak tau, kata Dira, orang tua Danu gak suka sama dia, bukan cuman orang tua, tapi hampir seluruh keluarga Danu. Gak tau juga alasannya kenapa."

Zen menghela nafasnya, ia berdiri disamping Mika. "Udah selesai kan makannya? Ngobrol di ruang tengah yuk?" ajak Zen lembut.

Mika mengangguk pelan. "Iya, udah kok."

Zen dan Mika pun pergi menuju ke ruang tengah, mereka duduk bersampingan di sebuah sofa.

"Tadi kamu bilang, orang tua bahkan keluarga Danu gak suka sama Dira?" tanya Zen memastikan.

Mika mengangguk, ia pikir Zen tidak akan melanjutkan pembahasan ini.

"Aku kenal Danu udah lama, begitupun keluarganya, ya walaupun gak tau banyak, tapi aku lumayan tau tentang mereka. Keluarga Danu memang tipikal yang sulit akrab dengan orang baru, mereka sangat menjaga kehormatan keluarga mereka, sangat menjaga nama baik keluarga mereka, sebisa mungkin mereka gak mau ada hal buruk yang terjadi di keluarga mereka yang bisa membuat nama baiknya tercemar."

"Jadi maksudnya, Dira bawa hal buruk, gitu?"

"Sssttt..." Zen menempelkan jari telunjuk tangan kanannya di bibir Mika. "Aku belum selesai, sayang."

"Gak cuman Dira, semua teman Danu diperlakukan hal yang sama, termasuk aku. Mungkin keluarga Danu takut kalau Danu berteman sama orang gak jelas, jadi ya gitu deh. Ya, walaupun aku emang gak jelas sih."

Mika memukul lengan Zen, sempat-sempatnya lelaki itu bercanda padahal ia sudah mendengarkan dengan serius.

"Apalagi Dira kan cewek, pasti persepsi mereka Dira itu bakal jadi calonnya Danu, dan otomatis mereka gak mau kalau sampai Danu salah memilih calon istri."

"Tapi masa harus segitunya? Orang tua kamu aja gak gitu pas pertama kali ketemu aku," sahut Mika.

"Kan beda-beda sayang, tiap orang punya sifat yang berbeda-beda, termasuk keluarga Danu. Tapi, kalau menurutku pribadi itu memang terlalu berlebihan sih."

Mika mengangguk. "Iya, berlebihan banget malah, gak tau tuh Dira kenapa masih suka sama Danu, padahal banyak kali yang lebih dari Danu. Apalagi kalau udah ditolak keluarganya ya bakal susah ngelanjutinnya."

"Itu namanya perjuangan."

"Tapi Dira doang yang gerak. Kasih tau tuh temen kamu, kalau emang gak suka sama Dira, gak mau ngasih kepastian, ya udah mending diomongin baik-baik daripada Dira digantungin, kasian tau. Apalagi kalau ntar tiba-tiba si Danu malah nikah sama Airyn."

Zen terkekeh pelan, ia mencubit pipi Mika gemas. "Kamu perhatian banget sih sama temen kamu, mau juga dong diperhatiin."

"Dira itu udah kayak saudara aku tau gak, jadi kalau dia sedih ya aku sedih juga."

"Iya sayang, nanti aku kasih tau Danu ya." Zen mengacak-acak puncak kepala Mika lembut lalu membawa kepala Mika untuk bersandar di pundaknya.

"Kamu pengen liburan gak?" tanya Zen tiba-tiba.

Mika terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Zen. "Liburan dalam rangka apa?"

"Ya gak dalam rangka apa-apa sih, liburan aja, kalau kata orang mah honeymoon."

"Dih, buang-buang uang tau gak, mending uang nya ditabung buat masa depan. Jangan masa sekarang aja yang dipikirin, masa depan juga, keuangan gak selamanya stabil kan."

Inilah salah satu hal yang membuat Zen jatuh hati kepada Mika, pikiran wanita ini sangat dewasa dan cerdas.

"Tapi gak apa-apa kan kalau sekali aja? Kamu gak bosen berhadapan dengan kerjaan terus? Aku aja bosen natapin layar komputer terus tiap hari."

"Kalau dibilang bosen ya bosen, tapi kan itu pilihan."

Drrtt... drrtt...

Tiba-tiba, handphone milik Zen yang berada diatas meja bergetar, dilihatnya nama 'Airyn' tertera di layar handphonenya tersebut.

Ia menatap sebentar kearah Mika, lalu Mika menganggukkan kepalanya sekilas.

"Halo, kenapa Ryn?"

"Zen, Danu ganti nomor baru ya? Lo punya gak nomor barunya?"

"Iya, udah lama sih setahun yang lalu gantinya. Kenapa lo gak minta sendiri, bukannya rumah lo deketan sama Danu?"

"Rumah gue yang deket sama Danu kan udah dijual pas gue pindah ke Prancis, jadi sekarang gue gak disitu lagi."

"Oh, ya udah ntar gue kirim di chat."

"Okayyy! Thank you Zen! Gue ganggu lo sama Mika ya? Sorry yaaa, silakan dilanjut ekhem-ekhem nya hahahaha."

"Itu tau lo ganggu, ya udah ntar gue kirim di chat. Bye."

Zen memutuskan sambungan telepon dengan sepihak, ia langsung mengirimkan nomor Danu kepada Airyn, lalu meletakkan kembali handphonenya keatas meja.

"Airyn minta nomornya Danu," ucap Zen padahal Mika tidak bertanya apapun.

Mika hanya menjawab ucapan Zen dengan anggukan pelan.

"Tidur yuk, besok harus ke Kantor kan pagi-pagi," ajak Mika.

Zen menghembuskan nafasnya berat. "Lusa aja, besok libur lagi."

"Libur mulu, mau dapat duit darimana."

"Libur sehari gak buat miskin kok."

"Iya tau, tapi nanti kebiasaan, ntar malah sampai seterusnya jadi males kalau gitu. Gak ada alasan, besok ke Kantor, aku juga."

"Kamu ikut aku Ke Kantor? Kantor aku?" tanya Zen dengan senyuman sumringah.

"Ya aku ke Butik lah."

Lagi-lagi Zen menghela nafasnya kesal. "Ya udah ayok tidur, jalan sendiri atau aku gendong?"

"Terbang!" ucap Mika kesal lalu pergi duluan meninggalkan Zen yang tertawa terbahak-bahak disana.











Cepettt kannn updatenyaaaa hahahaha, moodku lagi bagusss baguss bangettt, aku tiba-tiba udah kepikiran nih mau buat konflik gimana haha semoga gak lupa>.<

Jangan lupa vote comment ya sayang-sayangkuuu❤️❤️❤️

Oh ya, boleh dong follow ig ku @keylsz hahaha dm aja nanti aku follback kok tenanggg^^

See u guys❤️

MikaellaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora