Mikaella ~ 10

13K 875 12
                                    

VOTE DULU!!!

















"Calon istri?" Kedua orang tua Zen kaget, begitupula dengan Mika.

Mika kesal, sangat kesal, apakah Zen menjebaknya. Sengaja membawanya di situasi seperti ini, ia ingin pergi namun tidak enak dengan kedua orang tua Zen.

"Benar begitu?" tanya Adi kearah Mika untuk memastikan.

Mika diam bingung harus menjawab apa, ia menatap kearah Zen dan Zen mengangguk pelan seolah memberi tanda apa yang harus Mika katakan kepada kedua orang tuanya.

"I-iya, Om, Tante."

Mika pun tak tau apa yang ia pikirkan saat ini, ia merasa sangat bodoh setelah melontarkan kata-kata barusan. Ini akan semakin rumit, kedua orang tua Zen pasti mengira Mika adalah calon istri Zen.

Bagaimana jika ia harus menikah dengan lelaki menyebalkan itu?

Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Mika membuang jauh-jauh pikiran negatifnya.

"Pantesan kamu gak mau dijodohin, ternyata udah punya calon," ucap Adi sembari terkekeh pelan.

Zen tertawa kecil. "Gimana? Mama sama Papa setuju?"

Adi mengangguk singkat. "Papa sih setuju aja, kalau menurut kamu dia yang terbaik, Papa akan dukung."

"Kalau Mama?"

Lagi-lagi Silvi menatap Mika dengan tatapan mengintimidasi. "Sudah lama kenal dengan Zen?"

"Em—"

"Baru-baru aja sih, Ma, tapi kan namanya juga udah nyaman, iya gak sayang?" Zen menatap Mika sembari menaik turunkan alisnya.

"Hehe, i-iya."

"Kita makan dulu yuk, Mama udah masak," ajak Silvi.

Mereka berempat pergi ke ruang makan untuk makan bersama. Bahkan untuk menyuap makanan ke dalam mulut pun Mika sangat grogi.

Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya kegiatan makan bersama pun selesai. Mika membantu Silvi untuk mencuci piring yang kotor, sedangkan Zen dan Adi pergi ke ruang keluarga.

"Kamu kerja?" tanya Silvi agar suasana tidak hening.

Mika mengangguk pelan. "Iya Tante."

"Kerja apa?"

"Fashion designer, Tan."

"Keren dong bisa buat baju sendiri."

Mika terkekeh pelan. "Iya Tan, Alhamdulillah."

"Beneran serius sama Zen?"

Mika terdiam, ia bingung harus menjawab apa, dibilang serius tidak, main-main juga tidak, karena ia dan Zen memang tidak ada hubungan apa-apa.

"Ah lupain aja pertanyaan saya barusan. Kamu umur berapa, Mika?"

"Dua puluh tiga tahun, Tante."

"Serius? Beda setahun doang dong sama Zen, Zen umur dua puluh empat, saya pikir kamu masih umur dua puluh gitu."

Mika tertawa kecil. "Masi keliatan muda ya, Tan."

Silvi mengangguk pelan. "Umur kalian udah cukup untuk nikah, sebaiknya secepatnya ya? Jangan ditunda-tunda, gak baik."

Mika bingung harus bagaimana, lagian siapa yang mau menikah dengan lelaki menyebalkan itu.

"Kalau kamunya udah siap, ntar Zen sama Om dan Tante kerumah kamu."

MikaellaWhere stories live. Discover now