Mikaella ~ 25

10.5K 688 25
                                    

Vote comment ya, terima kasih❤️










***

3 Minggu berlalu, hubungan Zen dan Mika bisa dikatakan semakin hari semakin romantis. Mika mulai menerima adanya Zen didalam hidupnya.

Malam ini, Zen dan Mika memutuskan untuk makan malam diluar, hal-hal seperti itulah yang bisa membuat hubungan mereka berdua semakin hangat.

Cling!

Tiba-tiba handphone Mika berbunyi, hal tersebut membuat Mika langsung menatap kearah layar handphonenya.

+621234876***
Suami lo lagi tidur sama gue nih.

Kening Mika mengkerut melihat isi chat tersebut. Aneh. Lalu siapa orang yang kini berhadapan dengannya, Setan?

"Kenapa sayang?" tanya Zen kala melihat perubahan ekspresi wajah Mika.

"Beberapa hari ini aku dapet chat begini, siapa ya kira-kira, aneh, padahal kan kamu lagi sama aku," jawab Mika sembari memberikan handphonenya kepada Zen, memperlihatkan isi-isi chat aneh yang dikirim oleh orang tidak dikenal tersebut.

"Gak usah dipikirin ya? Mungkin orang iseng, nyatanya ini aku lagi sama kamu, kan?"

Mika mengangguk pelan. "Dari awal aku juga mikir gitu sih, tapi aku cuman penasaran, tujuan orang ini ngirim chat buat apa coba?"

"Ya apa lagi kalau bukan pengen liat rumah tangga kita hancur, dikira segampang itu apa, mana mungkin aku bisa berpaling dari seorang Mikaella," ucap Zen menggoda Mika.

Mika terkekeh pelan mendengar ucapan Zen. "Besok aku boleh ikut kamu gak? Tapi aku turun dirumah Mama Silvi aja, kan searah tuh, aku males bawa mobil, ntar pas pulang kerja kamu jemput aku lagi, boleh?"

"Boleh dong sayang, mau ngapain dirumah Mama?"

"Masa kamu lupa sih, dirumah Mama kan ada arisan besok."

"Iya maaf aku lupa, memangnya dirumah Mama ya? Bukannya minggu kemarin udah dirumah Mama?"

"Ngawur! Mimpi kali kamu, minggu kemarin mah dirumah Tante Celine."

Zen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, perasaan ia masih muda, kok sudah lupa ingatan seperti ini.

"Ini kamu ada yang mau dibeli lagi gak? Biar sekalian," ucap Zen mengganti topik pembicaraan mereka

Mika diam sejenak untuk berpikir. "Pengen roti bakar yang di deket Butik ku deh," ucapnya.

Zen melirik sekilas kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Jam segini masih buka?"

Mika mengangguk. "Masih, kalau gak salah sampai jam 11 malem deh, soalnya bener-bener rame disana tuh."

"Tapi jauh, terus ini macet juga, gak apa kalau kelamaan dijalan? Takutnya kamu keburu males."

Mika mendengus. "Atau aku pergi sendiri aja?"

"Kita berangkat sekarang, Tuan putri."

Setelah itu, mereka pun langsung pergi menuju ke tempat penjual roti bakar yang diinginkan oleh Mika, untungnya saat sampai disana, roti bakar nya belum tutup. Setelah selesai membeli roti bakar, Zen dan Mika memutuskan untuk langsung pulang karena hari akan semakin larut.

"Citra? Ngapain diluar malem-malem?" tanya Mika saat melihat Citra sedang berdiri didepan teras rumah dengan sebuah kotak yang berukuran tidak terlalu besar di tangannya.

"Eh, ini Non Mika, tadi ada yang mencet bell, pas saya buka ternyata kurir nganter paket ini, tapi gak ada tulisannya sih punya Non Mika atau Tuan Zen. Tapi kalau punya saya atau Bu Asri gak mungkin karena kami gak ada pesen apapun," jelas Citra panjang lebar sembari memberikan kotak tersebut kepada Mika.

MikaellaWhere stories live. Discover now