Bab 24

92 6 0
                                    

Adnan terbangun dari tidurnya. Adnan merasa sangat bahagia sekarang. Ia merasa orang paling beruntung. Ternyata pernikahan yang awalnya ia tolak mentah-mentah menjadi seperti ini. Adnan sungguh tidak bisa menduganya.

Adnan menatap Rani yang tertidur di sebelahnya. Menatap wajah Rani yang seperti malaikat ketika tidur itu membuat jantung Adnan berdetak lebih cepat dari biasanya.

Rani membuka matanya, menatap sosok Adnan yang sedang menatap dirinya.

"Hay.."Ucap Adnan sambil tersenyum.

"I-iya.."Jawab Rani, sedikit malu-malu. Pasalnya Rani belum terbiasa dengan hal seperti ini.

Mata mereka bertemu, saling bertaut satu sama lain. Cukup lama. Sebelum akhirnya Rani memutuskan kontak mata secara sepihak.

"He'em.."Rani bangkit dari tidurnya.

"Sa–saya, mau siap-siap ke sekolah dulu.."Ucap Rani, tidak tau harus bertingkah seperti apa. Jadi caranya adalah melarikan diri, menurutnya.

Adnan menatap punggung Rani yang menghilang di balik pintu itu. Adnan tertawa kecil melihat tingkah Rani. Gadis itu terlihat sangat mengemaskan ketika salah tingkah seperti itu.

"Hahah.. Bisa gila kalau gini.."Monolog Adnan.

Ia merasa lama-lama akan bisa gila karena gemas sediri dengan sikap Rani.

🌻

Rani menuju ke dapur, menemukan Adnan di sana. Rani lalu menghampiri Adnan yang masih menggunakan celemek memasak, sedangkan dirinya sudah rapi dengan seragam sekolah.

"He'em.."Rani mencoba menghilangkan rasa gugupnya.

Adnan menatap ke arah Rani dengan tersenyum. Rani mencoba membalas senyuman Adnan dengan senyuman juga. Namun senyuman Rani sekarang justru terlihat aneh.

Adnan kembali tertawa kecil melihat tingkah Rani. Melihat Rani yang bertingkah seperti itu, memperkuat bahwa Rani masihlah ABG labil.

"Yuk sarapan dulu.."Ucap Adnan.

Mereka berdua lalu sarapan bersama. Keduanya diam, sama-sama diam. Adnan menyuap makanannya dengan sesekali menatap Rani. Sementara Rani menundukkan pandangannya berusaha agar matanya tidak bertemu dengan Adnan.

"Belepotan.."Ucap Adnan, tiba-tiba membersihkan jejak makanan yang menempel di sudut bibir Rani.

Mendapatkan perlakuan mendadak seperti itu membuat Rani membeku.

"Kenapa??"Tanya Adnan, Rani tak menanggapi.

"Sayang.. Kenapa??"Ucap Adnan.

"Huhh??"Rani ngeblank sesaat.

"Sayang??"Ulang Rani.

"Iya.. Sayang.. Kan udah sah.. Jadi nggak apa-apa dong panggil sayang.."Ucap Adnan berhasil membungkam mulut Rani.

Tidak seperti biasanya, Rani selalu mendebat Adnan. Kali ini gadis itu benar-benar diam membeku. Tak membalas ataupun mendebat.

Sepertinya pertahanan Rani mulai roboh oleh Adnan. Dinding es yang dingin milik Rani itu, sepertinya mulai mencair karena sikap hangat yang Adnan berikan.

"Berangkat bareng ya.."Ujar Adnan.

"Emm..."Pikir Rani.

Married With YOU Where stories live. Discover now